Dua pilot uji coba China telah tewas selama program pengembangan kemampuan pesawat tempur berbasis kapal induk negara itu, media pemerintah China melaporkan. Sebuah pengakuan yang cukup langka mengingat ini adalah program unggulan Angkatan Laut China (PLAN).
Pengakuan tersebut tertuang dalam sebuah laporan kantor berita resmi Xinhua yang mengatakan bahwa Presiden Xi Jinping telah menandatangani perintah pemberian gelar kehormatan kepada kedua pilot skadron pertama yang melakukan lepas landas dan mendarat di kapal induk Liaoning, satu-satunya kapal induk milik China.
"Dua pilot itu telah mengorbankan hidupnya untuk pengujian," kata laporan itu. Namun laporan Xinhua yang bertanggal 27 Agustus (dilansir dari USNI) tidak memberikan rincian lebih lanjut. Tidak dilaporkan kronologis kejadiannya, siapa pilot yang tewas, bagaimana kondisi pesawatnya dan bagaimana kondisi kapal induk Liaoning. Laporan tersebut juga tidak mengungkapkan kemajuan atau kendala yang dihadapi program penerbangan kapal induk Liaoning. Namun yang pasti, kedua pilot ini menerbangkan pesawat tempur J-15, yang diproduksi sendiri oleh China berdasarkan Sukhoi Su-33 tanpa lisensi dari Rusia.
Laporan IHS Jane pada Jumat menyimpulkan bahwa kemungkinan sudah ada 2 pesawat tempur J-15 yang hilang karena uji coba lepas landas dan mendarat di kapal induk Liaoning ini.
J-15
Misi penerbangan dari dan ke kapal induk secara inheren sangatlah berisiko. Seorang analis kelautan Eric Wertheim - penulis U.S. Naval Institute’s (USNI) Combat Fleets of the World- mengatakan bahwa kecelakaan atau dua pilot China seperti itu bukanlah hal yang tidak biasa. "Hal ini tidak mengejutkan saya," katanya kepada USNI News pada Jumat. "Penerbangan di kapal induk adalah misi yang berbahaya, terutama ketika Anda baru memulai pertama kali."
China dilaporkan mempelajari penerbangan di kapal induk dari pilot Angkatan Laut Brazil - yang mengoperasikan kapal induk bekas Prancis era 1960 yang ukurannya sepertiga dari ukuran kapal induk Kelas Nimitz Amerika Serikat.
Pada akhir 2012, China mengumumkan telah memulai uji coba pesawat tempur pada kapal induk Liaoning, memacu gelombang kebanggaan patriotik negara itu. Televisi, surat kabar dan media-media internet China ramai mempublikasikan aksi-aksi pesawat-pesawat tempur mereka yang lepas landas dan mendarat di kapal induk Liaoning.
Meskipun baru, PLA tampaknya belajar lebih cepat dari dugaan AS. Pada tahun 2013, Vice Adm. Ted Branch - yang kemudian menjadi komandan U.S. Navy’s Atlantic Air Arm dan sekarang menjabat Director of Naval Intelligence - mengatakan bahwa: "China belajar dengan cepat dan mereka banyak mengambil pelajaran dari kita," ujarnya dalam sebuah simposium pertahanan pada 2013 lalu.
AS diketahui telah kehilangan ribuan kru dan pesawat demi mempelajari bagaimana mengoperasikan pesawat dari kapal induk. Dari tahun 1949-1988, Angkatan Laut dan Korps Marinir AS telah kehilangan hampir dua belas ribu pesawat dari semua jenis (helikopter, pesawat latih, pesawat patroli, dan pesawat tempur) dan lebih dari 8.500 kru (pilot dan kru udara di kapal induk), menurut buku "One Hundred Years of U.S. Navy Airpower" karangan Robert C. Rubel.
Liaoning hingga saat ini masih menjalani uji coba laut dan pejabat pertahanan China juga belum mengonfirmasi kapan kapal induk ini akan bertugas atau kapan kapal ini dilengkapi dengan pesawat tempur.
Sedikit mengupas Liaoning, China setidaknya telah menghabiskan waktu satu dekade untuk memperbaiki kapal induk terlantar era Uni Soviet yang dibeli dari Ukraina ini sebelum akhirnya diresmikan dengan nama Liaoning pada 2012 lalu. Dibandingkan dengan kapal induk AS, Liaoning masih kalah dalam urusan kecepatan, ukuran dan kapasitas pesawat yang mampu dibawa. Namun Liaoning adalah langkah awal dari ekspansi besar Angkatan Laut China untuk membangun kapal-kapal induk berikutnya.
Pengakuan tersebut tertuang dalam sebuah laporan kantor berita resmi Xinhua yang mengatakan bahwa Presiden Xi Jinping telah menandatangani perintah pemberian gelar kehormatan kepada kedua pilot skadron pertama yang melakukan lepas landas dan mendarat di kapal induk Liaoning, satu-satunya kapal induk milik China.
"Dua pilot itu telah mengorbankan hidupnya untuk pengujian," kata laporan itu. Namun laporan Xinhua yang bertanggal 27 Agustus (dilansir dari USNI) tidak memberikan rincian lebih lanjut. Tidak dilaporkan kronologis kejadiannya, siapa pilot yang tewas, bagaimana kondisi pesawatnya dan bagaimana kondisi kapal induk Liaoning. Laporan tersebut juga tidak mengungkapkan kemajuan atau kendala yang dihadapi program penerbangan kapal induk Liaoning. Namun yang pasti, kedua pilot ini menerbangkan pesawat tempur J-15, yang diproduksi sendiri oleh China berdasarkan Sukhoi Su-33 tanpa lisensi dari Rusia.
Laporan IHS Jane pada Jumat menyimpulkan bahwa kemungkinan sudah ada 2 pesawat tempur J-15 yang hilang karena uji coba lepas landas dan mendarat di kapal induk Liaoning ini.
J-15
Misi penerbangan dari dan ke kapal induk secara inheren sangatlah berisiko. Seorang analis kelautan Eric Wertheim - penulis U.S. Naval Institute’s (USNI) Combat Fleets of the World- mengatakan bahwa kecelakaan atau dua pilot China seperti itu bukanlah hal yang tidak biasa. "Hal ini tidak mengejutkan saya," katanya kepada USNI News pada Jumat. "Penerbangan di kapal induk adalah misi yang berbahaya, terutama ketika Anda baru memulai pertama kali."
China dilaporkan mempelajari penerbangan di kapal induk dari pilot Angkatan Laut Brazil - yang mengoperasikan kapal induk bekas Prancis era 1960 yang ukurannya sepertiga dari ukuran kapal induk Kelas Nimitz Amerika Serikat.
Pada akhir 2012, China mengumumkan telah memulai uji coba pesawat tempur pada kapal induk Liaoning, memacu gelombang kebanggaan patriotik negara itu. Televisi, surat kabar dan media-media internet China ramai mempublikasikan aksi-aksi pesawat-pesawat tempur mereka yang lepas landas dan mendarat di kapal induk Liaoning.
Meskipun baru, PLA tampaknya belajar lebih cepat dari dugaan AS. Pada tahun 2013, Vice Adm. Ted Branch - yang kemudian menjadi komandan U.S. Navy’s Atlantic Air Arm dan sekarang menjabat Director of Naval Intelligence - mengatakan bahwa: "China belajar dengan cepat dan mereka banyak mengambil pelajaran dari kita," ujarnya dalam sebuah simposium pertahanan pada 2013 lalu.
AS diketahui telah kehilangan ribuan kru dan pesawat demi mempelajari bagaimana mengoperasikan pesawat dari kapal induk. Dari tahun 1949-1988, Angkatan Laut dan Korps Marinir AS telah kehilangan hampir dua belas ribu pesawat dari semua jenis (helikopter, pesawat latih, pesawat patroli, dan pesawat tempur) dan lebih dari 8.500 kru (pilot dan kru udara di kapal induk), menurut buku "One Hundred Years of U.S. Navy Airpower" karangan Robert C. Rubel.
Liaoning hingga saat ini masih menjalani uji coba laut dan pejabat pertahanan China juga belum mengonfirmasi kapan kapal induk ini akan bertugas atau kapan kapal ini dilengkapi dengan pesawat tempur.
Sedikit mengupas Liaoning, China setidaknya telah menghabiskan waktu satu dekade untuk memperbaiki kapal induk terlantar era Uni Soviet yang dibeli dari Ukraina ini sebelum akhirnya diresmikan dengan nama Liaoning pada 2012 lalu. Dibandingkan dengan kapal induk AS, Liaoning masih kalah dalam urusan kecepatan, ukuran dan kapasitas pesawat yang mampu dibawa. Namun Liaoning adalah langkah awal dari ekspansi besar Angkatan Laut China untuk membangun kapal-kapal induk berikutnya.
★ artileri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.