Dr Paul Craig Roberts, mantan pejabat Gedung Putih, mengatakan kecelakaan Malaysia Airlines MH17 di timur Ukraina adalah hasil konspirasi Washington dengan Kiev untuk menyudutkan Rusia.
"Saya percaya Washington bertanggung jawab. Saya tidak tahu apakah itu keputusan resmi pemerintah, atau perbuatan orang-orang nakal untuk menekan Rusia," ujar Dr Roberts, asisten menteri keuangan era Ronald Reagan dan editor Wall Street Journal, kepada PressTV.
"Insiden penembakan itu membantu Washington meyakinkan Eropa untuk bersama menjatunkan sanksi kepada Moskwa," lanjutnya. "Terbukti, insiden penembakan itu efektif melawan Rusia."
Boeing 777-200 Malaysia Airlines MH17 ditembak rudal darat ke udara saat berada di atas timur Ukraina, dalam perjalanan dari Amsterdam-Kuala Lumpur. Pesawat meledak di udara dan jatuh, dengan 298 penumpang dan kru tewas.
Intelejen AS mengatakan pesawat terkena rudal SA yang diluncurkan pemberontak pro-Rusia di timur Ukraina.
Belanda menggelar investigasi. Temuan awal menunjukan pesawat tidak punya masalah teknis, dan jatuh akibat dihantam rudal. Namun, Belanda belum merilis temuan rinci hasil investigasinya.
Belanda dan negara-negara Eropa mengajukan rancangan resolusi pengadilan internasional untuk mengadili insiden penembakan MH17, dengan Rusia sebagai terdakwa. Moskwa memveto resolusi itu.
"Saya melihat Washington dan Kiev merilis informasi yang mereka miliki," demikian Dr Roberts. "Kiev menolak melepas pengawasan komunikasi udara Ukraina. Kami tidak tahu apakah MH17 ditarik ke zona bahaya, atau dialihkan sebelum menuju zona tempur."
Washington, masih menurut Dr Robert, punya gambar satelit saat MH17 melintas. Entah mengapa Washington tidak merilis gambar itu.
Dr Roberts juga yakin Washington memblokir rincian investigasi yang dilakukan Belanda. Keyakinan Dr Roberts diperkuat oleh pernyataan analis Belanda bahwa Rusia tidak bertanggung jawab atas penembakan MH17.
"Washington menggunakan rejim boneka di Kiev untuk menyudutkan Rusia, dengan mengorbankan banyak orang," Dr Roberts menyimpulkan.
"Saya percaya Washington bertanggung jawab. Saya tidak tahu apakah itu keputusan resmi pemerintah, atau perbuatan orang-orang nakal untuk menekan Rusia," ujar Dr Roberts, asisten menteri keuangan era Ronald Reagan dan editor Wall Street Journal, kepada PressTV.
"Insiden penembakan itu membantu Washington meyakinkan Eropa untuk bersama menjatunkan sanksi kepada Moskwa," lanjutnya. "Terbukti, insiden penembakan itu efektif melawan Rusia."
Boeing 777-200 Malaysia Airlines MH17 ditembak rudal darat ke udara saat berada di atas timur Ukraina, dalam perjalanan dari Amsterdam-Kuala Lumpur. Pesawat meledak di udara dan jatuh, dengan 298 penumpang dan kru tewas.
Intelejen AS mengatakan pesawat terkena rudal SA yang diluncurkan pemberontak pro-Rusia di timur Ukraina.
Belanda menggelar investigasi. Temuan awal menunjukan pesawat tidak punya masalah teknis, dan jatuh akibat dihantam rudal. Namun, Belanda belum merilis temuan rinci hasil investigasinya.
Belanda dan negara-negara Eropa mengajukan rancangan resolusi pengadilan internasional untuk mengadili insiden penembakan MH17, dengan Rusia sebagai terdakwa. Moskwa memveto resolusi itu.
"Saya melihat Washington dan Kiev merilis informasi yang mereka miliki," demikian Dr Roberts. "Kiev menolak melepas pengawasan komunikasi udara Ukraina. Kami tidak tahu apakah MH17 ditarik ke zona bahaya, atau dialihkan sebelum menuju zona tempur."
Washington, masih menurut Dr Robert, punya gambar satelit saat MH17 melintas. Entah mengapa Washington tidak merilis gambar itu.
Dr Roberts juga yakin Washington memblokir rincian investigasi yang dilakukan Belanda. Keyakinan Dr Roberts diperkuat oleh pernyataan analis Belanda bahwa Rusia tidak bertanggung jawab atas penembakan MH17.
"Washington menggunakan rejim boneka di Kiev untuk menyudutkan Rusia, dengan mengorbankan banyak orang," Dr Roberts menyimpulkan.
♖ inilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.