Indonesia tidak akan menerima pasokan pertama jet tempur multiperan Su-35 Rusia sebelum 2018. Demikian hal tersebut dilaporkan surat kabar Rusia Izvestia, Rabu (9/3), mengutip seorang sumber di Kementerian Pertahanan Rusia.Adanya antrean pembelian jet tempur Su-35 dari beberapa negara lain menyebabkan Indonesia harus bersabar menerima pasokan Su-35 pertamanya hingga dua tahun mendatang. (Wikipedia)
Narasumber Izvestia mengatakan, adanya antrean pembelian jet tempur canggih tersebut dari beberapa negara lain menyebabkan Indonesia harus bersabar menerima pasokan Su-35 pertamanya hingga dua tahun mendatang. Menurutnya, sebagai produsen tunggal pesawat jet tempur Su-35, Komsomolsk-na-Amure Aircraft Production Association (KNAAPO) saat ini tengah mengalami kelebihan permintaan baik dari dalam maupun luar negeri.
"Saat ini, perusahaan kami telah mempertimbangkan hanya fokus pada produksi jet tempur modern Su-35. Namun demikian, ini semua tidak akan memengaruhi antrean. Dalam lima tahun ke depan, pabrik kami memiliki kontrak untuk memproduksi 50 unit pesawat untuk Angkatan Udara Rusia, dan 24 unit untuk Tiongkok. Sementara, menurut perkiraan kami, Indonesia baru bisa menerima dua jet pertamanya pada 2018," kata sumber tersebut kepada Izvestia.
Kemenhan Rusia mengatakan, sebagaimana yang dikutip Izvestia, produsen KNAAPO telah menghasilkan 14 unit Su-35, beberapa unit pesawat Su-30МК2 untuk Vietnam, dan pesawat Su-27 yang telah dimodernisasi pada 2015 lalu.
Selain itu, terkait jangka waktu pemasokan Su-35 ke Indonesia, pihak Sukhoi menyatakan bahwa hal tersebut juga dipengaruhi dengan fakta bahwa karakteristik teknis Su-35 yang akan dikirim harus terlebih dulu disetujui Indonesia.
"Sepertinya, nantinya Indonesia ingin memasang sistem buatan non-Rusia pada pesawatnya. Karena itu, perlu lebih banyak waktu untuk mensurvei dan menguji coba apakah sistem tersebut bisa bekerja dengan optimal," tutur sumber di Kemenhan Rusia kepada Izvestia.
Namun demikian, Indonesia dikatakan siap menunggu. Sebagaimana yang ditulis media di Indonesia, dengan membeli pesawat Su-35, Indonesia akan mendapatkan teknologi pembuatan pesawat yang sangat mirip dengan teknologi pembuatan pesawat generasi kelima.
"Indonesia bukan negara aviasi," tutur sumber Izvestia dari industri pembangunan pesawat. "Di Indonesia saat ini ada perakitan pesawat kargo militer Spanyol CASA C-212 Aviocar (diproduksi di Indonesia di bawah lisensi PT Dirgantara Indonesia -red.). Selain itu, ada pula rencana kerja sama dengan Korea Selatan untuk merancang pesawat tempur yang karakteristiknya mendekati pesawat generasi kelima.”
Namun, jika Indonesia sudah membeli pesawat Su-35 buatan Rusia, mereka langsung bisa menjadi salah satu negara yang mempunyai teknologi canggih untuk memproduksi teknik aviasi paling modern.
Hanya Mau Su-35, Bukan yang Lain
Pada awal bulan ini, Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengumumkan bahwa Moskow dan Jakarta secara resmi menandatangani kontrak pengiriman sepuluh unit jet tempur Su-35 Flanker senilai satu miliar dolar AS pada April mendatang. Kesepuluh jet tempur Rusia tersebut dibeli untuk menggantikan F-5 Tiger milik AU Indonesia yang sudah usang.
Sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli Su-35 Rusia, Menhan Ryamizard Ryacudu telah mengajukan dua opsi jet tempur untuk dievaluasi oleh pemerintah Indonesia, yaitu Lockheed Martin F-16V dan Su-35 Super Flanker. Pada akhirnya, pilihan jatuh pada Su-35 buatan Rusia karena teknologinya yang diniliai sangat canggih dan secara karakteristik, pesawat tersebut mirip dengan pesawat Su-30MK2 milik AU Indonesia saat ini.
Pesawat Su-35 Super Flanker yang diklasifikasikan sebagai pesawat generasi ke-4++, berada tepat di bawah pesawat siluman generasi kelima. Dibandingkan dengan F-16 dan F-18, yang berbasis teknologi tahun 1970-an, Su-35 baru saja masuk dalam perbendaharaan senjata AU Rusia.
Berdasarkan informasi dari Air Force Technology, Su-35 memiliki kemampuan manuver yang tinggi (+9g) dengan sudut penyerangan tinggi, dan dilengkapi dengan sistem senjata canggih yang membuat pesawat ini memiliki kemampuan tempur yang luar biasa. Kecepatan maksimum pesawat ini mencapai 2.390 kilometer per jam atau Mach 2,25.
Sementara, karakteristik taktis penerbangan Su-35S mendekati pesawat tempur generasi kelima. Teknologi siluman diterapkan dalam pembuatan pesawat tempur ini, yaitu dengan menggunakan lapisan peredam radar dan material komposit. Kecepatan maksimum pesawat adalah 1.400 km/jam dengan jarak penerbangan sejauh 3.600 km. Jangkauan deteksi target dalam mode “udara-ke-udara” adalah sekitar 400 km. Radar pesawat secara bersamaan dapat melacak hingga 30 target dan melakukan penembakan ke delapan target udara.
Narasumber Izvestia mengatakan, adanya antrean pembelian jet tempur canggih tersebut dari beberapa negara lain menyebabkan Indonesia harus bersabar menerima pasokan Su-35 pertamanya hingga dua tahun mendatang. Menurutnya, sebagai produsen tunggal pesawat jet tempur Su-35, Komsomolsk-na-Amure Aircraft Production Association (KNAAPO) saat ini tengah mengalami kelebihan permintaan baik dari dalam maupun luar negeri.
"Saat ini, perusahaan kami telah mempertimbangkan hanya fokus pada produksi jet tempur modern Su-35. Namun demikian, ini semua tidak akan memengaruhi antrean. Dalam lima tahun ke depan, pabrik kami memiliki kontrak untuk memproduksi 50 unit pesawat untuk Angkatan Udara Rusia, dan 24 unit untuk Tiongkok. Sementara, menurut perkiraan kami, Indonesia baru bisa menerima dua jet pertamanya pada 2018," kata sumber tersebut kepada Izvestia.
Kemenhan Rusia mengatakan, sebagaimana yang dikutip Izvestia, produsen KNAAPO telah menghasilkan 14 unit Su-35, beberapa unit pesawat Su-30МК2 untuk Vietnam, dan pesawat Su-27 yang telah dimodernisasi pada 2015 lalu.
Selain itu, terkait jangka waktu pemasokan Su-35 ke Indonesia, pihak Sukhoi menyatakan bahwa hal tersebut juga dipengaruhi dengan fakta bahwa karakteristik teknis Su-35 yang akan dikirim harus terlebih dulu disetujui Indonesia.
"Sepertinya, nantinya Indonesia ingin memasang sistem buatan non-Rusia pada pesawatnya. Karena itu, perlu lebih banyak waktu untuk mensurvei dan menguji coba apakah sistem tersebut bisa bekerja dengan optimal," tutur sumber di Kemenhan Rusia kepada Izvestia.
Namun demikian, Indonesia dikatakan siap menunggu. Sebagaimana yang ditulis media di Indonesia, dengan membeli pesawat Su-35, Indonesia akan mendapatkan teknologi pembuatan pesawat yang sangat mirip dengan teknologi pembuatan pesawat generasi kelima.
"Indonesia bukan negara aviasi," tutur sumber Izvestia dari industri pembangunan pesawat. "Di Indonesia saat ini ada perakitan pesawat kargo militer Spanyol CASA C-212 Aviocar (diproduksi di Indonesia di bawah lisensi PT Dirgantara Indonesia -red.). Selain itu, ada pula rencana kerja sama dengan Korea Selatan untuk merancang pesawat tempur yang karakteristiknya mendekati pesawat generasi kelima.”
Namun, jika Indonesia sudah membeli pesawat Su-35 buatan Rusia, mereka langsung bisa menjadi salah satu negara yang mempunyai teknologi canggih untuk memproduksi teknik aviasi paling modern.
Hanya Mau Su-35, Bukan yang Lain
Pada awal bulan ini, Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengumumkan bahwa Moskow dan Jakarta secara resmi menandatangani kontrak pengiriman sepuluh unit jet tempur Su-35 Flanker senilai satu miliar dolar AS pada April mendatang. Kesepuluh jet tempur Rusia tersebut dibeli untuk menggantikan F-5 Tiger milik AU Indonesia yang sudah usang.
Sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli Su-35 Rusia, Menhan Ryamizard Ryacudu telah mengajukan dua opsi jet tempur untuk dievaluasi oleh pemerintah Indonesia, yaitu Lockheed Martin F-16V dan Su-35 Super Flanker. Pada akhirnya, pilihan jatuh pada Su-35 buatan Rusia karena teknologinya yang diniliai sangat canggih dan secara karakteristik, pesawat tersebut mirip dengan pesawat Su-30MK2 milik AU Indonesia saat ini.
Pesawat Su-35 Super Flanker yang diklasifikasikan sebagai pesawat generasi ke-4++, berada tepat di bawah pesawat siluman generasi kelima. Dibandingkan dengan F-16 dan F-18, yang berbasis teknologi tahun 1970-an, Su-35 baru saja masuk dalam perbendaharaan senjata AU Rusia.
Berdasarkan informasi dari Air Force Technology, Su-35 memiliki kemampuan manuver yang tinggi (+9g) dengan sudut penyerangan tinggi, dan dilengkapi dengan sistem senjata canggih yang membuat pesawat ini memiliki kemampuan tempur yang luar biasa. Kecepatan maksimum pesawat ini mencapai 2.390 kilometer per jam atau Mach 2,25.
Sementara, karakteristik taktis penerbangan Su-35S mendekati pesawat tempur generasi kelima. Teknologi siluman diterapkan dalam pembuatan pesawat tempur ini, yaitu dengan menggunakan lapisan peredam radar dan material komposit. Kecepatan maksimum pesawat adalah 1.400 km/jam dengan jarak penerbangan sejauh 3.600 km. Jangkauan deteksi target dalam mode “udara-ke-udara” adalah sekitar 400 km. Radar pesawat secara bersamaan dapat melacak hingga 30 target dan melakukan penembakan ke delapan target udara.
♖ RBTH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.