Menu Latihan Terberat Pasukan Raider Sebanyak 650 personel Batalyon Infanteri Lintas Udara (Yonif Linud) 503 Mayangkara ditempa latihan keras di tengah hutan belantara di pesisir selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Selama 84 hari pasukan tempur TNI AD ini jauh dari keluarga. Harus bertahan hidup tanpa diberi bekal makanan selama 3 hari di tengah hutan menjadi ujian berat bagi kesatuan ini.
Komandan Brigif Linud 18 Trisula, Kolonel Infanteri Febriel Buyung Sikumbang mengatakan, materi latihan dibagi dalam 3 tahap. Pertama, tahap basis yang berlangsung selama 8 minggu di Sidodadi, Malang, serta dua kali tahap latihan tempur yang berlangsung di Kompleks Taji dan Pantai Tamban, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
"Tahap basis meliputi materi taktik dan teknik pertempuran. Tahap ke dua di medan gunung dan hutan untuk mengaplikasikan materi yang sudah dipelajari dalam tahap basis. Tahap terakhir yang juga pengaplikasian tahap basis dilakukan di daerah rawa dan pantai," kata Febriel kepada wartawan di lokasi usai upacara penutupan latihan pembentukan Pasukan Udara (Para) Raider di Pantai Tamban, Minggu (13/9/2015).
Latihan yang berlangsung selama 84 hari itu untuk meningkatkan kemampuan operasional personel Yonif Linud 503 Mayangkara. Jika sebelumnya memiliki spesifikasi operasional tempur segala medan dan cuaca, kini batalyon yang bermarkas di Mojokerto itu memiliki kemampuan khusus, yakni penyergapan musuh dan penyelamatan sandera dari tangan teroris (Raider).
Sedikitnya 285 personel Brigade Infanteri (Brigif) 18 Trisula dilibatkan dalam latihan kali ini sebagai pelatih dan pendukung. Dengan berakhirnya latihan tersebut, maka nama Yonif Linud 503 Mayangkara kini menjadi Yonif Para Raider 503 Mayangkara.
Sementara itu Komandan Yonif Para Raider 503 Mayangkara, Letkol Infanteri Andre Julian yang ikut sebagai peserta latihan mengatakan, kendala berat yang dialami selama latihan adalah pertahanan fisik terhadap kondisi medan yang tergolong ekstrem.
Terlebih lagi, setiap peserta juga harus mampu bertahan hidup selama 3 hari di rawa bakau dan hutan belantara tanpa bekal makanan dan minuman sedikit pun.
"Latihan survival (bertahan hidup) itu kemampuan kami untuk bertahan saat tidak bisa keluar untuk mendapatkan makanan. Ada dua lokasi, pertama di hutan dan gunung, yang ke dua di rawa pantai. Jadi kami makan apa adanya di tempat itu," ungkapnya.
Meski terasa berat, Andre bersyukur kini kemampuan tempur anggotanya di Yonif Para Raider 503 Mayangkara meningkat. "Dari segi fisik, taktik, kemampuan kami bertambah. Kami bisa ditugaskan dimana saja di Indonesia dan dalam bentuk tugas apa saja, termasuk melawan terorisme," ujarnya.
Penutupan latihan pembentukan Yonif Para Raider 503 Mayangkara diakhiri dengan simulasi penyelamatan sandera dari tangan teroris. Batalyon ini merupakan satuan pasukan tempur di bawah Brigif 18 Trisula. Sementara Brigif 18 sendiri di bawah kendali Divisi Infanteri 2 Kostrad.
Selama 84 hari pasukan tempur TNI AD ini jauh dari keluarga. Harus bertahan hidup tanpa diberi bekal makanan selama 3 hari di tengah hutan menjadi ujian berat bagi kesatuan ini.
Komandan Brigif Linud 18 Trisula, Kolonel Infanteri Febriel Buyung Sikumbang mengatakan, materi latihan dibagi dalam 3 tahap. Pertama, tahap basis yang berlangsung selama 8 minggu di Sidodadi, Malang, serta dua kali tahap latihan tempur yang berlangsung di Kompleks Taji dan Pantai Tamban, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
"Tahap basis meliputi materi taktik dan teknik pertempuran. Tahap ke dua di medan gunung dan hutan untuk mengaplikasikan materi yang sudah dipelajari dalam tahap basis. Tahap terakhir yang juga pengaplikasian tahap basis dilakukan di daerah rawa dan pantai," kata Febriel kepada wartawan di lokasi usai upacara penutupan latihan pembentukan Pasukan Udara (Para) Raider di Pantai Tamban, Minggu (13/9/2015).
Latihan yang berlangsung selama 84 hari itu untuk meningkatkan kemampuan operasional personel Yonif Linud 503 Mayangkara. Jika sebelumnya memiliki spesifikasi operasional tempur segala medan dan cuaca, kini batalyon yang bermarkas di Mojokerto itu memiliki kemampuan khusus, yakni penyergapan musuh dan penyelamatan sandera dari tangan teroris (Raider).
Sedikitnya 285 personel Brigade Infanteri (Brigif) 18 Trisula dilibatkan dalam latihan kali ini sebagai pelatih dan pendukung. Dengan berakhirnya latihan tersebut, maka nama Yonif Linud 503 Mayangkara kini menjadi Yonif Para Raider 503 Mayangkara.
Sementara itu Komandan Yonif Para Raider 503 Mayangkara, Letkol Infanteri Andre Julian yang ikut sebagai peserta latihan mengatakan, kendala berat yang dialami selama latihan adalah pertahanan fisik terhadap kondisi medan yang tergolong ekstrem.
Terlebih lagi, setiap peserta juga harus mampu bertahan hidup selama 3 hari di rawa bakau dan hutan belantara tanpa bekal makanan dan minuman sedikit pun.
"Latihan survival (bertahan hidup) itu kemampuan kami untuk bertahan saat tidak bisa keluar untuk mendapatkan makanan. Ada dua lokasi, pertama di hutan dan gunung, yang ke dua di rawa pantai. Jadi kami makan apa adanya di tempat itu," ungkapnya.
Meski terasa berat, Andre bersyukur kini kemampuan tempur anggotanya di Yonif Para Raider 503 Mayangkara meningkat. "Dari segi fisik, taktik, kemampuan kami bertambah. Kami bisa ditugaskan dimana saja di Indonesia dan dalam bentuk tugas apa saja, termasuk melawan terorisme," ujarnya.
Penutupan latihan pembentukan Yonif Para Raider 503 Mayangkara diakhiri dengan simulasi penyelamatan sandera dari tangan teroris. Batalyon ini merupakan satuan pasukan tempur di bawah Brigif 18 Trisula. Sementara Brigif 18 sendiri di bawah kendali Divisi Infanteri 2 Kostrad.
★ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.