Kapal ini besar, panjang, kuat, namun tetap anggun. Tujuh tahun lalu pemerintah Inggris mengumumkan akan memperkuat armada Angkatan Laut dengan menambah dua kapal induk. Kapal induk ini sejatinya akan menjadi tempat bernaung bagi pesawat tempur F-35B yang telah dipesan Royal Navy. Kabar itu berlanjut dengan penandatanganan kontrak kerjasama tiga kontraktor pertahanan besar, BAE System Surface Ships, Thales Group, dan Babcock Marine yang kemudian membentuk Aircraft Carrier Alliance.
Kerja keroyokan itu kemudian melahirkan desain kapal induk kelas Queen Elizabeth, kapal induk terbesar sepanjang sejarah Royal Navy. Kementerian Pertahanan Inggris pun rela merogoh kocek anggaran belanjanya sebesar 6,2 miliar poundsterling untuk pembangunan kapal tersebut. Kapal pertama yang telah rampung dibangun diberi nama HMS Queen Elizabeth.
Anggaran segitu besarnya mengalir ke hampir seluruh wilayah Inggris Raya karena pembangunan HMS Queen Elizabeth dikerjakan setidaknya di enam tempat berbeda di Inggris. Konstruksi kapal induk ini dibagi ke dalam sembilan blok besar yang dikerjakan di enam galangan kapal. Galangan tersebut antara lain dua galangan milik BAE System di Glasgow dan Portsmouth, dua galangan milik Babcock di Appledore dan Rosyth, galangan A&P di Hebburn, serta galangan Cammell Laird di Birkenhead. Galangan terakhir ditunjuk untuk membangun flight deck.
Galangan di Glasgow, Appledore, Hebburn, Birkenhead, dan Portsmouth membangun bagian (section) dari kapal, kemudian seluruh section dikirim ke galangan Rosyth untuk menjalani perakitan. HMS Queen Elizabeth memiliki panjang lebih 280 meter, atau jika kapal ini didirikan maka ia lebih tinggi dari menara Spinnaker di Portsmouth. Sedangkan lebarnya mencapai lebih dari 70 meter, dua kali lipat daripada kapal induk yang saat ini dimiliki Royal Navy. Sedangkan soal tinggi, lebih tinggi empat meter dari air terjun Niagara, atau sekitar 56 meter.
Luas flight deck HMS Queen Elizabeth mencapai 13.000 meter persegi atau setara 49 lapangan tenis. Dengan luas ini, flight deck HMS Queen Elizabeth mampu menampung 470 bus tingkat khas kota London. Hangar di dalam badan kapal mampu menjadi lahan parkir bagi 20 pesawat tempur dan helikopter. Kapal ini dilengkapi dua lift besar yang hanya membutuhkan 60 detik untuk menaikkan F-35B atau helikopter pendukung lainnya ke flight deck.
Bagaimana soal daya listriknya? Kapal yang memiliki bobot mati 65.000 ton ini memiliki jaringan distribusi listrik yang dihasilkan oleh dua generator Wartsila 16V38 berkekuatan 11,6 megawatt dan dua generator Wartsila 12V38 berkekuatan 8,7 megawatt. Dua generator ini jika dipakai untuk keperluan listrik sehari-hari dapat menyalakan 5.500 rumah kecil. Soal tenaga penggeraknya pun tak main-main. ‘Si ratu’ dilengkapi dua baling-baling dengan tenaga masing-masing 40 megawatt.
Pilot F-35B bersiap
Dengan sedemikian besarnya kapal ini, Royal Navy berencana untuk mengisinya dengan total 40 pesawat tempur dan helikopter, 12 F-35B Joint Strike Fighter akan menjadi sebagian dari armada udara. “Sejak awal HMS Queen Elizabeth memang telah didesain agar sesuai dengan karakteristik F-35,” ujar David Atkinson, F-35/carrier Integration Lead. Selain F-35B, HMS Queen Elizabeth juga akan diisi helikopter AW 101 Merlin, AW 159 Wildcat, Chinook, dan helikopter serang Apache yang diproduksi Agusta Westland, di bawah lisensi Boeing.(Remigius Septian)
Kerja keroyokan itu kemudian melahirkan desain kapal induk kelas Queen Elizabeth, kapal induk terbesar sepanjang sejarah Royal Navy. Kementerian Pertahanan Inggris pun rela merogoh kocek anggaran belanjanya sebesar 6,2 miliar poundsterling untuk pembangunan kapal tersebut. Kapal pertama yang telah rampung dibangun diberi nama HMS Queen Elizabeth.
Anggaran segitu besarnya mengalir ke hampir seluruh wilayah Inggris Raya karena pembangunan HMS Queen Elizabeth dikerjakan setidaknya di enam tempat berbeda di Inggris. Konstruksi kapal induk ini dibagi ke dalam sembilan blok besar yang dikerjakan di enam galangan kapal. Galangan tersebut antara lain dua galangan milik BAE System di Glasgow dan Portsmouth, dua galangan milik Babcock di Appledore dan Rosyth, galangan A&P di Hebburn, serta galangan Cammell Laird di Birkenhead. Galangan terakhir ditunjuk untuk membangun flight deck.
Galangan di Glasgow, Appledore, Hebburn, Birkenhead, dan Portsmouth membangun bagian (section) dari kapal, kemudian seluruh section dikirim ke galangan Rosyth untuk menjalani perakitan. HMS Queen Elizabeth memiliki panjang lebih 280 meter, atau jika kapal ini didirikan maka ia lebih tinggi dari menara Spinnaker di Portsmouth. Sedangkan lebarnya mencapai lebih dari 70 meter, dua kali lipat daripada kapal induk yang saat ini dimiliki Royal Navy. Sedangkan soal tinggi, lebih tinggi empat meter dari air terjun Niagara, atau sekitar 56 meter.
Luas flight deck HMS Queen Elizabeth mencapai 13.000 meter persegi atau setara 49 lapangan tenis. Dengan luas ini, flight deck HMS Queen Elizabeth mampu menampung 470 bus tingkat khas kota London. Hangar di dalam badan kapal mampu menjadi lahan parkir bagi 20 pesawat tempur dan helikopter. Kapal ini dilengkapi dua lift besar yang hanya membutuhkan 60 detik untuk menaikkan F-35B atau helikopter pendukung lainnya ke flight deck.
Bagaimana soal daya listriknya? Kapal yang memiliki bobot mati 65.000 ton ini memiliki jaringan distribusi listrik yang dihasilkan oleh dua generator Wartsila 16V38 berkekuatan 11,6 megawatt dan dua generator Wartsila 12V38 berkekuatan 8,7 megawatt. Dua generator ini jika dipakai untuk keperluan listrik sehari-hari dapat menyalakan 5.500 rumah kecil. Soal tenaga penggeraknya pun tak main-main. ‘Si ratu’ dilengkapi dua baling-baling dengan tenaga masing-masing 40 megawatt.
Pilot F-35B bersiap
Dengan sedemikian besarnya kapal ini, Royal Navy berencana untuk mengisinya dengan total 40 pesawat tempur dan helikopter, 12 F-35B Joint Strike Fighter akan menjadi sebagian dari armada udara. “Sejak awal HMS Queen Elizabeth memang telah didesain agar sesuai dengan karakteristik F-35,” ujar David Atkinson, F-35/carrier Integration Lead. Selain F-35B, HMS Queen Elizabeth juga akan diisi helikopter AW 101 Merlin, AW 159 Wildcat, Chinook, dan helikopter serang Apache yang diproduksi Agusta Westland, di bawah lisensi Boeing.(Remigius Septian)
★ Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.