Peralatan yang biasa digunakan peneliti untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya ladang minyak, gas atau sumber daya alam bawah laut yang lainnya. Ilustrasi ☆
TNI dari Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) menemukan benda mencurigakan di perairan Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (5/3/2016) kemarin.
"Penemuan itu didasarkan pada informasi dari nelayan setempat. Sejak 1 Maret 2016, nelayan telah melihat ada benda mencurigakan pada kedalaman 7 hingga 8 meter di sekitar 12 mil dari Pantai Midai," ujar Kepala Dinas Penerangan Armabar Letkol Laut Ariris Miftachurrahman di Jakarta, Minggu (6/3/2015).
Setelah diteliti, benda mencurigakan tersebut dipastikan adalah bagian dari Survey Seismic, peralatan yang biasa digunakan peneliti untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya ladang minyak, gas atau sumber daya alam bawah laut yang lainnya.
Peralatan tersebut berbentuk perahu kecil dilengkapi sensor aptomar dan menggunakan kombinasi teknologi inframerah dengan sensor rendah. Alat tersebut ditenagai cahaya matahari (solar cell).
"Dugaan sementara, peralatan itu merupakan bagian alat survey seismic yang biasa dipakai tim survei Norwegia atau Australia untuk mengetahui sumber daya gas mineral bawah laut," ujar Ariris.
TNI belum dapat berkomentar lebih jauh soal apakah alat itu termasuk bentuk pencurian data atau tidak.
Saat ini, tim Armabar telah menyerahkan peralatan tersebut ke Dinas Penelitian dan Pengemangan Angkatan Laut di Jakarta untuk diteliti.
TNI dari Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) menemukan benda mencurigakan di perairan Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (5/3/2016) kemarin.
"Penemuan itu didasarkan pada informasi dari nelayan setempat. Sejak 1 Maret 2016, nelayan telah melihat ada benda mencurigakan pada kedalaman 7 hingga 8 meter di sekitar 12 mil dari Pantai Midai," ujar Kepala Dinas Penerangan Armabar Letkol Laut Ariris Miftachurrahman di Jakarta, Minggu (6/3/2015).
Setelah diteliti, benda mencurigakan tersebut dipastikan adalah bagian dari Survey Seismic, peralatan yang biasa digunakan peneliti untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya ladang minyak, gas atau sumber daya alam bawah laut yang lainnya.
Peralatan tersebut berbentuk perahu kecil dilengkapi sensor aptomar dan menggunakan kombinasi teknologi inframerah dengan sensor rendah. Alat tersebut ditenagai cahaya matahari (solar cell).
"Dugaan sementara, peralatan itu merupakan bagian alat survey seismic yang biasa dipakai tim survei Norwegia atau Australia untuk mengetahui sumber daya gas mineral bawah laut," ujar Ariris.
TNI belum dapat berkomentar lebih jauh soal apakah alat itu termasuk bentuk pencurian data atau tidak.
Saat ini, tim Armabar telah menyerahkan peralatan tersebut ke Dinas Penelitian dan Pengemangan Angkatan Laut di Jakarta untuk diteliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.