Penyadapan Amerika Serikat bukan hal baru. Pasca Gerakan 30 September
1965, Amerika Serikat memberikan perangkat komunikasi yang dapat disadap
kepada Angkatan Darat.
OLEH: YUDI ANUGRAH NUGRAHA
MANTAN anggota CIA dan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA), Edward Snowden, membocorkan informasi rahasia bahwa Amerika Serikat melakukan penyadapan terhadap negara-negara sekutu mereka di Eropa dan negara-negara di Asia tenggara.
Australia menjadi bagian jaringan spionase global bersama Amerika Serikat. Seperti dilansir The Sydney Morning Herald, 31 Oktober 2013, Australia menggunakan kantor-kantor kedutaan di Asia, termasuk Indonesia, untuk menyadap telepon dan data rahasia.
Data intelijen disadap dari Kedutaan Australia di Jakarta, Bangkok, Hanoi, Beijing dan Dili, juga Kantor Komisi Tinggi di Kuala Lumpur serta Port Moresby. Kedutaan Australia di Jakarta memainkan peran penting untuk mengumpulkan data intelijen terkait ancaman terorisme dan penyelundupan manusia. Namun, fokus utamanya adalah intelijen bidang politik, diplomasi, dan ekonomi.
Penyadapan Amerika Serikat di Indonesia bukan barang baru. Amerika Serikat menyokong Angkatan Darat untuk menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dituduh sebagai dalang peristiwa Gerakan 30 September 1965. Menurut John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Masal Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, Angkatan Darat memerlukan peralatan komunikasi untuk menghubungkan berbagai markas di seluruh tanah air dan berkoordinasi dalam melawan PKI.
“Suatu ketika pada akhir 1965 Amerika Serikat menerbangkan perangkat komunikasi radio lapangan (mobile radio) yang sangat canggih dari Pangkalan Udara Clark di Filipina dan semuanya dikirim ke markas besar Kostrad di Jakarta. Sebuah antena dibawa masuk ke dan dipasang di depan markas besar Kostrad,” tulis Roosa.
Wartawan penyelidik Kathy Kadane dalam wawancara dengan para mantan pejabat tinggi Amerika Serikat di akhir 1980-an, menemukan bahwa Amerika Serikat memantau komunikasi Angkatan Darat melalui radio-radio tersebut.
CIA memastikan bahwa frekuensi-frekuensi yang akan digunakan Angkatan Darat diketahui sebelumnya oleh NSA. NSA menyadap siaran-siaran radio itu di suatu tempat di Asia Tenggara, dan sesudah itu para analis menerjemahkannya. Hasil penyadapan kemudian dikirim ke Washington.
Dengan demikian, menurut John Roosa, Amerika Serikat memiliki detil bagian demi bagian laporan penyerangan Angkatan Darat terhadap PKI, misalnya, mendengar “komando-komando dari satuan-satuan intelijen Soeharto untuk membunuh tokoh-tokoh tertentu di tempat-tempat tertentu.”
OLEH: YUDI ANUGRAH NUGRAHA
MANTAN anggota CIA dan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA), Edward Snowden, membocorkan informasi rahasia bahwa Amerika Serikat melakukan penyadapan terhadap negara-negara sekutu mereka di Eropa dan negara-negara di Asia tenggara.
Australia menjadi bagian jaringan spionase global bersama Amerika Serikat. Seperti dilansir The Sydney Morning Herald, 31 Oktober 2013, Australia menggunakan kantor-kantor kedutaan di Asia, termasuk Indonesia, untuk menyadap telepon dan data rahasia.
Data intelijen disadap dari Kedutaan Australia di Jakarta, Bangkok, Hanoi, Beijing dan Dili, juga Kantor Komisi Tinggi di Kuala Lumpur serta Port Moresby. Kedutaan Australia di Jakarta memainkan peran penting untuk mengumpulkan data intelijen terkait ancaman terorisme dan penyelundupan manusia. Namun, fokus utamanya adalah intelijen bidang politik, diplomasi, dan ekonomi.
Penyadapan Amerika Serikat di Indonesia bukan barang baru. Amerika Serikat menyokong Angkatan Darat untuk menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dituduh sebagai dalang peristiwa Gerakan 30 September 1965. Menurut John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Masal Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, Angkatan Darat memerlukan peralatan komunikasi untuk menghubungkan berbagai markas di seluruh tanah air dan berkoordinasi dalam melawan PKI.
“Suatu ketika pada akhir 1965 Amerika Serikat menerbangkan perangkat komunikasi radio lapangan (mobile radio) yang sangat canggih dari Pangkalan Udara Clark di Filipina dan semuanya dikirim ke markas besar Kostrad di Jakarta. Sebuah antena dibawa masuk ke dan dipasang di depan markas besar Kostrad,” tulis Roosa.
Wartawan penyelidik Kathy Kadane dalam wawancara dengan para mantan pejabat tinggi Amerika Serikat di akhir 1980-an, menemukan bahwa Amerika Serikat memantau komunikasi Angkatan Darat melalui radio-radio tersebut.
CIA memastikan bahwa frekuensi-frekuensi yang akan digunakan Angkatan Darat diketahui sebelumnya oleh NSA. NSA menyadap siaran-siaran radio itu di suatu tempat di Asia Tenggara, dan sesudah itu para analis menerjemahkannya. Hasil penyadapan kemudian dikirim ke Washington.
Dengan demikian, menurut John Roosa, Amerika Serikat memiliki detil bagian demi bagian laporan penyerangan Angkatan Darat terhadap PKI, misalnya, mendengar “komando-komando dari satuan-satuan intelijen Soeharto untuk membunuh tokoh-tokoh tertentu di tempat-tempat tertentu.”
♞ Historia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.