1 Orang Tewas Ilustrasi (Hasan Alhabshy) ♔
Dua orang WNI diculik oleh Gerakan Separatis Papua Bersenjata (GSPB) hingga masuk wilayah Papua Nugini (PNG). Kelompok yang diketahui sebagai Organisasi Papua Merdeka itu telah menewaskan satu orang penebang kayu.
Menurut Kapuspen TNI Mayjen Endang Sodik, kejadian berawal pada Rabu (9/9) di wilayah perbatasan Papua yakni di kampung Skofro, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom (sebelumnya disebut wilayah Papua Nugini). Dari pengembangan diketahui ada 4 orang yang menjadi korban.
"Ya itu aksi OPM tapi kami menyebutnya gerakan separatis Papua bersenjata. Pada tanggal 09 September mereka telah menembak mati satu penebang kayu di Kampung Skofro. Dari kasus itu dikembangkan ternyata yang kena ada 4 orang yang bekerja itu, satu mati, satu melapor ke polres, dan 2 orang lainnya tidak diketahui," ujar Endang saat dikonfirmasi, Minggu (13/9/2015).
Belum diketahui identitas dari korban tewas ini, namun korban yang melapor ke polisi bernama Kuba dan juga terkena luka tembak. Saat ini ia masih menjalani perawatan intensif di RS Bhayangkara, Jayapura.
"Lalu pada tanggal 11 September 2015 diketahui ternyata 2 orang itu dibawa ke daerah Skouwtiau, itu sudah masuk wilayah PNG. Karena itu sudah masuk PNG maka TNI dan Kodam Cenderawasih berkoordinasi dengan konsulat RI di Vanimo di PNG," kata Endang.
Selain itu TNI juga telah melaporkan kejadian tersebut kepada atase pertahanan untuk bersama-sama dengan Konsulat RI di Vanimo melakukan koordinasi dengan PNG Army dan pemerintah setempat. Endang sendiri belum bisa memastikan bagaimana kondisi 2 orang WNI yang menjadi sandera di PNG yang diketahui bernama Sudirman dan Badar itu.
"Belum tahu kalau detailnya gimana karena kami belum mendapat laporan lagi. Tapi luka-luka dan perlakuan kekerasan kecil kami yakini ada. Perlakuan kasar pasti ada. Bagaimana sih kalau disandera seperti itu," jelas jenderal bintang 2 itu.
Lokasi penculikan tidak berada di wilayah Indonesia menyebabkan prajurit TNI tidak bisa bergerak langsung untuk menolong sandera. Untuk itu TNI melalui Konsulat RI di Vanimo dan atase pertahanan meminta bantuan kepada Papua Nugini.
"Kodam baru meminta koordinasi dengan konsulat RI dan athan bersama pemerintah PNG ini. Tapi itu dilakukan PNG Army karena kita tidak bisa menerobos perbatasan. Kami berharap mereka bisa melakukan negoisasi sehingga tidak lagi ada jatuhnya korban," tutup Endang. (elz/Hbb)
Dua orang WNI diculik oleh Gerakan Separatis Papua Bersenjata (GSPB) hingga masuk wilayah Papua Nugini (PNG). Kelompok yang diketahui sebagai Organisasi Papua Merdeka itu telah menewaskan satu orang penebang kayu.
Menurut Kapuspen TNI Mayjen Endang Sodik, kejadian berawal pada Rabu (9/9) di wilayah perbatasan Papua yakni di kampung Skofro, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom (sebelumnya disebut wilayah Papua Nugini). Dari pengembangan diketahui ada 4 orang yang menjadi korban.
"Ya itu aksi OPM tapi kami menyebutnya gerakan separatis Papua bersenjata. Pada tanggal 09 September mereka telah menembak mati satu penebang kayu di Kampung Skofro. Dari kasus itu dikembangkan ternyata yang kena ada 4 orang yang bekerja itu, satu mati, satu melapor ke polres, dan 2 orang lainnya tidak diketahui," ujar Endang saat dikonfirmasi, Minggu (13/9/2015).
Belum diketahui identitas dari korban tewas ini, namun korban yang melapor ke polisi bernama Kuba dan juga terkena luka tembak. Saat ini ia masih menjalani perawatan intensif di RS Bhayangkara, Jayapura.
"Lalu pada tanggal 11 September 2015 diketahui ternyata 2 orang itu dibawa ke daerah Skouwtiau, itu sudah masuk wilayah PNG. Karena itu sudah masuk PNG maka TNI dan Kodam Cenderawasih berkoordinasi dengan konsulat RI di Vanimo di PNG," kata Endang.
Selain itu TNI juga telah melaporkan kejadian tersebut kepada atase pertahanan untuk bersama-sama dengan Konsulat RI di Vanimo melakukan koordinasi dengan PNG Army dan pemerintah setempat. Endang sendiri belum bisa memastikan bagaimana kondisi 2 orang WNI yang menjadi sandera di PNG yang diketahui bernama Sudirman dan Badar itu.
"Belum tahu kalau detailnya gimana karena kami belum mendapat laporan lagi. Tapi luka-luka dan perlakuan kekerasan kecil kami yakini ada. Perlakuan kasar pasti ada. Bagaimana sih kalau disandera seperti itu," jelas jenderal bintang 2 itu.
Lokasi penculikan tidak berada di wilayah Indonesia menyebabkan prajurit TNI tidak bisa bergerak langsung untuk menolong sandera. Untuk itu TNI melalui Konsulat RI di Vanimo dan atase pertahanan meminta bantuan kepada Papua Nugini.
"Kodam baru meminta koordinasi dengan konsulat RI dan athan bersama pemerintah PNG ini. Tapi itu dilakukan PNG Army karena kita tidak bisa menerobos perbatasan. Kami berharap mereka bisa melakukan negoisasi sehingga tidak lagi ada jatuhnya korban," tutup Endang. (elz/Hbb)
♔ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.