Alat sadap ditemukan di sejumlah KBRI. Pemerintah telah memprotes.
Lembaga Sandi Negara mengakui ada indikasi penyadapan di beberapa kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di luar negeri.
Mereka pun selalu melaporkan upaya penyadapan itu kepada tim terpadu dan tim kepresidenan, namun tidak disampaikan ke publik karena persoalan intelijen bersifat rahasia.
“Indikasi penyadapan selalu ada. Hanya kami tidak bisa pastikan siapa yang memasang alat sadap itu,” kata Kepala Lemsaneg Mayor Jenderal TNI Djoko Setiadi di Jakarta, Jumat 22 November 2013. Menurutnya, alat sadap yang ditemukan di sejumlah KBRI itu tidak bermerek sehingga tidak diketahui pihak mana yang membuat produk tersebut.
Itulah yang membuat Lemsaneg sulit mengetahui pihak mana yang bertanggung jawab dalam mencuri informasi di KBRI beberapa negara. “Seratus persen kami tidak tahu siapa yang pasang alat sadap. Setelah kami telusuri tidak ada ciri-ciri khusus pada alat itu,” kata dia.
Untuk diketahui, di ruang kerja Duta Besar RI di Canberra Australia dan di Washington DC Amerika Serikat pernah ditemukan alat sadap. Pemerintah Indonesia bahkan telah melayangkan protes.
Namun kedua negara terkait tidak mengakui. Alat yang dipasang di KBRI itu disebut pemerintah masing-masing negara sebagai bagian dari upaya membantu Indonesia aman dari ancaman terorisme.
Saat ini hubungan Australia dan Indonesia memburuk paska terkuaknya penyadapan Badan Intelijen Australia (DSD) terhadap Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, istri, dan para pejabatnya.
Indonesia menghentikan kerjasama militer dan intelijen dengan Australia untuk sementara waktu sampai pemerintah Australia memberikan penjelasan resmi atas aksi spionase itu.
Benda-benda Ini Ketahuan Disamarkan Jadi Alat Sadap di KBRI
Saat itu, Djoko sendiri yang hendak memeriksa ruang kerja dubes. Sang dubes sempat mengatakan bahwa negara tempatnya bertugas adalah sahabat Indonesia. "Yakinlah, tidak ada alat-alat itu," kata Djoko menirukan dubes itu.
Kenyataannya, alat sadap itu ditemukan di atas plafon ruangan sang dubes. "Di atas meja Pak Dubes, di atas plafon, kita gergaji ada alat sadap. Lagi-lagi kita tidak tahu, siapa yang memasang," tuturnya.
Di KBRI lain lagi, Lemsaneg bahkan pernah menemukan transmitter atau alat-alat sadap ini dicor langsung di plafon ruang rapat KBRI. "Di plafon ada metal-metal begitu, ternyata setelah kita cek, 100 persen itu transmitter, dicor langsung di ruang rapat," tuturnya.
3. Handle Pintu
Lemsaneg juga pernah menemukan ada alat penyadap di handle pintu dubes.
4. Saklar Listrik
Lemsaneg juga menyebutkan saklar listrik di antara ruangan dubes pernah didapati dipasangi alat penyadap.
5. Serbuk Misterius
Ini bukan alat untuk menyamarkan alat sadap, melainkan dicurigai menjadi modus memasang alat sadap di KBRI. Pernah di satu KBRI, ada serbuk misterius yang dikirimkan. Seluruh personel KBRI disuruh keluar, termasuk Atase Pertahanan. Sebagai gantinya, polisi dan tentara negara di KBRI itu masuk untuk menyisir.
"Kita bukan sok menuduh, tapi mungkin saja ketika itu justru dimanfaatkan mereka untuk memasang alat-alat (sadap) yang mereka inginkan. Dan bubuk ini bisa dikondisikan," kata Djoko.
Lembaga Sandi Negara mengakui ada indikasi penyadapan di beberapa kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di luar negeri.
Mereka pun selalu melaporkan upaya penyadapan itu kepada tim terpadu dan tim kepresidenan, namun tidak disampaikan ke publik karena persoalan intelijen bersifat rahasia.
“Indikasi penyadapan selalu ada. Hanya kami tidak bisa pastikan siapa yang memasang alat sadap itu,” kata Kepala Lemsaneg Mayor Jenderal TNI Djoko Setiadi di Jakarta, Jumat 22 November 2013. Menurutnya, alat sadap yang ditemukan di sejumlah KBRI itu tidak bermerek sehingga tidak diketahui pihak mana yang membuat produk tersebut.
Itulah yang membuat Lemsaneg sulit mengetahui pihak mana yang bertanggung jawab dalam mencuri informasi di KBRI beberapa negara. “Seratus persen kami tidak tahu siapa yang pasang alat sadap. Setelah kami telusuri tidak ada ciri-ciri khusus pada alat itu,” kata dia.
Untuk diketahui, di ruang kerja Duta Besar RI di Canberra Australia dan di Washington DC Amerika Serikat pernah ditemukan alat sadap. Pemerintah Indonesia bahkan telah melayangkan protes.
Namun kedua negara terkait tidak mengakui. Alat yang dipasang di KBRI itu disebut pemerintah masing-masing negara sebagai bagian dari upaya membantu Indonesia aman dari ancaman terorisme.
Saat ini hubungan Australia dan Indonesia memburuk paska terkuaknya penyadapan Badan Intelijen Australia (DSD) terhadap Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, istri, dan para pejabatnya.
Indonesia menghentikan kerjasama militer dan intelijen dengan Australia untuk sementara waktu sampai pemerintah Australia memberikan penjelasan resmi atas aksi spionase itu.
Benda-benda Ini Ketahuan Disamarkan Jadi Alat Sadap di KBRI
Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) juga bertugas melakukan pengecekan dan penyisiran di semua KBRI di dunia.
Hasilnya, banyak alat sadap yang tersembunyi di KBRI. Beberapa di antaranya melalui alat ini.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Lemsaneg Mayjen TNI Djoko Setiadi dalam acara coffee morning bersama pemimpin redaksi dan redaktur media nasional di kantor Lemsaneg, Jalan Harsono RM, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (22/11/2013). Djoko enggan mengungkapkan KBRI di negara mana saja, namun lembaganya, termasuk dia sendiri pernah menemukan alat sadap tersamar.
"Kami bersama BIN dan Kemlu memiliki tim terpadu yang bertugas keliling perwakilan kita di seluruh dunia, untuk mengecek apakah ditemukan alat penyadap tadi," jelas Djoko.
"Namun kita tidak bisa memastikan siapa yang menaruhnya," imbuhnya.
Ternyata tim terpadu itu menemukan banyak KBRI dipasangi alat sadap tersamar dan tersembunyi seperti yang dijelaskan Djoko berikut ini:
1. Alarm Kebakaran
Hasilnya, banyak alat sadap yang tersembunyi di KBRI. Beberapa di antaranya melalui alat ini.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Lemsaneg Mayjen TNI Djoko Setiadi dalam acara coffee morning bersama pemimpin redaksi dan redaktur media nasional di kantor Lemsaneg, Jalan Harsono RM, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (22/11/2013). Djoko enggan mengungkapkan KBRI di negara mana saja, namun lembaganya, termasuk dia sendiri pernah menemukan alat sadap tersamar.
"Kami bersama BIN dan Kemlu memiliki tim terpadu yang bertugas keliling perwakilan kita di seluruh dunia, untuk mengecek apakah ditemukan alat penyadap tadi," jelas Djoko.
"Namun kita tidak bisa memastikan siapa yang menaruhnya," imbuhnya.
Ternyata tim terpadu itu menemukan banyak KBRI dipasangi alat sadap tersamar dan tersembunyi seperti yang dijelaskan Djoko berikut ini:
1. Alarm Kebakaran
"Ada alat untuk alarm kebakaran, ternyata setelah kita cek, ada kabel yang tersambung dengan jaringan line telepon di kediaman Pak Dubes, itu sekitar tahun 2004-2005," kata Djoko.
2. Plafon Ruang Dubes
2. Plafon Ruang Dubes
Saat itu, Djoko sendiri yang hendak memeriksa ruang kerja dubes. Sang dubes sempat mengatakan bahwa negara tempatnya bertugas adalah sahabat Indonesia. "Yakinlah, tidak ada alat-alat itu," kata Djoko menirukan dubes itu.
Kenyataannya, alat sadap itu ditemukan di atas plafon ruangan sang dubes. "Di atas meja Pak Dubes, di atas plafon, kita gergaji ada alat sadap. Lagi-lagi kita tidak tahu, siapa yang memasang," tuturnya.
Di KBRI lain lagi, Lemsaneg bahkan pernah menemukan transmitter atau alat-alat sadap ini dicor langsung di plafon ruang rapat KBRI. "Di plafon ada metal-metal begitu, ternyata setelah kita cek, 100 persen itu transmitter, dicor langsung di ruang rapat," tuturnya.
3. Handle Pintu
Lemsaneg juga pernah menemukan ada alat penyadap di handle pintu dubes.
4. Saklar Listrik
Lemsaneg juga menyebutkan saklar listrik di antara ruangan dubes pernah didapati dipasangi alat penyadap.
5. Serbuk Misterius
Ini bukan alat untuk menyamarkan alat sadap, melainkan dicurigai menjadi modus memasang alat sadap di KBRI. Pernah di satu KBRI, ada serbuk misterius yang dikirimkan. Seluruh personel KBRI disuruh keluar, termasuk Atase Pertahanan. Sebagai gantinya, polisi dan tentara negara di KBRI itu masuk untuk menyisir.
"Kita bukan sok menuduh, tapi mungkin saja ketika itu justru dimanfaatkan mereka untuk memasang alat-alat (sadap) yang mereka inginkan. Dan bubuk ini bisa dikondisikan," kata Djoko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.