Ilustrasi MI17 HIP TNI AD
Misi PBB di Sudan Selatan (UNMISS) telah mengkonfirmasi bahwa satu helikopter PBB yang jatuh di Sudan Selatan pada Agustus dan menewaskan tiga anggota awak yang berkebangsaan Rusia "ditembak-jatuh".
Misi tersebut mengatakan, "Para ahli PBB yang melakukan tahap pertama penyelidikan mereka kemarin telah mengungkap bukti mengenai kondisi tentang jatuhnya helikopter PBB Mi-8 pada 26 Agustus. Mereka menyatakan helikopter tersebut ditembak-jatuh.
Juru Bicara PBB Stephane Dujarric memberitahu wartawan dalam taklimat harian pada Selasa bahwa helikopter itu, yang sedang melakukan penerbangan rutin mengangkut barang dari Wau di Negara Bagian Bahr El Ghazal di bagian barat ke Bentiu, jatuh pada 26 Agustus sekitar 10 kilometer di sebelah selatan Bentiu di Negara Bagian Unity. Peristiwa tersebut menewaskan tiga anggota awak --yang berkebangsaan Rusia-- dan membuat anggota awak keempat luka parah.
Selama dua pekan belakangan, misi tersebut telah melakukan penyelidikan awal mengenai peristiwa itu. Selain penyelidikan misi tersebut sendiri, yang dimulai segera setelah peristiwa itu, satu penyelidikan teknis juga telah dimulai dengan melibatkan para ahli dari PBB, Sudan Selatan dan Rusia.
Misi tersebut juga mengkonfirmasi bahwa, dalam satu percakapan telepon dengan seorang anggota staf di Bentiu pada 17 Agustus, Peter Gadet --Komandan pasukan oposisi di Negara Bagian Unity-- menduga helikopter UNMISS tersebut dipergunakan untuk mengangkut anggota Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA) dan mengancam akan menembaknya jatuh, kata Dujarric.
Anggota staf itu membantah tuduhan tersebut dan memastikan keselamatan pesawatnya. UNMISS segera mulai berbagi informasi mengenai semua penerbangan ke dalam wilayah Bentiu dengan pasukan oposisi serta SPLA.
Namun, juru bicara PBB tersebut mengatakan karena temuan itu muncul saat penyelidikan awal, terlalu dini untuk secara pasti saling menyalahkan sehubungan dengna jatuhnya helikopter tersebut.
"Penyelidikan teknis yang lebih mendalam sedang dilakukan sejalan dengan standard keselamatan udara internasional," kata Dujarric, sebagaimana dilaporkan Xinhua, Rabu pagi. Ia menambahkan satu Dewan Penyelidikan independen juga telah dibentuk oleh PBB untuk meneliti peristiwa tersebut dan akan menyediakan keterangan tambahan guna memastikan sumber tembakan darat yang menjatuhkan helikopter itu.
Pertikaian politik di dalam negeri tersebut antara Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya, Riek Machar, meletus pada pertengahan Desember 2013 dan sejak itu telah berubah menjadi konflik penuh yang juga membuat hampir 102.000 warga sipil menyelamatkan diri ke berbagai pangkalan UNMISS di seluruh Sudan Selatan.
Secara keseluruhan, krisis itu telah membuat sebanyak 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal dan membuat lebih dari tujuh juta orang lagi menghadapi resiko kelaparan dan penyakit.
Pada 15 Agustus, babak paling akhir bentrokan meletus di Bentiu, setelah kedua pihak yang bertikai dan wakil mereka gagal mencapai sasaran pembagian kekuasaan melalui pembicaraan di Addis Ababa, Ethiopia, yang difasilitasi oleh Lembaga Pembangunan Antar-Pemerintah (IGAD).(Uu.C003)
Misi PBB di Sudan Selatan (UNMISS) telah mengkonfirmasi bahwa satu helikopter PBB yang jatuh di Sudan Selatan pada Agustus dan menewaskan tiga anggota awak yang berkebangsaan Rusia "ditembak-jatuh".
Misi tersebut mengatakan, "Para ahli PBB yang melakukan tahap pertama penyelidikan mereka kemarin telah mengungkap bukti mengenai kondisi tentang jatuhnya helikopter PBB Mi-8 pada 26 Agustus. Mereka menyatakan helikopter tersebut ditembak-jatuh.
Juru Bicara PBB Stephane Dujarric memberitahu wartawan dalam taklimat harian pada Selasa bahwa helikopter itu, yang sedang melakukan penerbangan rutin mengangkut barang dari Wau di Negara Bagian Bahr El Ghazal di bagian barat ke Bentiu, jatuh pada 26 Agustus sekitar 10 kilometer di sebelah selatan Bentiu di Negara Bagian Unity. Peristiwa tersebut menewaskan tiga anggota awak --yang berkebangsaan Rusia-- dan membuat anggota awak keempat luka parah.
Selama dua pekan belakangan, misi tersebut telah melakukan penyelidikan awal mengenai peristiwa itu. Selain penyelidikan misi tersebut sendiri, yang dimulai segera setelah peristiwa itu, satu penyelidikan teknis juga telah dimulai dengan melibatkan para ahli dari PBB, Sudan Selatan dan Rusia.
Misi tersebut juga mengkonfirmasi bahwa, dalam satu percakapan telepon dengan seorang anggota staf di Bentiu pada 17 Agustus, Peter Gadet --Komandan pasukan oposisi di Negara Bagian Unity-- menduga helikopter UNMISS tersebut dipergunakan untuk mengangkut anggota Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA) dan mengancam akan menembaknya jatuh, kata Dujarric.
Anggota staf itu membantah tuduhan tersebut dan memastikan keselamatan pesawatnya. UNMISS segera mulai berbagi informasi mengenai semua penerbangan ke dalam wilayah Bentiu dengan pasukan oposisi serta SPLA.
Namun, juru bicara PBB tersebut mengatakan karena temuan itu muncul saat penyelidikan awal, terlalu dini untuk secara pasti saling menyalahkan sehubungan dengna jatuhnya helikopter tersebut.
"Penyelidikan teknis yang lebih mendalam sedang dilakukan sejalan dengan standard keselamatan udara internasional," kata Dujarric, sebagaimana dilaporkan Xinhua, Rabu pagi. Ia menambahkan satu Dewan Penyelidikan independen juga telah dibentuk oleh PBB untuk meneliti peristiwa tersebut dan akan menyediakan keterangan tambahan guna memastikan sumber tembakan darat yang menjatuhkan helikopter itu.
Pertikaian politik di dalam negeri tersebut antara Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya, Riek Machar, meletus pada pertengahan Desember 2013 dan sejak itu telah berubah menjadi konflik penuh yang juga membuat hampir 102.000 warga sipil menyelamatkan diri ke berbagai pangkalan UNMISS di seluruh Sudan Selatan.
Secara keseluruhan, krisis itu telah membuat sebanyak 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal dan membuat lebih dari tujuh juta orang lagi menghadapi resiko kelaparan dan penyakit.
Pada 15 Agustus, babak paling akhir bentrokan meletus di Bentiu, setelah kedua pihak yang bertikai dan wakil mereka gagal mencapai sasaran pembagian kekuasaan melalui pembicaraan di Addis Ababa, Ethiopia, yang difasilitasi oleh Lembaga Pembangunan Antar-Pemerintah (IGAD).(Uu.C003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.