MESKI kecewa, Komisi I belum memberikan rekomendasi kepada Menteri Pertahanan untuk menghentikan seluruh kerja sama Indonesia-Korsel di bidang alutsista. Sempat ditengarai adanya intervensi AS dalam kerja sama ini.
Senayan - Komisi I DPR RI menyatakan kecewa terhadap langkah sepihak Korea Selatan menunda kerja sama produksi pesawat tempur Korean Fighter eXperiment (KFX). Kekecewaan itu disampaikan Komisi I saat rapat tertutup dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (20/5).
Pihak Korea Selatan menyatakan menunda proyek tersebut selama 1,5 tahun. Bagi parlemen, setahun lebih bukanlah waktu yang pendek. Komisi I menganggap penundaan itu sebagai pemutusan kerja sama.
"Waktu penundaan 1,5 tahun terlalu lama. Hampir bisa disebut sebagai pembatalan. Dalam raker Komisi I dengan Menhan, kami sampaikan kekecewaan," kata Wakil Ketua Komisi I DPR Agus Gumiwang Kartasasmita.
Agus mengungkapkan, sempat muncul pertanyaan tentang kemungkinan adanya intervensi Amerika Serikat dalam penundaan proyek Indonesia-Korsel tersebut. Sebab, teknologi KFX yang digunakan Korsel adalah milik AS. Dalam raker hal ini pun dibahas. "Soal faktor negara ketiga boleh jadi berpengaruh. Tapi yang penting bagaimana posisi Korsel sendiri, bukan negara ketiga," kata politisi Golkar ini.
Meski kecewa, Komisi I belum memutuskan untuk merekomendasikan penghentian seluruh kerja sama Indonesia-Korea Selatan di bidang alutsista. Komisi I hanya memberi masukan bagi Menhan untuk merespons hal ini dan mengutamakan martabat negara. Batal berikatan dengan Korsel, Indonesia bisa menggandeng negara lain untuk pengembangan alustsista.
Selain merencanakan kerja sama produksi pesawat tempur, Indonesia-Korsel mengikat diri untuk pengadaan tiga unit kapal selama. "Kita harus melakukan antisipasi karena bisa juga kerja sama ini nasibnya seperti rencana produksi pesawat KFX," katanya.
Bagaimana Pak Menhan, DPR sudah bisa bilang, ini sama saja pembatalan. Masih mau dibodohin lagi di Chang Bogo?
BalasHapusBukan su,ujhon sya yakin pengerjaan KS jga pasti seperti ini,negara kita ga lihat mata rantai di blakang atau di dpan ngara korsel siapa,seharusya kita tau diri tidak semudah itu mendapat ToT,apalagi alutsista vital sepert ini.capedweh sama negara secilok pun kita di permainkan seenak jidatnya aja mereka
BalasHapusMau ToT ya langsung ke negara pembuat dan jangan ngeteng.... Turki saja dikasih!!!!
BalasHapusSebaiknya pembuatan KS Changbogo dibatalkan sj, hal ini mengingat peringatan dari Jerman bhw ternyata teknologi Jerman yg digunakan tanpa lisensi, alihkan sj ke Prancis atau Rusia.Kejadian ini mengingatkan pada pd program SIGMA Belanda.Jgn smp berulangkali kita diakali negara lain, cerdaslah sedikit dlm penggunaan uang Negara.
BalasHapusOhhh, ternyata ada obok oboknya as tohh. Liat tuh pemerintah,
BalasHapus