60% Komponen Pesawat N219 Buatan Dalam Negeri Pesawat N219 disebut-sebut bakal menjadi kebangkitan industri pesawat terbang dalam negeri. Ide, model, dan desain pesawat ini dirancang oleh putra-putra bangsa. Begitu juga dengan komponennya yang 60% buatan dalam negeri.
"Jumlah part N219 mencapai 5 ribu part kecil. Sekitar 60 persennya lokal," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Budi Santoso dalam acara nota kesepahaman PTDI dan LAPAN, serta First Cutting Detail Part Manufacturing N219 di Bandung, Selasa (9/9/2014).
Namun untuk mesin, N219 masih mengimpor. Budi mengatakan, N219 dibuat dengan konsep yang sederhana. "Kami mencoba membuat pesawat yang permesinannya sederhana. Karena kami ingin biaya produksi yang murah. Namun kita bisa mendapatkan keuntungan untuk pengembangan program lainnya," katanya.
Dalam pembuatan komponen, Budi mengingatkan tim produksi untuk serius. "Pengalaman saya dulu, kalau gagal, part dibuang ke tempat sampah. Kami ingin mekanik bisa meyakinkan supaya komposisi komponen sudah betul. Yang produksi juga jangan stres," minta Budi.
Direktur Teknologi PTDI Andi Alisyahbana mencontohkan, komponan kaca pesawat yang biasanya diimpor, bakal dicoba untuk menggunakan barang dalam negeri.
"Kaca yang biasanya impor, kali ini kita akan ajak industri kaca dalam negeri," katanya.Pemerintah Gelontorkan Rp 400 M Untuk Pesawat N219 Proyek pembangunan dan pengembangan pesawat N219 didukung pemerintah pusat melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dalam bentuk pemberian anggaran sekitar Rp 400 miliar. Alokasi tersebut diberikan untuk pembuatan dua prototipe N219.
Hal itu disampaikan Kepala Lapan Thomas Djamalludin dalam acara penandatanganan nota kesepahaman bersama PT Dirgantara Indonesia serta First Cutting Detail Part Manufacturing N219 di Bandung, Selasa (9/9/2014).
"Anggaran yang diberi pemerintah tahun ini dan tahun depan totalnya sekitar Rp 400 miliar. Itu untuk dua prototipe pesawat N219," kata Thomas.
Dua pesawat tersebut diharapkan sudah bisa dipamerkan pada Hari Teknologi Nasional (Harteknas) pada Agustus 2015.
Besarnya anggaran pengembangan dan pembuatan prototipe pesawat baru seperti N219 akan berat jika ditanggung oleh PT DI. Oleh karena itu, Lapan hadir sebagai jembatan antara industri penerbangan dan pemerintah.
"Lapan sebagai instansi pemerintah yang diamanatkan untuk penelitian dan pengembangan pesawat terbang yang industrinya ada di PT DI mendukung penyediaan pesawat transportasi untuk daerah terpencil dengan keterbatasan landasan," jelasnya.
Lapan, lanjut Thomas, akan ikut dalam pengembangan desain sampai nanti pesawat bisa diproduksi. "Kami akan turut dalam desain, sekaligus membangun SDM (sumber daya manusia)," ujarnya.
Secara spesifik, Thomas belum mengetahui harga jual N219 nantinya. Namun dia menyebutkan, N219 akan lebih kompetitif dibandingkan pesawat-pesawat di kelasnya.
"Dengan kompetitornya pun N219 bisa unggul pemasarannya," tuturnya.Akan Dipamerkan Agustus 2015 PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menandatangani MoU Pembangunan pesawat N-219 di Gedung GPM PT DI, Jalan Pajajaran, Selasa (9/9/2014).
PTDI dan LAPAN akan membangun dan mengembangkan pesawat N-219 yang ditargetkan purwarupanya selesai dan dipamerkan pada Agustus 2015 mendatang.
Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh Direktur Utama PTDI Budi Santoso dan Kepala LAPAN Thomas Djamalludin. Pesawat berpenumpang 19 orang ini diharapkan akan menjadi pesawat perintis untuk penerbangan di daerah terpencil.
"Menjadi kebanggaan kami dipercaya pemerintah untuk mengembangkan pesawat baru dengan kerjasama LAPAN. Kami akan memastikan N219 ini dapat tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya," ujar Budi dalam sambutannya usai penandatanganan MoU.
Ia menyebutkan, purwarupa N219 ini ditargetkan bisa keluar hanggar untuk dipamerkan pada Agustus 2015, serta menjalani penerbangan pertamanya (first flight) pada 2016.
"Dan diharapkan N219 bisa masuk pasar pada 2017, setelah memasuki proses sertifikasi," jelasnya.
Sementara itu, Kepala LAPAN Thomas Djamalludin menyatakan, pembangunan N219 ini akan menjadi loncatan untuk LAPAN dalam pengembangan teknologi penerbangan untuk kembali membangkitkan industri dirgantara dalam negeri.
"Program ini akan membuktikan kemandirian kita dalam membuat pesawat transportasi untuk saerah terpencil. Yang terbatas panjang landasan dan kondisi geografisnya. Kami mendukung industri penerbangan dalam negeri yang kuat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," katanya.
Selain penandatanganan MoU, dilakukan First Cutting Detail Part Manufacturing sebagai tanda dimulainya tahap produksi komponen pesawat. Secara simbolis, Thomas didampingi Budi melakukan pemotongan material yang akan digunakan untuk pembuatan komponen sekat jendela di bagian depan pesawat.
Bersama LAPAN, PTDI akan menyelesaikan seluruh proses pengembangan prototipe N219 yang kemudian akan diproduksi massal untuk dipasarkan secara luas.
"Jumlah part N219 mencapai 5 ribu part kecil. Sekitar 60 persennya lokal," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Budi Santoso dalam acara nota kesepahaman PTDI dan LAPAN, serta First Cutting Detail Part Manufacturing N219 di Bandung, Selasa (9/9/2014).
Namun untuk mesin, N219 masih mengimpor. Budi mengatakan, N219 dibuat dengan konsep yang sederhana. "Kami mencoba membuat pesawat yang permesinannya sederhana. Karena kami ingin biaya produksi yang murah. Namun kita bisa mendapatkan keuntungan untuk pengembangan program lainnya," katanya.
Dalam pembuatan komponen, Budi mengingatkan tim produksi untuk serius. "Pengalaman saya dulu, kalau gagal, part dibuang ke tempat sampah. Kami ingin mekanik bisa meyakinkan supaya komposisi komponen sudah betul. Yang produksi juga jangan stres," minta Budi.
Direktur Teknologi PTDI Andi Alisyahbana mencontohkan, komponan kaca pesawat yang biasanya diimpor, bakal dicoba untuk menggunakan barang dalam negeri.
"Kaca yang biasanya impor, kali ini kita akan ajak industri kaca dalam negeri," katanya.Pemerintah Gelontorkan Rp 400 M Untuk Pesawat N219 Proyek pembangunan dan pengembangan pesawat N219 didukung pemerintah pusat melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dalam bentuk pemberian anggaran sekitar Rp 400 miliar. Alokasi tersebut diberikan untuk pembuatan dua prototipe N219.
Hal itu disampaikan Kepala Lapan Thomas Djamalludin dalam acara penandatanganan nota kesepahaman bersama PT Dirgantara Indonesia serta First Cutting Detail Part Manufacturing N219 di Bandung, Selasa (9/9/2014).
"Anggaran yang diberi pemerintah tahun ini dan tahun depan totalnya sekitar Rp 400 miliar. Itu untuk dua prototipe pesawat N219," kata Thomas.
Dua pesawat tersebut diharapkan sudah bisa dipamerkan pada Hari Teknologi Nasional (Harteknas) pada Agustus 2015.
Besarnya anggaran pengembangan dan pembuatan prototipe pesawat baru seperti N219 akan berat jika ditanggung oleh PT DI. Oleh karena itu, Lapan hadir sebagai jembatan antara industri penerbangan dan pemerintah.
"Lapan sebagai instansi pemerintah yang diamanatkan untuk penelitian dan pengembangan pesawat terbang yang industrinya ada di PT DI mendukung penyediaan pesawat transportasi untuk daerah terpencil dengan keterbatasan landasan," jelasnya.
Lapan, lanjut Thomas, akan ikut dalam pengembangan desain sampai nanti pesawat bisa diproduksi. "Kami akan turut dalam desain, sekaligus membangun SDM (sumber daya manusia)," ujarnya.
Secara spesifik, Thomas belum mengetahui harga jual N219 nantinya. Namun dia menyebutkan, N219 akan lebih kompetitif dibandingkan pesawat-pesawat di kelasnya.
"Dengan kompetitornya pun N219 bisa unggul pemasarannya," tuturnya.Akan Dipamerkan Agustus 2015 PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menandatangani MoU Pembangunan pesawat N-219 di Gedung GPM PT DI, Jalan Pajajaran, Selasa (9/9/2014).
PTDI dan LAPAN akan membangun dan mengembangkan pesawat N-219 yang ditargetkan purwarupanya selesai dan dipamerkan pada Agustus 2015 mendatang.
Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh Direktur Utama PTDI Budi Santoso dan Kepala LAPAN Thomas Djamalludin. Pesawat berpenumpang 19 orang ini diharapkan akan menjadi pesawat perintis untuk penerbangan di daerah terpencil.
"Menjadi kebanggaan kami dipercaya pemerintah untuk mengembangkan pesawat baru dengan kerjasama LAPAN. Kami akan memastikan N219 ini dapat tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya," ujar Budi dalam sambutannya usai penandatanganan MoU.
Ia menyebutkan, purwarupa N219 ini ditargetkan bisa keluar hanggar untuk dipamerkan pada Agustus 2015, serta menjalani penerbangan pertamanya (first flight) pada 2016.
"Dan diharapkan N219 bisa masuk pasar pada 2017, setelah memasuki proses sertifikasi," jelasnya.
Sementara itu, Kepala LAPAN Thomas Djamalludin menyatakan, pembangunan N219 ini akan menjadi loncatan untuk LAPAN dalam pengembangan teknologi penerbangan untuk kembali membangkitkan industri dirgantara dalam negeri.
"Program ini akan membuktikan kemandirian kita dalam membuat pesawat transportasi untuk saerah terpencil. Yang terbatas panjang landasan dan kondisi geografisnya. Kami mendukung industri penerbangan dalam negeri yang kuat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," katanya.
Selain penandatanganan MoU, dilakukan First Cutting Detail Part Manufacturing sebagai tanda dimulainya tahap produksi komponen pesawat. Secara simbolis, Thomas didampingi Budi melakukan pemotongan material yang akan digunakan untuk pembuatan komponen sekat jendela di bagian depan pesawat.
Bersama LAPAN, PTDI akan menyelesaikan seluruh proses pengembangan prototipe N219 yang kemudian akan diproduksi massal untuk dipasarkan secara luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.