Jaringan teroris pimpinan Abu Roban merupakan spesialis perampokan. Polisi tengah menelusuri aliran uang hasil rampokan yang diduga untuk keperluan aksi terorisme. Senjata mereka diduga disuplai Abu Omar.
TIM Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri terus memburu pelaku teroris di Indonesia. Kemarin, dua orang terduga teroris berhasil ditangkap di Lampung. Sehari sebelumnya, dua orang terduga teroris juga berhasil ditangkap di wilayah yang sama. Mereka juga diketahui menjadi aktor perampokan Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Lampung beberapa waktu lalu. "Ya, sudah tertangkap empat orang. Mengenai identitas, belum bisa disebutkan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Brigjen) Polisi, Boy Rafli Amar di Jakarta, Jumat (10/5).
Para terduga teroris itu merupakan bagian dari jaringan teroris pimpinan Abu Roban yang tertangkap di Kebumen, Jawa Tengah. Jaringan Roban diduga terkait dengan jaringan teroris pimpinan Santoso alias Abu Mus'ab Al Zarqawi Al Indunesi. Komandan Mujahidin Indonesia Timur itu diyakini sangat radikal. Santoso disebut-sebut terlibat dalam aksi terorisme di Aceh, Poso, dan berkomunikasi aktif dengan kelompok teror Solo, Jaringan Badri.
Upaya aparat menangkap dua teroris di Lampung itu dimulai pukul 05.30 WIB di kawasan Sukoharjo, Pringsewu, Kabupaten Tanggamus. Di sana, Tim Densus 88 yang dibantu Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah (Polda) Lampung, menangkap satu orang. Tak lama berselang, sekitar pukul 09.00 WIB, aparat berhasil menangkap satu orang terduga teroris lainnya di kawasan Karang Anjar, Kabupaten Lampung Selatan.
Dua terduga teroris itu berhasil ditangkap setelah aparat melakukan penyidikan terhadap dua orang terduga teroris lainnya pada Kamis (9/5) sekitar pukul 21.00 WIB. Keduanya ditangkap saat berada di sekitar Jalan Yos Sudarso, Panjang, Kota Bandar Lampung.
Empat terduga teroris itu masih menjalani pemeriksaan intensif di Polda Lampung. Menurut Boy Rafli, mereka merupakan bagian dari jaringan teroris pimpinan Abu Roban, yang tertangkap di Kebumen. Di sana, polisi menangkap tujuh orang terduga teroris yaitu Farel, Wagiyono, Slamet, Budi, Bastari, Toni, dan Bayu. Tiga nama terakhir tewas saat disergap.
Boy Rafli menyatakan, kelompok teroris pimpinan Abu Roban merupakan spesialis merampok bank, toko emas, dan kantor pos. Dana hasil rampokan diduga untuk menopang logistik rencana teror yang akan mereka lakukan (fa‘i). "Kelompok ini lebih dominan kelompok fa‘i," ujarnya. Namun, polisi belum mengetahui latar belakang para terduga teroris itu lebih membidik BRI daripada bank-bank lainnya.
"Kebanyakan BRI, BRI Batang, BRI grobokan, dan BRI di Lampung, perampokan toko emas Terus Jaya di Tambora, BRI di Bandung, dan," kata Boy Rafli. Total dana hasil rampokan yang berhasil mereka dapatkan mencapai Rp 1,88 miliar yang berasal dari rampokan BRI Batang (Rp 790 juta), BRI Grobogan (Rp 630 juta), dan BRI Lampung (Rp 460 juta).
Mereka juga menggasak uang Rp80 juta dari Kantor Pos Giro Bandung. "Kami sedang telusuri lebih jauh, lakukan tracing terhadap penyaluran uang tersebut. Kami sedang mencari jawaban aliran dana dari mereka pada pihak-pihak tertentu," ujar Boy Rafli. Tim Densus 88 Antiteror Polri juga sedang mendalami informasi dari para terduga teroris. Dari hasil penyelidikan itu, diharapkan dapat terungkap pelaku dan jaringan teroris lainnya.
Terkait kepemilikan senjata, polisi menduga disuplai oleh Abu Omar. Polri tengah menyelidiki mata rantai Abu Omar yang merupakan penyuplai senjata api ke kelompok-kelompok teroris. "Dugaan kuatnya dari Abu Omar, walaupun tidak secara langsung. Dugaannya yang dibawah Abu Omar jadi operator peredaran senpi (senjata api)," kata Boy Rafli.
Meskipun Abu Omar sudah tertangkap pada 4 Juli 2011 lalu, jaringan Abu Omar diduga menjadi penggantinya untuk memasok senjata. Dia tetap menjadi pengendali meskipun berada dibalik jeruji besi. Apalagi, kata Boy, mata rantai Abu Omar sangat kuat. Dia mencontohkan, kelompok teroris Beji dan Depok yang sudah tertangkap memiliki hubungan erat dengan Omar.
Polisi juga tengah menyelidiki dugaan jika senjata yang digunakan kelompok teror merupakan produk dari PT Pindad lantaran rakitan senjata itu mirip dengan produksi pabrik senjata dalam negeri itu.
Pemburuan pelaku teroris juga dilakukan di Bandung, Jawa Barat, kemarin. Tim Densus 88 Anti Teror Polri, dibantu Polres Bandung melakukan penggeledahan di rumah terduga teroris Budi Syarif alias Angga di Gang Kelana Kampung Sukamulya, Desa Banjaran Wetan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.
“Tujuannya untuk mengamankan dan mengantisipasi terahap kemungkinan adanya bahan peledak, sekaligus mengamankan masyarakat sekitar," kata Kapolres Bandung AKBP Kemas Ahmad Yamin di lokasi penggeledahan. Selama tiga jam, pengeledahan dilakukan. Rumah yang digeledah milik Suparman, orang tua Budi Syarif yang tewas dalam baku tembak dengan Densus 88 di Cigondewah Margaasih.
Tim Inafis Polda Jawa Barat juga turun tangan, mendeteksi jika ada bahan peledak di rumah itu. Dari hasil penggeledahan, tidak ditemukan bahan peledak di rumah tersebut. Polisi hanya menemukan barang bukti berupa dokumen, buku-buku, dan VCD.
Budi Syarif meninggalkan lima anak yang masih kecil. "Ya, adik saya putranya lima, fokus saya saat ini menjaga mereka agar tidak shock," kata Heri, kakak Budi di rumahnya di Banjaran Kabupaten Bandung, Jumat.
Budi menikah dengan gadis asal Magelang, Ina (29 tahun). Dugaan keterlibatan Budi Syarif dalam jaringan teroris membuat terkejut sanak keluarganya. Ayah Budi Syarif, Suparman, ibunya Euis dan adik iparnya Ina telah dimintai keterangan polisi. “Kami akan kooperatif dengan polisi. Kami berduka, meski hingga hari ini belum melihat jenazah adik saya," kata Heri. Dia hanya tahu adiknya bekerja di Jakarta dan tidak menyangka terlibat jaringan teroris.
Kamis (9/5) lalu, Mabes Polri merilis 20 terduga teroris yang berhasil ditangkap di beberapa tempat. Tujuh di antaranya tewas ditembak aparat. Namun, polisi belum berhasil menangkap Santoso. Lalu, satu nama beken di dunia teror yang belum terungkap adalah Taufik Bulaga alias Upik Lawanga, ahli meracik bom. Dari hasil penyelidikan Polri, terungkap gembong teroris baru bernama Autad Rawa.
Saat ini, polisi tengah mengindentifikasi tujuh terduga teroris yang tewas saat penyergapan yang dilakukan aparat. Proses identifikasi telah dilakukan sejak Kamis (9/5) oleh tim Disaster Victim Identification (DVI). Pemeriksaan dilakukan berupa pengumpulan data primer (ante mortem) dan data sekunder (post mortem).
Data primer merupakan informasi semasa hidup dari keluarga yakni sidik jari, DNA, dan gigi. Sedangkan data sekunder merupakan rangkuman pasca pelaku meninggal semisal informasi hasil autopsi dan properti lain yang melekat ditubuh seperti pakaian, cincin, sepatu, atau arloji. Proses identifikasi itu diharap selesai selama seminggu. Polisi juga sedang mencari tahu alamat keluarga terduga teroris yang meninggal dunia.
TIM Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri terus memburu pelaku teroris di Indonesia. Kemarin, dua orang terduga teroris berhasil ditangkap di Lampung. Sehari sebelumnya, dua orang terduga teroris juga berhasil ditangkap di wilayah yang sama. Mereka juga diketahui menjadi aktor perampokan Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Lampung beberapa waktu lalu. "Ya, sudah tertangkap empat orang. Mengenai identitas, belum bisa disebutkan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Brigjen) Polisi, Boy Rafli Amar di Jakarta, Jumat (10/5).
Para terduga teroris itu merupakan bagian dari jaringan teroris pimpinan Abu Roban yang tertangkap di Kebumen, Jawa Tengah. Jaringan Roban diduga terkait dengan jaringan teroris pimpinan Santoso alias Abu Mus'ab Al Zarqawi Al Indunesi. Komandan Mujahidin Indonesia Timur itu diyakini sangat radikal. Santoso disebut-sebut terlibat dalam aksi terorisme di Aceh, Poso, dan berkomunikasi aktif dengan kelompok teror Solo, Jaringan Badri.
Upaya aparat menangkap dua teroris di Lampung itu dimulai pukul 05.30 WIB di kawasan Sukoharjo, Pringsewu, Kabupaten Tanggamus. Di sana, Tim Densus 88 yang dibantu Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah (Polda) Lampung, menangkap satu orang. Tak lama berselang, sekitar pukul 09.00 WIB, aparat berhasil menangkap satu orang terduga teroris lainnya di kawasan Karang Anjar, Kabupaten Lampung Selatan.
Dua terduga teroris itu berhasil ditangkap setelah aparat melakukan penyidikan terhadap dua orang terduga teroris lainnya pada Kamis (9/5) sekitar pukul 21.00 WIB. Keduanya ditangkap saat berada di sekitar Jalan Yos Sudarso, Panjang, Kota Bandar Lampung.
Empat terduga teroris itu masih menjalani pemeriksaan intensif di Polda Lampung. Menurut Boy Rafli, mereka merupakan bagian dari jaringan teroris pimpinan Abu Roban, yang tertangkap di Kebumen. Di sana, polisi menangkap tujuh orang terduga teroris yaitu Farel, Wagiyono, Slamet, Budi, Bastari, Toni, dan Bayu. Tiga nama terakhir tewas saat disergap.
Boy Rafli menyatakan, kelompok teroris pimpinan Abu Roban merupakan spesialis merampok bank, toko emas, dan kantor pos. Dana hasil rampokan diduga untuk menopang logistik rencana teror yang akan mereka lakukan (fa‘i). "Kelompok ini lebih dominan kelompok fa‘i," ujarnya. Namun, polisi belum mengetahui latar belakang para terduga teroris itu lebih membidik BRI daripada bank-bank lainnya.
"Kebanyakan BRI, BRI Batang, BRI grobokan, dan BRI di Lampung, perampokan toko emas Terus Jaya di Tambora, BRI di Bandung, dan," kata Boy Rafli. Total dana hasil rampokan yang berhasil mereka dapatkan mencapai Rp 1,88 miliar yang berasal dari rampokan BRI Batang (Rp 790 juta), BRI Grobogan (Rp 630 juta), dan BRI Lampung (Rp 460 juta).
Mereka juga menggasak uang Rp80 juta dari Kantor Pos Giro Bandung. "Kami sedang telusuri lebih jauh, lakukan tracing terhadap penyaluran uang tersebut. Kami sedang mencari jawaban aliran dana dari mereka pada pihak-pihak tertentu," ujar Boy Rafli. Tim Densus 88 Antiteror Polri juga sedang mendalami informasi dari para terduga teroris. Dari hasil penyelidikan itu, diharapkan dapat terungkap pelaku dan jaringan teroris lainnya.
Terkait kepemilikan senjata, polisi menduga disuplai oleh Abu Omar. Polri tengah menyelidiki mata rantai Abu Omar yang merupakan penyuplai senjata api ke kelompok-kelompok teroris. "Dugaan kuatnya dari Abu Omar, walaupun tidak secara langsung. Dugaannya yang dibawah Abu Omar jadi operator peredaran senpi (senjata api)," kata Boy Rafli.
Meskipun Abu Omar sudah tertangkap pada 4 Juli 2011 lalu, jaringan Abu Omar diduga menjadi penggantinya untuk memasok senjata. Dia tetap menjadi pengendali meskipun berada dibalik jeruji besi. Apalagi, kata Boy, mata rantai Abu Omar sangat kuat. Dia mencontohkan, kelompok teroris Beji dan Depok yang sudah tertangkap memiliki hubungan erat dengan Omar.
Polisi juga tengah menyelidiki dugaan jika senjata yang digunakan kelompok teror merupakan produk dari PT Pindad lantaran rakitan senjata itu mirip dengan produksi pabrik senjata dalam negeri itu.
Pemburuan pelaku teroris juga dilakukan di Bandung, Jawa Barat, kemarin. Tim Densus 88 Anti Teror Polri, dibantu Polres Bandung melakukan penggeledahan di rumah terduga teroris Budi Syarif alias Angga di Gang Kelana Kampung Sukamulya, Desa Banjaran Wetan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.
“Tujuannya untuk mengamankan dan mengantisipasi terahap kemungkinan adanya bahan peledak, sekaligus mengamankan masyarakat sekitar," kata Kapolres Bandung AKBP Kemas Ahmad Yamin di lokasi penggeledahan. Selama tiga jam, pengeledahan dilakukan. Rumah yang digeledah milik Suparman, orang tua Budi Syarif yang tewas dalam baku tembak dengan Densus 88 di Cigondewah Margaasih.
Tim Inafis Polda Jawa Barat juga turun tangan, mendeteksi jika ada bahan peledak di rumah itu. Dari hasil penggeledahan, tidak ditemukan bahan peledak di rumah tersebut. Polisi hanya menemukan barang bukti berupa dokumen, buku-buku, dan VCD.
Budi Syarif meninggalkan lima anak yang masih kecil. "Ya, adik saya putranya lima, fokus saya saat ini menjaga mereka agar tidak shock," kata Heri, kakak Budi di rumahnya di Banjaran Kabupaten Bandung, Jumat.
Budi menikah dengan gadis asal Magelang, Ina (29 tahun). Dugaan keterlibatan Budi Syarif dalam jaringan teroris membuat terkejut sanak keluarganya. Ayah Budi Syarif, Suparman, ibunya Euis dan adik iparnya Ina telah dimintai keterangan polisi. “Kami akan kooperatif dengan polisi. Kami berduka, meski hingga hari ini belum melihat jenazah adik saya," kata Heri. Dia hanya tahu adiknya bekerja di Jakarta dan tidak menyangka terlibat jaringan teroris.
Kamis (9/5) lalu, Mabes Polri merilis 20 terduga teroris yang berhasil ditangkap di beberapa tempat. Tujuh di antaranya tewas ditembak aparat. Namun, polisi belum berhasil menangkap Santoso. Lalu, satu nama beken di dunia teror yang belum terungkap adalah Taufik Bulaga alias Upik Lawanga, ahli meracik bom. Dari hasil penyelidikan Polri, terungkap gembong teroris baru bernama Autad Rawa.
Saat ini, polisi tengah mengindentifikasi tujuh terduga teroris yang tewas saat penyergapan yang dilakukan aparat. Proses identifikasi telah dilakukan sejak Kamis (9/5) oleh tim Disaster Victim Identification (DVI). Pemeriksaan dilakukan berupa pengumpulan data primer (ante mortem) dan data sekunder (post mortem).
Data primer merupakan informasi semasa hidup dari keluarga yakni sidik jari, DNA, dan gigi. Sedangkan data sekunder merupakan rangkuman pasca pelaku meninggal semisal informasi hasil autopsi dan properti lain yang melekat ditubuh seperti pakaian, cincin, sepatu, atau arloji. Proses identifikasi itu diharap selesai selama seminggu. Polisi juga sedang mencari tahu alamat keluarga terduga teroris yang meninggal dunia.
● Jurnas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.