Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa Indonesia menginginkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik untuk tetap damai dan aman bagi perdagangan dunia dan kemakmuran dari semua bangsa, serta tidak digunakan sebagai platform untuk perebutan sumber daya alam, sengketa teritorial maupun supremasi kekuatan maritim.
“Jaminan keamanan dan keselamatan merupakan hal yang sangat penting dalam keselamatan rute maritim di kawasan Asia Tenggara, terlebih tiga perempat dari jalur laut melewati wilayah perairan Indonesia,” tegasnya saat berbicara sebagai Keynote Speech dalam acara 2nd International Maritime Security Symposium 2015 (IMSS 2015) yang dihadiri para pemimpin Angkatan Laut dari 42 negara di dunia yang berlangsung selama dua hari mulai 16 sd 17 September 2015 di Hotel Borobudur, Jakarta.
Menkopolhukam juga mengungkapkan kerja sama negara-negara di bidang maritim akan mencapai perdamaian dan kemakmuran bersama, namun sangat disayangkan masih belum mendapat perhatian yang cukup. Kita semua seyogyanya memahami pentingnya perdagangan maritim dalam perekonomian global, ujar Luhut Pandjaitan, karena diperkirakan 90% dari perdagangan dunia diangkut melalui laut, dengan nilai tahunan lebih dari US $ 16 triliun. Khususnya di kawasan Asia Pasifik, sepertiga dari perdagangan dunia dengan nilai lebih dari US $ 5 triliun melewati Laut Cina Selatan, Selat Malaka dan Singapura setiap tahunnya. “Mengingat pentingnya laut untuk kehidupan global, maka sangat perlu bagi kita untuk bekerja sama menciptakan keamanan demi kepentingan semua bangsa,” tandas Menkopolhukam.
Simposium kemaritiman tingkat internasional bertema “Maritime Confidence Building and Mutual Cooperation for Peace and Prosperity” (Membangun Kepercayaan dan Kerjasama di Bidang Maritim guna Mencapai Perdamaian dan Kemakmuran Bersama) ini dibuka secara resmi oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P. serta juga dihadiri Menko Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, dan Menteri Luar Negeri Retno Lestari Marsudi, Kepala Bakamla, Waka Basarnas, serta pejabat TNI/TNI AL dan Polri.
Seperti halnya Menkopolhukam, hal senada juga diungkapkan Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., bahwa semakin beragamnya jenis ancaman mengakibatkan situasi keamanan laut menjadi lebih kompleks. “Berkembangnya ancaman non-traditional dan kejahatan lintas negara semakin memperbesar resiko terhadap keamanan laut. Oleh karena itu, negara-negara di dunia perlu meningkatkan kerja sama untuk menghadapi ancaman terhadap keamanan maritim,” katanya.
Menurut orang pertama TNI Angkatan Laut tersebut, forum diskusi yang berkaitan dengan keamanan maritim menjadi sangat penting untuk menghadapi persoalan-persoalan di atas. “Diharapkan melalui simposium ini kita dapat mengidentifikasi tantangan dan peluang dari lingkungan strategis yang berkaitan dengan keamanan maritim serta menemukan peluang kerja sama antar berbagai negara dalam menciptakan keamanan laut. Semoga kegiatan ini juga dapat memberikan kontribusi dalam upaya menciptakan keamanan dan stabilitas maritim di kawasan,” tambah Kasal.
IMSS 2015 diikuti 350 peserta, selain 7 (tujuh) Kepala Staf Angkatan Laut dan delegasi perwakilan Angkatan laut yang dipimpim Perwira Tinggi, turut hadir pula jajaran Atase Pertahanan (Athan) negara-negara asing di Indonesia, Komunitas Maritim Internasional, termasuk unsur-unsur kemaritiman dalam negeri antara lain Polri, Bakamla, Basarnas, kementerian dan lembaga RI, rektor/dekan fakultas kelautan perguruan tinggi, mahasiswa Unhan, pemimpin redaksi media massa, dan organisasi kemaritiman, pakar/pengamat kemaritiman, dan lainnya.
IMSS 2015 ini digagas oleh Indonesia, dalam hal ini TNI Angkatan Laut, dan merupakan even penyelenggaraan yang kedua kalinya dihelat Indonesia (TNI Angkatan Laut), serta selanjutnya akan menjadi agenda rutin dua tahunan TNI Angkatan Laut. Penyelenggaraan IMSS sebelumnya dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2013 lalu yang juga dihelat di tempat yang sama, Hotel Borobudur, Jakarta.
Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P. juga menjelaskan kegiatan simposium internasional ini digelar dalam rangka membangun kerja sama di dalam penanggulangan keamanan maritim tingkat regional maupun internasional, dan ini juga berkaitan dengan program yang dicanangkan Presiden Indonesia Joko Widodo yakni menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, karena pada dasarnya membangun Indonesia sebagai poros maritim dunia tidak terlepas dari suatu kodisi keamanan maritim di tingkat nasional maupun regional yang bisa memberikan sumbangan terhadap pembangunan nasional. “Bahwa investasi itu sendiri akan tercipta apabila berada dalam suatu kondisi keamanan regional yang memungkinkan negara-negara lain yang masuk/keluar wilayah NKRI dalam rangka menanamkan investasinya dalam keadaan aman,” kata Kasal.
Kegiatan dua tahunan yang diselenggarakan ke-2 kalinya ini sekaligus untuk menunjukkan peran Indonesia kepada dunia internasional bahwa tentang kapasitas Indonesia sebagai negara maritim yang besar, sekaligus menegaskan posisi indonesia sebagai poros maritim dunia. Dengan demikian, berdasarkan fakta nyata bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, maka memiliki TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani serta berkelas dunia merupakan keniscayaan untuk menjamin kepentingan nasional Indonesia guna turut serta menjaga stabilitas keamanan baik regional maupun internasional.
Selain kegiatan simposium, pada hari kedua sejumlah Kasal negara-negara asing dan beberapa pemimpin delegasi dijadwalkan akan mengadakan pertemuan bilateral meeting dengan Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P. juga bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta. Sedangkan para istri-istri delegasi dipimpin oleh Ny. Endah Ade Supandi mengadakan kunjungan ke beberapa tempat di Jakarta seperti Taman Mini Indonesia Indah, dan gedung SMESCO untuk mengenalkan budaya dan produk dan hasil kerajinan lokal Indosesia.
Demikian berita Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut.
“Jaminan keamanan dan keselamatan merupakan hal yang sangat penting dalam keselamatan rute maritim di kawasan Asia Tenggara, terlebih tiga perempat dari jalur laut melewati wilayah perairan Indonesia,” tegasnya saat berbicara sebagai Keynote Speech dalam acara 2nd International Maritime Security Symposium 2015 (IMSS 2015) yang dihadiri para pemimpin Angkatan Laut dari 42 negara di dunia yang berlangsung selama dua hari mulai 16 sd 17 September 2015 di Hotel Borobudur, Jakarta.
Menkopolhukam juga mengungkapkan kerja sama negara-negara di bidang maritim akan mencapai perdamaian dan kemakmuran bersama, namun sangat disayangkan masih belum mendapat perhatian yang cukup. Kita semua seyogyanya memahami pentingnya perdagangan maritim dalam perekonomian global, ujar Luhut Pandjaitan, karena diperkirakan 90% dari perdagangan dunia diangkut melalui laut, dengan nilai tahunan lebih dari US $ 16 triliun. Khususnya di kawasan Asia Pasifik, sepertiga dari perdagangan dunia dengan nilai lebih dari US $ 5 triliun melewati Laut Cina Selatan, Selat Malaka dan Singapura setiap tahunnya. “Mengingat pentingnya laut untuk kehidupan global, maka sangat perlu bagi kita untuk bekerja sama menciptakan keamanan demi kepentingan semua bangsa,” tandas Menkopolhukam.
Simposium kemaritiman tingkat internasional bertema “Maritime Confidence Building and Mutual Cooperation for Peace and Prosperity” (Membangun Kepercayaan dan Kerjasama di Bidang Maritim guna Mencapai Perdamaian dan Kemakmuran Bersama) ini dibuka secara resmi oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P. serta juga dihadiri Menko Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, dan Menteri Luar Negeri Retno Lestari Marsudi, Kepala Bakamla, Waka Basarnas, serta pejabat TNI/TNI AL dan Polri.
Seperti halnya Menkopolhukam, hal senada juga diungkapkan Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., bahwa semakin beragamnya jenis ancaman mengakibatkan situasi keamanan laut menjadi lebih kompleks. “Berkembangnya ancaman non-traditional dan kejahatan lintas negara semakin memperbesar resiko terhadap keamanan laut. Oleh karena itu, negara-negara di dunia perlu meningkatkan kerja sama untuk menghadapi ancaman terhadap keamanan maritim,” katanya.
Menurut orang pertama TNI Angkatan Laut tersebut, forum diskusi yang berkaitan dengan keamanan maritim menjadi sangat penting untuk menghadapi persoalan-persoalan di atas. “Diharapkan melalui simposium ini kita dapat mengidentifikasi tantangan dan peluang dari lingkungan strategis yang berkaitan dengan keamanan maritim serta menemukan peluang kerja sama antar berbagai negara dalam menciptakan keamanan laut. Semoga kegiatan ini juga dapat memberikan kontribusi dalam upaya menciptakan keamanan dan stabilitas maritim di kawasan,” tambah Kasal.
IMSS 2015 diikuti 350 peserta, selain 7 (tujuh) Kepala Staf Angkatan Laut dan delegasi perwakilan Angkatan laut yang dipimpim Perwira Tinggi, turut hadir pula jajaran Atase Pertahanan (Athan) negara-negara asing di Indonesia, Komunitas Maritim Internasional, termasuk unsur-unsur kemaritiman dalam negeri antara lain Polri, Bakamla, Basarnas, kementerian dan lembaga RI, rektor/dekan fakultas kelautan perguruan tinggi, mahasiswa Unhan, pemimpin redaksi media massa, dan organisasi kemaritiman, pakar/pengamat kemaritiman, dan lainnya.
IMSS 2015 ini digagas oleh Indonesia, dalam hal ini TNI Angkatan Laut, dan merupakan even penyelenggaraan yang kedua kalinya dihelat Indonesia (TNI Angkatan Laut), serta selanjutnya akan menjadi agenda rutin dua tahunan TNI Angkatan Laut. Penyelenggaraan IMSS sebelumnya dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2013 lalu yang juga dihelat di tempat yang sama, Hotel Borobudur, Jakarta.
Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P. juga menjelaskan kegiatan simposium internasional ini digelar dalam rangka membangun kerja sama di dalam penanggulangan keamanan maritim tingkat regional maupun internasional, dan ini juga berkaitan dengan program yang dicanangkan Presiden Indonesia Joko Widodo yakni menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, karena pada dasarnya membangun Indonesia sebagai poros maritim dunia tidak terlepas dari suatu kodisi keamanan maritim di tingkat nasional maupun regional yang bisa memberikan sumbangan terhadap pembangunan nasional. “Bahwa investasi itu sendiri akan tercipta apabila berada dalam suatu kondisi keamanan regional yang memungkinkan negara-negara lain yang masuk/keluar wilayah NKRI dalam rangka menanamkan investasinya dalam keadaan aman,” kata Kasal.
Kegiatan dua tahunan yang diselenggarakan ke-2 kalinya ini sekaligus untuk menunjukkan peran Indonesia kepada dunia internasional bahwa tentang kapasitas Indonesia sebagai negara maritim yang besar, sekaligus menegaskan posisi indonesia sebagai poros maritim dunia. Dengan demikian, berdasarkan fakta nyata bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, maka memiliki TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani serta berkelas dunia merupakan keniscayaan untuk menjamin kepentingan nasional Indonesia guna turut serta menjaga stabilitas keamanan baik regional maupun internasional.
Selain kegiatan simposium, pada hari kedua sejumlah Kasal negara-negara asing dan beberapa pemimpin delegasi dijadwalkan akan mengadakan pertemuan bilateral meeting dengan Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P. juga bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta. Sedangkan para istri-istri delegasi dipimpin oleh Ny. Endah Ade Supandi mengadakan kunjungan ke beberapa tempat di Jakarta seperti Taman Mini Indonesia Indah, dan gedung SMESCO untuk mengenalkan budaya dan produk dan hasil kerajinan lokal Indosesia.
Demikian berita Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.