Saat ini, Badan milik negara untuk Pengembangan Pertahanan (Agency for Defense Development/ADD), sefaham dengan keinginan Angkatan Udara, mengklaim bahwa pesawat tempur masa depan Korea seharusnya bermesin ganda, pesawat baru, mengusulkan desain berlabel C103.
Di sisi lain, The Defense Acquisition Program Administration (DAPA ), telah mempromosikan versi bermesin tunggal, bernama C501, yang merupakan turunan dari pesawat tempur ringan Korea Aerospace Industries (KAI) FA-50, alasannya pesawat akan lebih murah dan lebih mudah untuk dikembangkan dan dibangun daripada preferensi ADD.
KF-X, yang ditujukan untuk pembuatan jet tempur “F-16 +” dengan bantuan kontraktor pertahanan global untuk mengisi kesenjangan pesawat tempur pada dekade berikutnya, telah tertunda akibat keterbatasan anggaran dan keraguan atas kelayakannya.
Program yang diprakarsai oleh almarhum mantan Presiden Kim Dae – jung pada Maret 2001, memiliki strategi dasar yang diselesaikan pada bulan April 2010 dan ADD melakukan penelitian akhir tentang kelayakan program pembangunan antara tahun 2011 dan 2012. Angkatan Udara Korea berencana mendapatkan 120 jet baru untuk menggantikan armada F-4 dan F-5 yang sudah tua melalui proyek pesawat tempur ini.
Pada bulan Januari, 20 miliar won ($18.7 juta) dari anggaran pertahanan untuk tahun 2014 telah dianggarkankan untuk menentukan desain serta mesin, dan DAPA mengatakan akan mulai menerima tawaran dari produsen untuk berpartisipasi dalam program ini pada bulan April.
Angkatan Udara Korea meyakini pesawat bermesin ganda memiliki performa tempur yang lebih baik serta keamanan yang lebih baik.
“Pesawat bermesin ganda memang lebih mahal, tetapi dapat membawa muatan berat dengan jarak yang lebih jauh,” kata Greg Waldro, managing editor Flightglobal Asia sebuah situs penerbangan dan industri kedirgantaraan.
“Selain itu, pesawat tempur bermesin ganda memberikan margin keamanan yang lebih besar jika pilot kehilangan satu mesin (rusak), kemungkinan pesawat masih bisa kembali ke pangkalan dengan satu yang tersisa. “ Angkatan Udara juga lebih suka versi bermesin ganda untuk kemungkinan upgrade di masa depan.
“C103 adalah pesawat generasi 4.5 semacam Eurofighter Typhoon, dapat dengan mudah ditingkatkan untuk pesawat tempur generasi kelima, sedangkan C501 adalah generasi 4, “kata seorang analis penerbangan lokal secara anonim.
ADD punya ruang lega untuk weapons bay dalam desain C103, yang akan menghasilkan pesawat tempur low- observable.
Analis tersebut mengatakan bahwa jika Korea memilih pesawat bermesin ganda untuk program KF-X, pesawat tempur tersebut pada akhirnya akan dapat menggantikan F-16 dan F-15 Angkatan Udara Korea di masa depan. ”Jika tidak, KF-X hanya akan berakhir sebagai pengganti F-4 dan F-5,” katanya.
Sejauh ini, Angkatan Udara Korea hanya menggunakan pesawat Amerika, sehingga terganggu oleh campur tangan AS dalam penjualan internasional dan upgrade.
Angkatan Udara mengatakan pesawat tempur baru akan bebas dari hambatan itu. KAI FA-50 didasarkan pada pesawat latih T-50 supersonik, dikembangkan bersama dengan Lockheed Martin.
“Keuntungan terbesar adalah Korea akan dapat mengekspor tanpa ijin ekspor (dari Amerika Serikat), ” kata Yang Uk, seorang peneliti senior di Forum Pertahanan dan Keamanan Korea. ”Pesawat ini akan membantu Angkatan Udara menghemat biaya operasional dan pemeliharaan juga.”
Selain itu, Angkatan Udara mengatakan bahwa pengembangan pesawat tempur sekelas F-16 akan menjadi tidak berarti karena pesawat KF-X akan memasuki layanan dari 2023, dengan negara-negara tetangga seperti China dan Jepang menampilkan jet siluman canggih J-20 dan F-35.
“Dalam hal strategi dan pembangunan militer, mengingat lingkungan operasional dari 2030-2050, Angkatan Udara percaya bahwa pesawat tempur bermesin ganda adalah pilihan yang lebih baik, ” kata seorang perwira Angkatan Udara. ”Namun, satuan tugas kementerian pertahanan yang akan menentukan, dan kami akan mengikuti keputusan tersebut.”
Menurut KAI, C501 akan dibangun berdasarkan FA-50, meskipun akan lebih besar, tapi Yang mengatakan bahwa rencana up-sizing dinilai tidak layak.
“Jika C501 dibangun berdasarkan FA-50, KAI harus mendesain ulang aerodinamis pesawat, yang akan menimbulkan beban keuangan yang besar, ” katanya. ”Jika demikian, tidak akan ada banyak perbedaan antara C501 dan C103 dari segi biaya dan waktu pengembangan”.
Namun, menurut Korea Institut Sains dan Teknologi Evaluasi dan Perencanaan ( Korea Institute of Science and Technology Evaluation and Planning/KISTEP) pada bulan November, desain bermesin tunggal akan dikenakan biaya ? 6.4 tiliun untuk pembangunannya, berbanding dengan 8.6 triliun Won untuk pesawat bermesin ganda. Selain itu, evaluasi biaya operasional dan pemeliharaan pesawat bermesin tunggal adalah sekitar 1 triliun Won lebih murah, bersama dengan penyebaran sebelumnya – 10,5 tahun untuk model bermesin ganda dan 8,5 tahun untuk versi tunggal.
“KAI adalah sebuah perusahaan yang terdaftar (publik), sehingga mereka harus mempertimbangkan untuk mencari keuntungan dari KF-X , ” kata analis penerbangan.
Richard Aboulafia, wakil presiden Teal Group yang berbasis di Virginia, percaya bahwa pasti ada pasar untuk desain pesawat tempur baru berat medium terjangkau dalam dekade mendatang. Lockheed Martin diperkirakan untuk menutup lini produksi F-16 di sekitar tahun 2015. ”KF-X harus mengikuti langkah pesawat tempur medium sukses sebelumnya seperti seri F-16 dan Dassault Mirage,” katanya.
Aboulafia juga mengatakan bahwa keputusan untuk membuat KF-X desain twin-mesin akan sangat merusak prospek ekspor. ”Dua mesin tempur besar akan membuat KF-X terlalu besar dan mahal untuk sebagian besar pasar ekspor pesawat tempur, ” katanya.
“Di sisi lain, jika dua mesin kecil pesawat sipil diadaptasi untuk digunakan tempur, yang akan membuat KF-X underperforming dan tidak memadai, seperti yang dialami pesawat tempur Ching Kuo buatan Taiwan.” Dalam hal kinerja tempur, jumlah mesin bukan merupakan faktor konklusif.
“Mesin adalah bagian penting dari sebuah pesawat tempur, tapi itu hanyalah salah satu aspek dari sistem sistem. Diterapkan dengan tepat, baik pesawat tempur bermesin tunggat atau bermesin ganda dapat sangat efektif dalam pertempuran.” Kata Waldron.
James Hardy, Editor Asia-Pasifik dari IHS Jane Defense Weekly, menganggap preferensi Angkatan Udara pada pesawat bermesin ganda adalah “ironis” mengingat bahwa mereka pernah menolak F-15 bermesin ganda dan memilih F-35 yang bermesin tunggal di kompetisi FX III tahun lalu.
“Pesawat mesin tunggal tidak lagi dilihat sebagai lebih rendah untuk sebagian besar misi- lagipula F-35 adalah pesawat tempur bermesin tunggal, seperti juga F-16 dan Saab Gripen,” katanya.
Mr.Yang mengatakan bahwa tidak ada definisi yang jelas untuk KF-X dan yang telah menyebabkan perdebatan tanpa henti. ”Jika pesawat dari KF-X mencapai Status tempur siluman, itu adalah jet tempur kelas tinggi sekarang ini, tapi itu hanya aka jadi pesawat tempur level menengah di 2025-26. Tidak ada standar yang jelas untuk pesawat kelas menengah,” katanya.
“Saya percaya bahwa KAI akan mampu memproduksi pesawat berkemampuan tinggi, jika mendapatkan lebih banyak dana. Jika pemerintah benar-benar ingin melihat dampak ekonomi dari KF-X, harusnya program ini menjadi proyek nasional.”
DAPA ingin peserta untuk secara opsional membayar 20 persen dari biaya pembangunan KF-X, yang akan mencegah KAI dari mengembangkan pesawat bermesin ganda yang membutuhkan upaya yang lebih teknis. Selain itu, badan pengadaan senjata akan meminta kompensasi atas keterlambatan dalam deployment, kata analis tak diketahui identitasnya.
“Jika keputusan untuk memilih maju dengan desain mesin ganda, pemerintah harus meringankan beban keuangan perusahaan, ” katanya.
♞ JKGR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.