KRI Teluk Bintuni 520 LST (DRU) ♚
Indonesia belum memiliki landing ship tank (LST) khusus pengangkut tank tempur Leopard. Karena itu, KRI Teluk Bintuni-520 dimodifikasi demi keperluan tersebut. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksamana Madya Widodo yang ditemui di Jakarta, Kamis (17/3), mengatakan, semula KRI Teluk Bintuni dirancang mengangkut tank-tank Korps Marinir ukuran 30 ton.
"Sedang dilakukan modifikasi dan juga dibangun satu LST sejenis di Galangan Daya Radar Utama, Lampung. LST tersebut masing-masing dapat mengangkut tujuh tank Leopard," kata Widodo.
Indonesia membeli 100 tank Leopard berbobot lebih 60 ton dengan meriam kaliber 120 milimeter (Kompas, 16/3). Pada buku Postur Pertahananan Indonesia 2009-2014 disebutkan, perencanaan pembelian tank untuk TNI AD adalah tank ringan ukuran 30 ton.
Menurut Widodo, latihan pendaratan tank Leopard baru bisa dilakukan setelah LST KRI Teluk Bintuni siap. Akhir tahun diharapkan tank Leopard sudah lengkap dan bisa melakukan latihan.
Menurut Direktur Eksekutif Imparsial Al Araf, sulitnya penggunaan tank Leopard sebagai akibat pengadaan alutsista tanpa perencanaan. Kemhan pun masih melanjutkan evaluasi dan upaya untuk melengkapi alutsista yang sudah ada.
Mengutip buku di atas, Al Araf menyatakan, pembelian tank Leopard terkesan tergesa-gesa dan tidak ada perencanaan pengadaan tank jenis berat. "Saat itu, prioritas Indonesia membeli light tank dan medium tank, bukan MBT," ujarnya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pemerintahan saat ini tetap pada prinsip untuk melengkapi alutsista yang ada. Evaluasi terus dilakukan sambil menambahkan peralatan-peralatan yang diperlukan.
Indonesia belum memiliki landing ship tank (LST) khusus pengangkut tank tempur Leopard. Karena itu, KRI Teluk Bintuni-520 dimodifikasi demi keperluan tersebut. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksamana Madya Widodo yang ditemui di Jakarta, Kamis (17/3), mengatakan, semula KRI Teluk Bintuni dirancang mengangkut tank-tank Korps Marinir ukuran 30 ton.
"Sedang dilakukan modifikasi dan juga dibangun satu LST sejenis di Galangan Daya Radar Utama, Lampung. LST tersebut masing-masing dapat mengangkut tujuh tank Leopard," kata Widodo.
Indonesia membeli 100 tank Leopard berbobot lebih 60 ton dengan meriam kaliber 120 milimeter (Kompas, 16/3). Pada buku Postur Pertahananan Indonesia 2009-2014 disebutkan, perencanaan pembelian tank untuk TNI AD adalah tank ringan ukuran 30 ton.
Menurut Widodo, latihan pendaratan tank Leopard baru bisa dilakukan setelah LST KRI Teluk Bintuni siap. Akhir tahun diharapkan tank Leopard sudah lengkap dan bisa melakukan latihan.
Menurut Direktur Eksekutif Imparsial Al Araf, sulitnya penggunaan tank Leopard sebagai akibat pengadaan alutsista tanpa perencanaan. Kemhan pun masih melanjutkan evaluasi dan upaya untuk melengkapi alutsista yang sudah ada.
Mengutip buku di atas, Al Araf menyatakan, pembelian tank Leopard terkesan tergesa-gesa dan tidak ada perencanaan pengadaan tank jenis berat. "Saat itu, prioritas Indonesia membeli light tank dan medium tank, bukan MBT," ujarnya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pemerintahan saat ini tetap pada prinsip untuk melengkapi alutsista yang ada. Evaluasi terus dilakukan sambil menambahkan peralatan-peralatan yang diperlukan.
♚ Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.