Laksamana Muda (Laksda) TNI Herry Setianegara, S.Sos., S.H., M.M.
lahir pada 17 Juli 1958 di Malang, Jawa Timur, dari keluarga tentara.
“Ayahku CPM (Corps Polisi Militer). Jabatan terakhir beliau Dan Pomdam
Udayana Bali dengan pangkat Kolonel CPM TNI-AD. Beliau sudah meninggal
tapi ibuku masih sehat sampai sekarang dalam usia 87 tahun,” kata
Gubernur Akademi TNI Angkatan Laut (AAL) saat ditemui di ruang kerjanya.
Laksda Herry mengaku sangat menghormati Ibunya. “Hanya 2 (dua) yang saya takuti. Pertama takut pada Tuhan yang saya wujudkan dengan tidak melanggar aturan. Kedua, takut pada ibu yang melahirkan saya. Tanpa beliau, saya tidak akan menjadi apa-apa,” kata ayah dua putra dan kakek seorang cucu, lulusan AAL tahun 1983 ini.
Seorang Perwira Menengah di jajaran AAL mengakui, Laksda Herry sebagai Perwira Tinggi (Pati) yang sangat humoris dan low profil.
“Biasanya kalau sudah berpangkat bintang, semua harus protokoler. Tapi Pak Herry tidak demikian. Beliau masih mau berbincang dengan bawahan di lapangan. Bahkan beliau masih mau nyetir sendiri meski hingga 7 jam perjalanan,” kata sumber itu.
Jiwa humoris dan low profile pun dirasakan LIFESTYLE saat bertemu dengan Pati berdarah Minang ini. Gurauan yang dilontarkan sontak menghalau kesan angker di balik baju doreng dengan bintang dua di pundak ditambah kumisnya yang amat lebat.
Meski dilahirkan di tengah keluarga tentara, ternyata sejak muda Laksda Herry suka menyanyi. Sebagaimana diakui seorang anggota TNI-AL.
“Saya sudah lama mengenal beliau karena pernah bertugas di KRI yang sama. Suatu ketika KRI kami mendarat di Banda Aceh, jauh sebelum tsunami melanda daerah itu tahun 2004. Masyarakat Aceh datang berbondong-bondong ke dermaga ingin melihat Kapal Perang RI dari dekat. Pemda setempat pun telah menyiapkan pentas musik untuk menyambut awak KRI. Ketika itu Pak Herry masih berpangkat Kapten. Tapi tanpa sungkan beliau menggunakan PDH Kopral Satu (Koptu) lalu menjadi MC acara dan bernyanyi bersama masyarakat. Sejak itu saya sangat terkesan pada beliau,” kata Sertu TNI-AL Miftachi mengisahkan sambil menyetir mobil dinas mengantar LIFESTYLE usai wawancara dengan Gubernur.
Agaknya darah seni itu pula yang mengalir kepada kedua anaknya Vega Antares Setianegara dan Shaula Alnilam Setianegara. Karena Vega memilih menjadi gitaris Dewa 19 dibawah bendera Republik Cinta Manajemen (RCM) pimpinan Ahmad Dani. Shaula juga tergabung dalam RCM sebagai drummer The Virgin.
“Anak saya Vega sudah punya anak, diberi nama Vittorio. Meski baru berusia 1 tahun, bakat seni Vittorio sudah mulai tampak. Dia sangat suka bermain musik. Soal nanti cucuku ini mau ikut ayahnya di dunia musik atau ikut jejak kakeknya sebagai tentara, silahkan saja,” kata Laksda Herry.
Menanggapi anaknya lari dari ‘pakem’ tentara, mantan Kepala Staf Gugus Tempur Laut Wilayah Barat (KS Guspurlabar) ini mengaku tetap bangga. “Isteri saya memang seniman. Sesungguhnya saya juga tentara seniman. Perlu Anda tahu, berperang itu seni. Makanya ada buku The Art of War. Seni berperang. Memimpin juga seni. Kalau kemudian anak saya memilih menjadi seniman murni, silahkan. Go a head,” imbuhnya.
Laksda Herry mengakui, awalnya ingin Vega berpenampilan tegap, gagah. Itu sebabnya ketika beranjak remaja, Vega mulai dilatih beladiri karate.
“Saya lihat dia tidak berminat. Malah meringis. Tapi kalau dikasih gitar, dia bisa menikmatinya sampai berjam-jam. Dan petikan gitarnya enak. Kami terkejut ternyata Vega sering ngamen di lampu merah Surabaya. Melihat kenyataan itu, kami putuskan memasukkan dia les gitar dan ternyata berkembang pesat.”
Kemudian dia kuliah S-1 Psikologi dan melanjutkan S-2 Manajemen dari London, Inggris. Sekarang Shaula juga sudah lulus S-1 Psikologi. Akhir Oktober ini akan berangkat ke Hoolywood Amerika mengambil S-2. “Saya tidak merasa gagal meski mereka tidak ada yang jadi tentara. Justru saya bangga dengan anak-anakku” kata mantan Kepala Lembaga Penyedia Tenaga Angkatan Laut (Kalapetal).
Sekarang anak sulungnya Vega menjadi dosen terbang di sekolah-sekolah musik yang didirikan Ahmad Dhani. “Baru saja Vega telp kalau posisinya sedang di Batam untuk mengajar dan nanti malam balik lagi ke Jakarta. Hebat, kan?” katanya dengan wajah berbinar.
Itu sebabnya kalau sedang bepergian bersama isteri melihat ada pengamen jalanan, hatinya langsung tergerak memberi uang. “Itu kawan-kawan atau komunitas Vega,” katanya sambil tertawa.
Sebagaimana diketahui, dibalik kesuksesan seorang pria pasti ada topangan kuat seorang wanita. Hal itu diakui mantan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Mabesal ini yang mengaku sangat berutang budi pada isteri tercintanya Ny. Rr. Ken Respati.
“Di hadapan isteri dan anak-anakku, saya pernah berterus terang mengatakan, betapa saya berutang budi pada isteriku. Karena dialah yang berjuang berat membesarkan anak-anak. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di medan tugas. Di medan tugas saya sering membayangkan anak saya sakit pada malam hari yang kebetulan hujan deras lalu mati lampu. Dalam kondisi kalut, isteri saya ambil payung lalu menggendong anak berjalan mencari tempat berobat. Itu perjuangan luar biasa. Dia sangat berjasa membesarkan anak saya. Dengan anak-anak tid ak bermasalah sangat menolong saya bisa totalitas mengemban tugas yang dipercayakan negara,” katanya.
Atas dedikasi dan pengabdiannya, Laksda Herry telah menerima beberapa tanda jasa diantaranya Bintang Jalasena Nararya, Satya Lencana Kesetyaan VIII, XVI, XXIV, serta Satya Lencana Bhakti Sosial.[Robinson Simarmata]
Laksda Herry mengaku sangat menghormati Ibunya. “Hanya 2 (dua) yang saya takuti. Pertama takut pada Tuhan yang saya wujudkan dengan tidak melanggar aturan. Kedua, takut pada ibu yang melahirkan saya. Tanpa beliau, saya tidak akan menjadi apa-apa,” kata ayah dua putra dan kakek seorang cucu, lulusan AAL tahun 1983 ini.
HUMORIS DAN LOW PROFILE
Seorang Perwira Menengah di jajaran AAL mengakui, Laksda Herry sebagai Perwira Tinggi (Pati) yang sangat humoris dan low profil.
“Biasanya kalau sudah berpangkat bintang, semua harus protokoler. Tapi Pak Herry tidak demikian. Beliau masih mau berbincang dengan bawahan di lapangan. Bahkan beliau masih mau nyetir sendiri meski hingga 7 jam perjalanan,” kata sumber itu.
Jiwa humoris dan low profile pun dirasakan LIFESTYLE saat bertemu dengan Pati berdarah Minang ini. Gurauan yang dilontarkan sontak menghalau kesan angker di balik baju doreng dengan bintang dua di pundak ditambah kumisnya yang amat lebat.
SENIMAN
Meski dilahirkan di tengah keluarga tentara, ternyata sejak muda Laksda Herry suka menyanyi. Sebagaimana diakui seorang anggota TNI-AL.
“Saya sudah lama mengenal beliau karena pernah bertugas di KRI yang sama. Suatu ketika KRI kami mendarat di Banda Aceh, jauh sebelum tsunami melanda daerah itu tahun 2004. Masyarakat Aceh datang berbondong-bondong ke dermaga ingin melihat Kapal Perang RI dari dekat. Pemda setempat pun telah menyiapkan pentas musik untuk menyambut awak KRI. Ketika itu Pak Herry masih berpangkat Kapten. Tapi tanpa sungkan beliau menggunakan PDH Kopral Satu (Koptu) lalu menjadi MC acara dan bernyanyi bersama masyarakat. Sejak itu saya sangat terkesan pada beliau,” kata Sertu TNI-AL Miftachi mengisahkan sambil menyetir mobil dinas mengantar LIFESTYLE usai wawancara dengan Gubernur.
Agaknya darah seni itu pula yang mengalir kepada kedua anaknya Vega Antares Setianegara dan Shaula Alnilam Setianegara. Karena Vega memilih menjadi gitaris Dewa 19 dibawah bendera Republik Cinta Manajemen (RCM) pimpinan Ahmad Dani. Shaula juga tergabung dalam RCM sebagai drummer The Virgin.
“Anak saya Vega sudah punya anak, diberi nama Vittorio. Meski baru berusia 1 tahun, bakat seni Vittorio sudah mulai tampak. Dia sangat suka bermain musik. Soal nanti cucuku ini mau ikut ayahnya di dunia musik atau ikut jejak kakeknya sebagai tentara, silahkan saja,” kata Laksda Herry.
Menanggapi anaknya lari dari ‘pakem’ tentara, mantan Kepala Staf Gugus Tempur Laut Wilayah Barat (KS Guspurlabar) ini mengaku tetap bangga. “Isteri saya memang seniman. Sesungguhnya saya juga tentara seniman. Perlu Anda tahu, berperang itu seni. Makanya ada buku The Art of War. Seni berperang. Memimpin juga seni. Kalau kemudian anak saya memilih menjadi seniman murni, silahkan. Go a head,” imbuhnya.
Laksda Herry mengakui, awalnya ingin Vega berpenampilan tegap, gagah. Itu sebabnya ketika beranjak remaja, Vega mulai dilatih beladiri karate.
“Saya lihat dia tidak berminat. Malah meringis. Tapi kalau dikasih gitar, dia bisa menikmatinya sampai berjam-jam. Dan petikan gitarnya enak. Kami terkejut ternyata Vega sering ngamen di lampu merah Surabaya. Melihat kenyataan itu, kami putuskan memasukkan dia les gitar dan ternyata berkembang pesat.”
Kemudian dia kuliah S-1 Psikologi dan melanjutkan S-2 Manajemen dari London, Inggris. Sekarang Shaula juga sudah lulus S-1 Psikologi. Akhir Oktober ini akan berangkat ke Hoolywood Amerika mengambil S-2. “Saya tidak merasa gagal meski mereka tidak ada yang jadi tentara. Justru saya bangga dengan anak-anakku” kata mantan Kepala Lembaga Penyedia Tenaga Angkatan Laut (Kalapetal).
Sekarang anak sulungnya Vega menjadi dosen terbang di sekolah-sekolah musik yang didirikan Ahmad Dhani. “Baru saja Vega telp kalau posisinya sedang di Batam untuk mengajar dan nanti malam balik lagi ke Jakarta. Hebat, kan?” katanya dengan wajah berbinar.
Itu sebabnya kalau sedang bepergian bersama isteri melihat ada pengamen jalanan, hatinya langsung tergerak memberi uang. “Itu kawan-kawan atau komunitas Vega,” katanya sambil tertawa.
BERUTANG BUDI PADA ISTERI
Sebagaimana diketahui, dibalik kesuksesan seorang pria pasti ada topangan kuat seorang wanita. Hal itu diakui mantan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Mabesal ini yang mengaku sangat berutang budi pada isteri tercintanya Ny. Rr. Ken Respati.
“Di hadapan isteri dan anak-anakku, saya pernah berterus terang mengatakan, betapa saya berutang budi pada isteriku. Karena dialah yang berjuang berat membesarkan anak-anak. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di medan tugas. Di medan tugas saya sering membayangkan anak saya sakit pada malam hari yang kebetulan hujan deras lalu mati lampu. Dalam kondisi kalut, isteri saya ambil payung lalu menggendong anak berjalan mencari tempat berobat. Itu perjuangan luar biasa. Dia sangat berjasa membesarkan anak saya. Dengan anak-anak tid ak bermasalah sangat menolong saya bisa totalitas mengemban tugas yang dipercayakan negara,” katanya.
TANDA JASA
Atas dedikasi dan pengabdiannya, Laksda Herry telah menerima beberapa tanda jasa diantaranya Bintang Jalasena Nararya, Satya Lencana Kesetyaan VIII, XVI, XXIV, serta Satya Lencana Bhakti Sosial.[Robinson Simarmata]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.