Ilustrasi Pesawat TNI AU [republika] ○
Kekuatan militer Indonesia di sektor udara, darat, dan laut sempat disegani di kawasan Asia di saat Presiden RI pertama Soekarno. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopulhukam) Tedjo Edhy Purdijatno pun ingin Indonesia bernostalgia terhadap prestasi ini.
"Kita boleh sedikit bernostalgia saat Presiden Pertama Soekarno melengkapi armada laut, udara, dan daratnya menjadi terhebat di kawasan Asia Tenggara dan terdepan di Asia. Ke depan kita juga harus mencapai prestasi itu," kata Tedjo dalam sambutan di acara peluncuran buku 'Tanah Air dan Udaraku Indonesia' di Aula lantai 3 Gramedia, Matraman, Jakarta, Rabu (29/7/2015).
Tedjo menekankan dalam era kemajuan globalisasi, kekuatan pertahanan dirgantara termasuk udara diperlukan karena memiliki peran vital. Masalah lemahnya deteksi dini mesti diatasi dengan memperkuat wilayah udara.
Apalagi mengingat ada kebijakan Open Sky Asean yang akan berlaku dalam waktu dekat.
"Dalam kemajuan globalisasi, perkembangan geopolitik nggak relevan. Tapi, memasuki unsur dirgantara seperti udara itu perlu karena punya memiliki peran vital dan strategis. Terlebih lagi menghadapi Open Sky jadi perlu memperkuat sistem deteksi," tuturnya.
Selanjutnya, jika sektor pertahanan udara diperkuat maka tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh negara lain bisa ditekan. Indonesia pun bisa memiliki ketegasan dalam memberikan sanksi terhadap pelanggar itu.
"Terkait pelanggaran wilayah udara negara kita, berulang kali kita force down pesawat negara lain. Tapi, denda yang diberikan masih terlalu kecil dibandingkan dengan biaya operasional. Belum seimbang," sebutnya.
"TNI AU bisa dilibatkan sebagai penyidik seperti tahun 60-an. Di mana Indonesia menjadi kekuatan yang besar," katanya. (hat/faj)
Kekuatan militer Indonesia di sektor udara, darat, dan laut sempat disegani di kawasan Asia di saat Presiden RI pertama Soekarno. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopulhukam) Tedjo Edhy Purdijatno pun ingin Indonesia bernostalgia terhadap prestasi ini.
"Kita boleh sedikit bernostalgia saat Presiden Pertama Soekarno melengkapi armada laut, udara, dan daratnya menjadi terhebat di kawasan Asia Tenggara dan terdepan di Asia. Ke depan kita juga harus mencapai prestasi itu," kata Tedjo dalam sambutan di acara peluncuran buku 'Tanah Air dan Udaraku Indonesia' di Aula lantai 3 Gramedia, Matraman, Jakarta, Rabu (29/7/2015).
Tedjo menekankan dalam era kemajuan globalisasi, kekuatan pertahanan dirgantara termasuk udara diperlukan karena memiliki peran vital. Masalah lemahnya deteksi dini mesti diatasi dengan memperkuat wilayah udara.
Apalagi mengingat ada kebijakan Open Sky Asean yang akan berlaku dalam waktu dekat.
"Dalam kemajuan globalisasi, perkembangan geopolitik nggak relevan. Tapi, memasuki unsur dirgantara seperti udara itu perlu karena punya memiliki peran vital dan strategis. Terlebih lagi menghadapi Open Sky jadi perlu memperkuat sistem deteksi," tuturnya.
Selanjutnya, jika sektor pertahanan udara diperkuat maka tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh negara lain bisa ditekan. Indonesia pun bisa memiliki ketegasan dalam memberikan sanksi terhadap pelanggar itu.
"Terkait pelanggaran wilayah udara negara kita, berulang kali kita force down pesawat negara lain. Tapi, denda yang diberikan masih terlalu kecil dibandingkan dengan biaya operasional. Belum seimbang," sebutnya.
"TNI AU bisa dilibatkan sebagai penyidik seperti tahun 60-an. Di mana Indonesia menjadi kekuatan yang besar," katanya. (hat/faj)
★ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.