LG1 Howitzer Mk III
Dengan perkuatan batalyon linud Kostrad sebagai Para Ranger, sudah tentu ada tabel organisasi dan peralatan yang harus diperbaharui. Apabila dulu pasukan linud semata adalah infantri yang diterjunkan lewat udara, Para Ranger diharapkan mampu melakukan serbuan dan gempuran secara mandiri. Oleh karena itu, alutsista yang dibawa pun harus memiliki daya hancur yang besar, sehingga Para Ranger memiliki dukungan daya tembak organik dan tidak harus mengandalkan pasukan lain.
Satu yang tengah dibahas serius adalah dukungan artileri untuk Para Ranger. Bukan mortir yang dicari, melainkan meriam howitzer. Ini syarat yang susah-susah mudah, mengingat tidak banyak meriam artileri yang bisa dibawa terjun payung. Mayoritas harus diangkut dengan helikopter angkut berat. Penerjunan langsung dari perut pesawat angkut pun juga nyaris mustahil, kemungkinan terbesar adalah penerjunan dengan metode LAPES (Low Altitude Parachute Extraction System). Dengan LAPES pun masih sulit, meriam M101A1 dan Kh-178 kaliber 105mm bukan termasuk meriam yang siap diterjunkan dengan palet. US 82nd Airborne Division menggunakan meriam howitzer M102, lalu kira-kira howitzer apa yang cocok untuk Para Ranger?
Jawabannya rupanya tidak jauh-jauh. Meriam howitzer tarik kaliber 105mm LG1 Mk III buatan Nexter menjadi calon solusinya. Meriam ini tangguh, teruji di medan perang Afghanistan, dan memperoleh kesuksesan komersial di Eropa, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Howitzer ringan yang digunakan dan amat disukai Korps Marinir TNI AL (versi Mk II) ini terbukti handal dioperasikan dan mudah digunakan. Dengan bobot hanya 1,5 ton, LG1 Mk III dapat diterjunkan secara aman dari pesawat angkut sekelas C-130 Hercules dengan metode LAPES. Satu C-130 Hercules mampu membawa empat meriam, sehingga komplemen kargo meriam dan peralatan pendukungnya yang diangkut dua pesawat sudah cukup untuk membentuk satu baterai dan memberikan daya tembak yang kontinyu untuk pasukan di garis depan. Pun kalau mau diangkut dengan helikopter, LG1 Mk III dapat diangkut oleh helikopter sekelas NBell 412EP yang merupakan tulang punggung Penerbad TNI AD.
Saat sudah di darat, meriam ini dapat dibagi dalam 4 bagian besar apabila tak ada kendaraan penarik, atau hanya butuh kendaraan sekelas rantis ringan untuk menariknya. Kemampuan tembak tak usah ditanya, LG1 Mk III kompatibel dengan seluruh amunisi howitzer 105mm NATO. Laras calibre 30 (L30) yang dimilikinya mampu memuntahkan sampai 12 peluru per menit, dengan daya tahan sampai 7.500 kali penembakan sesuai dengan klaim pabrikan. Kemampuan tembak maksimalnya juga mampu mencapai jarak 17km, dengan catatan menggunakan munisi Nexter tipe OE-LP G3. Jarak 17km ini sudah memadai untuk tipikal dukungan serbuan tipe raid, dan juga aman untuk baterai meriam yang memerlukan margin aman dari garis depan pertempuran. Kalau menggunakan amunisi standar M1, jarak tembaknya hanya di kisaran 11km.
Yang membedakan dengan versi Mk II, LG1 Mk III sudah dilengkapi dengan komputer balistik yang dilengkapi sistem inersial, sehingga awak meriam tidak sulit dalam memetakan sasaran yang dipanggil oleh regu Para Ranger yang ada di garis depan. Apabila digabungkan dengan sistem Battlefield Management System yang kompatibel, bukan tidak mungkin awak meriam tinggal mereferensikan sasaran yang telah ditetapkan oleh regu Para Ranger melalui layar sentuh, sehingga meminimalkan waktu persiapan penembakan.
Dan menurut informasi yang didapat ARC pada saat Indodefence 2014, kemungkinan TNI-AD akan memesan sebanyak 2 Batalyon (36 unit) LG1 MkIII, disusul Marinir yang memesan sebanyak 1 kompi. Informasi lainnya seputar artileri adalah, adanya kemungkinan tambahan pesanan Sistem Artileri Caesar sebanyak 1 Batalyon serta K-9 juga sebanyak 1 Batalyon. Semoga saja semua rencana ini berjalan lancar.Light Gun eases deployment LG1 Mk2 Howitzer Marinir
Nexter Systems (Hall D, Stand D217) has brought the latest version of its 105mm LG1 Light Gun to Indo Defence this year and is looking to increase sales of this weapon, which has so far been sold to Belgium, Canada, Colombia, Indonesia (Marines), Singapore and Thailand.
While there is a clear trend towards the development and fielding of 155mm artillery systems – towed and self-propelled – there is still a significant market for 105mm towed artillery systems, especially for use by airborne, marine and rapid deployment forces where their low weight makes for ease of deployment. The Nexter Systems 105mm LG1 has a 30-calibre barrel and is operated by a crew of five. It can be brought into action from the travelling position to the ring position in 30 seconds.
Firing the old 105mm M1 high explosive (HE) projectile, the LG1 can achieve a maximum range of 11km, but this can be increased to 17km using the Nexter Munitions 105mm LP G3 ammunition. The complete family of Nexter Munitions 105mm ammunition for the LG1 includes not only HE (standard and base bleed), but also illuminating and smoke. Maximum rate of fire for short periods is up to 12 rounds a minute.
In addition to its standard direct and indirect sight systems, the 105mm LG1 can be fitted with an onboard re control system, which reduces the into-action time and improves accuracy. The latest 105mm LG1 Mk III being shown here is fitted with an inertial position and laying system, and the Top-Lite gun ballistic computer on the left side.
The 105mm LG1 can be carried slung under a helicopter such as the widely deployed Puma as well as be towed by vehicles such as the Toyota Land Cruiser or ACMAT 4x4 cross-country vehicles. When travelling, the 105mm ordnance is normally traversed to the rear and locked in position over the closed trails.
The LG1 Light Gun is only one of the firepower solutions from Nexter Systems; another major one is the truck-mounted CAESAR 155mm/52 calibre system, which has seen operational service with the French Army in Afghanistan, Lebanon and Mali. Export orders for the CAESAR have been placed by an increasing number of countries including Indonesia, Thailand and Saudi Arabia.
Dengan perkuatan batalyon linud Kostrad sebagai Para Ranger, sudah tentu ada tabel organisasi dan peralatan yang harus diperbaharui. Apabila dulu pasukan linud semata adalah infantri yang diterjunkan lewat udara, Para Ranger diharapkan mampu melakukan serbuan dan gempuran secara mandiri. Oleh karena itu, alutsista yang dibawa pun harus memiliki daya hancur yang besar, sehingga Para Ranger memiliki dukungan daya tembak organik dan tidak harus mengandalkan pasukan lain.
Satu yang tengah dibahas serius adalah dukungan artileri untuk Para Ranger. Bukan mortir yang dicari, melainkan meriam howitzer. Ini syarat yang susah-susah mudah, mengingat tidak banyak meriam artileri yang bisa dibawa terjun payung. Mayoritas harus diangkut dengan helikopter angkut berat. Penerjunan langsung dari perut pesawat angkut pun juga nyaris mustahil, kemungkinan terbesar adalah penerjunan dengan metode LAPES (Low Altitude Parachute Extraction System). Dengan LAPES pun masih sulit, meriam M101A1 dan Kh-178 kaliber 105mm bukan termasuk meriam yang siap diterjunkan dengan palet. US 82nd Airborne Division menggunakan meriam howitzer M102, lalu kira-kira howitzer apa yang cocok untuk Para Ranger?
Jawabannya rupanya tidak jauh-jauh. Meriam howitzer tarik kaliber 105mm LG1 Mk III buatan Nexter menjadi calon solusinya. Meriam ini tangguh, teruji di medan perang Afghanistan, dan memperoleh kesuksesan komersial di Eropa, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Howitzer ringan yang digunakan dan amat disukai Korps Marinir TNI AL (versi Mk II) ini terbukti handal dioperasikan dan mudah digunakan. Dengan bobot hanya 1,5 ton, LG1 Mk III dapat diterjunkan secara aman dari pesawat angkut sekelas C-130 Hercules dengan metode LAPES. Satu C-130 Hercules mampu membawa empat meriam, sehingga komplemen kargo meriam dan peralatan pendukungnya yang diangkut dua pesawat sudah cukup untuk membentuk satu baterai dan memberikan daya tembak yang kontinyu untuk pasukan di garis depan. Pun kalau mau diangkut dengan helikopter, LG1 Mk III dapat diangkut oleh helikopter sekelas NBell 412EP yang merupakan tulang punggung Penerbad TNI AD.
Saat sudah di darat, meriam ini dapat dibagi dalam 4 bagian besar apabila tak ada kendaraan penarik, atau hanya butuh kendaraan sekelas rantis ringan untuk menariknya. Kemampuan tembak tak usah ditanya, LG1 Mk III kompatibel dengan seluruh amunisi howitzer 105mm NATO. Laras calibre 30 (L30) yang dimilikinya mampu memuntahkan sampai 12 peluru per menit, dengan daya tahan sampai 7.500 kali penembakan sesuai dengan klaim pabrikan. Kemampuan tembak maksimalnya juga mampu mencapai jarak 17km, dengan catatan menggunakan munisi Nexter tipe OE-LP G3. Jarak 17km ini sudah memadai untuk tipikal dukungan serbuan tipe raid, dan juga aman untuk baterai meriam yang memerlukan margin aman dari garis depan pertempuran. Kalau menggunakan amunisi standar M1, jarak tembaknya hanya di kisaran 11km.
Yang membedakan dengan versi Mk II, LG1 Mk III sudah dilengkapi dengan komputer balistik yang dilengkapi sistem inersial, sehingga awak meriam tidak sulit dalam memetakan sasaran yang dipanggil oleh regu Para Ranger yang ada di garis depan. Apabila digabungkan dengan sistem Battlefield Management System yang kompatibel, bukan tidak mungkin awak meriam tinggal mereferensikan sasaran yang telah ditetapkan oleh regu Para Ranger melalui layar sentuh, sehingga meminimalkan waktu persiapan penembakan.
Dan menurut informasi yang didapat ARC pada saat Indodefence 2014, kemungkinan TNI-AD akan memesan sebanyak 2 Batalyon (36 unit) LG1 MkIII, disusul Marinir yang memesan sebanyak 1 kompi. Informasi lainnya seputar artileri adalah, adanya kemungkinan tambahan pesanan Sistem Artileri Caesar sebanyak 1 Batalyon serta K-9 juga sebanyak 1 Batalyon. Semoga saja semua rencana ini berjalan lancar.Light Gun eases deployment LG1 Mk2 Howitzer Marinir
Nexter Systems (Hall D, Stand D217) has brought the latest version of its 105mm LG1 Light Gun to Indo Defence this year and is looking to increase sales of this weapon, which has so far been sold to Belgium, Canada, Colombia, Indonesia (Marines), Singapore and Thailand.
While there is a clear trend towards the development and fielding of 155mm artillery systems – towed and self-propelled – there is still a significant market for 105mm towed artillery systems, especially for use by airborne, marine and rapid deployment forces where their low weight makes for ease of deployment. The Nexter Systems 105mm LG1 has a 30-calibre barrel and is operated by a crew of five. It can be brought into action from the travelling position to the ring position in 30 seconds.
Firing the old 105mm M1 high explosive (HE) projectile, the LG1 can achieve a maximum range of 11km, but this can be increased to 17km using the Nexter Munitions 105mm LP G3 ammunition. The complete family of Nexter Munitions 105mm ammunition for the LG1 includes not only HE (standard and base bleed), but also illuminating and smoke. Maximum rate of fire for short periods is up to 12 rounds a minute.
In addition to its standard direct and indirect sight systems, the 105mm LG1 can be fitted with an onboard re control system, which reduces the into-action time and improves accuracy. The latest 105mm LG1 Mk III being shown here is fitted with an inertial position and laying system, and the Top-Lite gun ballistic computer on the left side.
The 105mm LG1 can be carried slung under a helicopter such as the widely deployed Puma as well as be towed by vehicles such as the Toyota Land Cruiser or ACMAT 4x4 cross-country vehicles. When travelling, the 105mm ordnance is normally traversed to the rear and locked in position over the closed trails.
The LG1 Light Gun is only one of the firepower solutions from Nexter Systems; another major one is the truck-mounted CAESAR 155mm/52 calibre system, which has seen operational service with the French Army in Afghanistan, Lebanon and Mali. Export orders for the CAESAR have been placed by an increasing number of countries including Indonesia, Thailand and Saudi Arabia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.