Abu Bakar Al Baghdadi
Amerika membantu Irak untuk memukul mundur tentara ISIS dari negara kaya minyak itu. Pemberitaan dunia hari ini dipenuhi dengan isu terlukanya pemimpin ISIS dalam sebuah serangan di Irak yang lancarkan Amerika baru-baru ini.
Serangan koalisi Amerika dan Irak ini dilancarkan saat para pemimpin ISIS berkonvoi untuk mengadakan pertemuan di wilayah Mosul, Kota Irak. Banyaknya pemimpin ISIS yang hadir dalam pertemuan ini membuat Amerika berasumsi jika pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi, juga berada di deretan konvoi ini.
Jika berita ini benar atau tidak, yang menjadi pertanyaan mendasar adalah, apakah ISIS mampu bertahan tanpa pemimpin yang selama ini mereka muliakan? Seperti hal nya Amerika menumpas Al Qaeda dengan menembak mati Osama Bin Laden. Sampai sekarang gerakan radikal mereka masih ada, para pejuangnya masih hidup. Demikian juga dengan kematian pejuang Islam radikal keturunan Amerika, Anwar Al Awlaki.
Intinya, meski pemimpin teratas mereka telah meninggal, atau pemikir strategis mereka telah dikubur, tetap saja kursi penguasa menjadi hal yang harus tetap diduduki. Bahkan untuk pejuang radikal semacam ISIS, dengan donasi yang cukup besar masih tersisa banyak, perjuangan mereka diperkirakan akan menjadi tidak terarah dan akan memakan lebih banyak korban.
ISIS Tanpa Al Baghdadi
Pengamat dari Dubai, Dr Theodore Karasik memprediksi jika serangan ISIS akan lebih agresif sepeninggal Al Baghdadi. Hal ini dikarenakan tempaan radikal yang sudah ada sejak mereka bergabung dalam kekhalifahan. Kematian pemimpin akan memberikan keuntungan taktis bagi para pengikutnya untuk berjuang sendiri-sendiri sesuai dengan idealisme masing-masing.
“Ketika pemimpin mereka meninggal maka terserah pada pengikutnya untuk ‘bebas melakukan apa saja yang mereka suka’,” ujar Karasik, seperti dikutip Al Arabiya. Pasalnya, menurut Karasik, Baghdadi sendiri pernah mengatakan kepada pengikutnya di hari pertama Ramadan, “Saya telah ditunjuk oleh Allah untuk memimpin kalian. Meskipun saya bukanlah yang terbaik dan yang paling bermoral di antara kalian”.
Jadi, lanjut Karasik, kemampuan militer mereka yang semakin radikal dan mumpuni di medan perang dapat meningkatkan jumlah korban yang tidak berdosa akan terbunuh lebih banyak lagi. Dengan sumber daya dan keuangan yang masih banyak sekali, kemajuan dapat dicapai tanpa Baghdadi. Pertempuran yang telah berlangsung selama dua tahun belakangan telah menempa mereka untuk mampu memobilisasi pejuang.
“Pemimpin yang terbunuh tidak akan menghentikan mereka dari bergabung kembali dan melancarkan serangan baru. Baghdadi merupakan tokoh tertinggi, dan balas dendam akan mencuat di pikiran para pengikutnya,” papar Karasik.
Saat ini, menurut Karasik, semakin banyak penjuang militan yang bergabung dengan ISIS. Dalam sebulan kemarin saja, sebanyak 1.000 orang telah bergabung. Tidak hanya itu, kelompok Islam radikal pendukung ISIS pun mulai berdatangan. Dua bulan lalu, dua pecahan Al Qaeda, al-Qaeda Islamic Maghreb (AQIM) and al-Qaeda Arabian Peninsula (AQAP) menyatakan dukungannya untuk para pejihad ISIS dalam melawan musuh mereka, Amerika. Belum lagi organisasi Katiba Uqba ibn Nafi (KUN). organisasi gabungan AQIM dan Ansar al-Shariah di Tunisia menyatakan upayanya mendukung kekhalifahan ISIS paska Amerika menyatakan membentuk koalisi dengan Irak.
Karasik mengatakan, dukungan juga datang dari Khalifah Persaudaraan Aljazair, yang merupakan pecahan dari AQIM. Bahkan, papar Karasik, ISIS mendapat perhatian luas dari negara-negara Asia. Seperti halnya kematian Bin Laden dan Al Awlaki, jika benar Baghdadi tewas maka hal ini akan makin meningkatkan dukungan kepada ISIS.
Belum Jelas
Sayangnya, pihak pertahanan Amerika belum bisa memastikan hal ini. Diperkirakan ada sekitar 50 pemimpin atas ISIS yang berkonvoi menggunakan 10 mobil. Konvoi itulah yang menjadi target serangan peluru yang dimuntahkan dari pesawat tempur Amerika.
“Saya hanya bisa menkonfirmasi jika pesawat tempur kami memang melakukan serangkaian serangan lewat udara pada Jumat lalu di Irak. Kami menembaki deretan kendaraan yang sedang berjalan yang merupakan milik para pemimpin ISIS di dekat Mosul. Kami belum bisa memastikan apakah pemimpin ISIS teratas, Abu Bakar Al Baghadadi ada masuk dalam daftar rombongan itu atau tidak,” ujar Kolonel Patrick Ryder, Juru bicara Central Command Amerika, seperti dikutip The Guardian.
Sebelumnya, stasiun TV Al-Hadath, yang merupakan anak perusahaan dari televisi Al Arabiya milik Saudi melaporkan jika serangan yang dipimpin oleh Amerika itu berhasil melumpuhkan kumpulan pemimpin ISIS di Irak, kemungkinan termasuk Al Baghdadi.
Puluhan militan tewas, menyebabkan kepanikan di antara para anggota ISIS yang kemudian menutup semua jalan di Qaim untuk mengevakuasi mereka yang terluka ke rumah sakit.
Dua saksi mata juga sempat mengungkapkan ke Reuters jika serangan memang terjadi menyasar para senior ISIS yang sedang melakukan pertemuan. Setelah serangan terjadi, para pejuang ISIS meminta sebuah rumah sakit untuk dikosongkan agar mereka bisa merawat mereka yang cedera. Bahkan dengan menggunakan loudspeaker, mereka meminta agar warga menyumbangkan darahnya untuk mereka yang terluka.
Koalisi Arab dan Amerika
Serangan ini dilancarkan oleh Amerika yang berkoalisi dengan Irak dan negara arab lainnya. Koalisi ini tujuannya hanya satu, mengusir teror ISIS yang brutal dari tanah Irak yang kaya minyak.
Sebelum melakukan serangan udara, Amerika telah mengumumkan akan menambah jumlah personel tentara yang menjaga Irak. Sebanyak 1.500 personel tambahan akan diterbangkan ke negara yang dulu diserang Amerika di masa pemerintahan George W. Bush. Saat ini sudah ada sekitar 1.600 tentara yang diterjunkan Amerika.
Bantuan Amerika tidak hanya berupa dukungan militer. Obama baru saja meminta persetujuan Kongres untuk menggelontorkan dana sekitar US$5,6 miliar untuk melancarkan operasi di Irak menghantam ISIS. Dana itu termasuk US$1,6 miliar yang akan digunakan untuk melatih dan mempersenjatai tentara Irak.
Amerika bersedia membayar sekitar US$10 juta bagi siapa saja yang mau menyebarkan informasi terkait Baghdadi dan membuat Amerika bisa menangkapnya. Time menyebut Baghdadi sebagai orang paling berbahaya di dunia. Disebut juga sebagai ‘The Next Bin Laden’.(adi) Berikut Video penyerangan USAF dari Youtube :
Amerika membantu Irak untuk memukul mundur tentara ISIS dari negara kaya minyak itu. Pemberitaan dunia hari ini dipenuhi dengan isu terlukanya pemimpin ISIS dalam sebuah serangan di Irak yang lancarkan Amerika baru-baru ini.
Serangan koalisi Amerika dan Irak ini dilancarkan saat para pemimpin ISIS berkonvoi untuk mengadakan pertemuan di wilayah Mosul, Kota Irak. Banyaknya pemimpin ISIS yang hadir dalam pertemuan ini membuat Amerika berasumsi jika pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi, juga berada di deretan konvoi ini.
Jika berita ini benar atau tidak, yang menjadi pertanyaan mendasar adalah, apakah ISIS mampu bertahan tanpa pemimpin yang selama ini mereka muliakan? Seperti hal nya Amerika menumpas Al Qaeda dengan menembak mati Osama Bin Laden. Sampai sekarang gerakan radikal mereka masih ada, para pejuangnya masih hidup. Demikian juga dengan kematian pejuang Islam radikal keturunan Amerika, Anwar Al Awlaki.
Intinya, meski pemimpin teratas mereka telah meninggal, atau pemikir strategis mereka telah dikubur, tetap saja kursi penguasa menjadi hal yang harus tetap diduduki. Bahkan untuk pejuang radikal semacam ISIS, dengan donasi yang cukup besar masih tersisa banyak, perjuangan mereka diperkirakan akan menjadi tidak terarah dan akan memakan lebih banyak korban.
ISIS Tanpa Al Baghdadi
Pengamat dari Dubai, Dr Theodore Karasik memprediksi jika serangan ISIS akan lebih agresif sepeninggal Al Baghdadi. Hal ini dikarenakan tempaan radikal yang sudah ada sejak mereka bergabung dalam kekhalifahan. Kematian pemimpin akan memberikan keuntungan taktis bagi para pengikutnya untuk berjuang sendiri-sendiri sesuai dengan idealisme masing-masing.
“Ketika pemimpin mereka meninggal maka terserah pada pengikutnya untuk ‘bebas melakukan apa saja yang mereka suka’,” ujar Karasik, seperti dikutip Al Arabiya. Pasalnya, menurut Karasik, Baghdadi sendiri pernah mengatakan kepada pengikutnya di hari pertama Ramadan, “Saya telah ditunjuk oleh Allah untuk memimpin kalian. Meskipun saya bukanlah yang terbaik dan yang paling bermoral di antara kalian”.
Jadi, lanjut Karasik, kemampuan militer mereka yang semakin radikal dan mumpuni di medan perang dapat meningkatkan jumlah korban yang tidak berdosa akan terbunuh lebih banyak lagi. Dengan sumber daya dan keuangan yang masih banyak sekali, kemajuan dapat dicapai tanpa Baghdadi. Pertempuran yang telah berlangsung selama dua tahun belakangan telah menempa mereka untuk mampu memobilisasi pejuang.
“Pemimpin yang terbunuh tidak akan menghentikan mereka dari bergabung kembali dan melancarkan serangan baru. Baghdadi merupakan tokoh tertinggi, dan balas dendam akan mencuat di pikiran para pengikutnya,” papar Karasik.
Saat ini, menurut Karasik, semakin banyak penjuang militan yang bergabung dengan ISIS. Dalam sebulan kemarin saja, sebanyak 1.000 orang telah bergabung. Tidak hanya itu, kelompok Islam radikal pendukung ISIS pun mulai berdatangan. Dua bulan lalu, dua pecahan Al Qaeda, al-Qaeda Islamic Maghreb (AQIM) and al-Qaeda Arabian Peninsula (AQAP) menyatakan dukungannya untuk para pejihad ISIS dalam melawan musuh mereka, Amerika. Belum lagi organisasi Katiba Uqba ibn Nafi (KUN). organisasi gabungan AQIM dan Ansar al-Shariah di Tunisia menyatakan upayanya mendukung kekhalifahan ISIS paska Amerika menyatakan membentuk koalisi dengan Irak.
Karasik mengatakan, dukungan juga datang dari Khalifah Persaudaraan Aljazair, yang merupakan pecahan dari AQIM. Bahkan, papar Karasik, ISIS mendapat perhatian luas dari negara-negara Asia. Seperti halnya kematian Bin Laden dan Al Awlaki, jika benar Baghdadi tewas maka hal ini akan makin meningkatkan dukungan kepada ISIS.
Belum Jelas
Sayangnya, pihak pertahanan Amerika belum bisa memastikan hal ini. Diperkirakan ada sekitar 50 pemimpin atas ISIS yang berkonvoi menggunakan 10 mobil. Konvoi itulah yang menjadi target serangan peluru yang dimuntahkan dari pesawat tempur Amerika.
“Saya hanya bisa menkonfirmasi jika pesawat tempur kami memang melakukan serangkaian serangan lewat udara pada Jumat lalu di Irak. Kami menembaki deretan kendaraan yang sedang berjalan yang merupakan milik para pemimpin ISIS di dekat Mosul. Kami belum bisa memastikan apakah pemimpin ISIS teratas, Abu Bakar Al Baghadadi ada masuk dalam daftar rombongan itu atau tidak,” ujar Kolonel Patrick Ryder, Juru bicara Central Command Amerika, seperti dikutip The Guardian.
Sebelumnya, stasiun TV Al-Hadath, yang merupakan anak perusahaan dari televisi Al Arabiya milik Saudi melaporkan jika serangan yang dipimpin oleh Amerika itu berhasil melumpuhkan kumpulan pemimpin ISIS di Irak, kemungkinan termasuk Al Baghdadi.
Puluhan militan tewas, menyebabkan kepanikan di antara para anggota ISIS yang kemudian menutup semua jalan di Qaim untuk mengevakuasi mereka yang terluka ke rumah sakit.
Dua saksi mata juga sempat mengungkapkan ke Reuters jika serangan memang terjadi menyasar para senior ISIS yang sedang melakukan pertemuan. Setelah serangan terjadi, para pejuang ISIS meminta sebuah rumah sakit untuk dikosongkan agar mereka bisa merawat mereka yang cedera. Bahkan dengan menggunakan loudspeaker, mereka meminta agar warga menyumbangkan darahnya untuk mereka yang terluka.
Koalisi Arab dan Amerika
Serangan ini dilancarkan oleh Amerika yang berkoalisi dengan Irak dan negara arab lainnya. Koalisi ini tujuannya hanya satu, mengusir teror ISIS yang brutal dari tanah Irak yang kaya minyak.
Sebelum melakukan serangan udara, Amerika telah mengumumkan akan menambah jumlah personel tentara yang menjaga Irak. Sebanyak 1.500 personel tambahan akan diterbangkan ke negara yang dulu diserang Amerika di masa pemerintahan George W. Bush. Saat ini sudah ada sekitar 1.600 tentara yang diterjunkan Amerika.
Bantuan Amerika tidak hanya berupa dukungan militer. Obama baru saja meminta persetujuan Kongres untuk menggelontorkan dana sekitar US$5,6 miliar untuk melancarkan operasi di Irak menghantam ISIS. Dana itu termasuk US$1,6 miliar yang akan digunakan untuk melatih dan mempersenjatai tentara Irak.
Amerika bersedia membayar sekitar US$10 juta bagi siapa saja yang mau menyebarkan informasi terkait Baghdadi dan membuat Amerika bisa menangkapnya. Time menyebut Baghdadi sebagai orang paling berbahaya di dunia. Disebut juga sebagai ‘The Next Bin Laden’.(adi) Berikut Video penyerangan USAF dari Youtube :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.