Di Poso[Erwin Dariyanto/detikcom] ☆
Dusun Taman Jeka di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir pernah menjadi basis dan tempat latihan militer kelompok Santoso. Dari Taman Jeka yang terletak di salah satu lereng Pegunungan Biru ini pelarian Santoso dan pengikutnya dimulai.
Akses menuju Taman Jeka tak mudah. Jalan setapak menuju dusun tersebut hanya bisa dilalui dengan motor trail atau mobil 4WD. Jalanan sangat curam, licin dan banyak batuan.
Lokasi hutan yang diduga pernah menjadi tempat latihan militer dan titik awal pelarian Santoso berada di bagian teratas Dusun Taman Jeka. Tepatnya sekitar 200 meter jarak pandang dari pusat dusun.
Untuk menuju titik itu harus dilalui dengan menuruni jurang sedalam 50 meter dengan panjang 20 meter, kemudian sungai Masani, perkebunan kakao lalu naik perbukitan.
"Jarak pandang 200 meter tapi kalau ditempuh dengan jalan kaki bisa 600 meter sampai 1 kilometer," kata seorang anggota Satgas Operasi Tinombala gabungan TNI-Polri saat berbincang dengan detikcom di Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (7/4/2016).
Sayang mulai Sungai Masani itu sudah ditetapkan sebagai Zona Merah. Warga sipil dilarang keras melewati zona merah tersebut karena sangat rawan dan tak ada yang bisa menjamin keselamatannya.
Bahkan warga Taman Jeka sendiri saat ini memilih tidak berkebun Kakao di atas Pegunungan Biru. Lokasi kebun kakao sebagian warga memang berada di lereng Pegunungan Biru yang berdampingan dengan hutan lindung.
Dari Dusun kelompok Santoso terus naik ke atas Pegunungan Biru. Kini mereka disebut sudah terkepung di daerah Napu.
Sebagai gambaran, Pegunungan Biru ini terdiri dari beberapa lapisan gunung tidak aktif. Gunung-gunung tersebut berderet dari Poso, Tentena, sampai Napu di Palu. Bahkan bentangan Pegunungan Biru tersebut sampai di perbatasan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Pada Jumat (8/4/2016) kemarin, detikcom mencoba menyusuri jalanan di pinggiran hutan sepanjang Dusun Masani sampai Napu. Jalan yang membelah Pegunungan Biru ini menjadi satu-satunya akses Poso menuju Napu.
Tentu Santoso dan kelompoknya tak akan melewati jalur ini untuk pelariannya. Mereka berada di dalam hutan lebat yang saat ini sudah dikepung Tim Satgas Tinombala TNI-Polri.
[Erwin Dariyanto]
Akses jalan dari Poso menuju Napu sejak 6 bulan lalu sudah beraspal bagus. Kendaraan roda empat maupun roda dua sudah bisa melintas.
Dari Taman Jeka rute yang harus dilalui adalah Poso Pesisir Selatan. Di sini tepatnya di Desa Tangkura ada satu Pos Sekat pertama Tinombala TNI-Polri. Semua orang yang melintas baik menuju atau dari Napu akan diperiksa.
Setiap warga yang melintas akan ditanya kartu identitas serta maksud dan tujuan mereka.
Di atas jam 10 malam warga dilarang melintas ke dari Poso ke Napu. Mereka disarankan menginap dulu di Tangkura. Hal ini dikarenakan jalur sepajang Poso ke Napu sangat rawan di malam hari.
[Erwin Dariyanto/detikcom]
Pos sekat ini salah satunya berfungsi untuk menghentikan pasokan logistik dari para simpatisan kepada kelompok Santoso.
Usai dari Pos Sekat Tangkura perjalanan kemudian dilanjutkan. Sepanjang kanan dan kiri jalan adalah perkebunan kakao. Sementara di atas perkebunan kakao tersebut adalah hutan lindung yang lebat.
Sekitar 25 kilometer dari Tangkura ada pos sekat ke dua yakni di Desa Sangilore. Kembali setiap warga yang melintas diperiksa.
Dari Sangilore, hutan di kanan dan kiri jalan lebih lebat lagi. Jurang dan tebing pun lebih curam. Jarang warga ataupun kendaraan yang melintas. Di sejumlah titik ada tebing atau jurang yang longsor.
Kurang lebih 30 kilometer dari Sangilore, ada Pos Sekat Hai. Pos ini berada terpencil di sebuah lembah yang dikelilingi hutan lebat. Masih banyak babi hutan dan monyet yang 'main' ke Pos Sekat Hai.
"Babi hutan ada. Bahkan monyet sering main ke sungai tempat kami mandi," kata seorang petugas pos sekat.
Tak ada aliran listrik di Pos Sekat Hai. Petugas mengandalkan genset yang dinyalakan dari pukul 18 sampai 22.00. Ada juga panel surya untuk sekadar menyalakan laptop di siang hari.
Hanya ada tiga keluarga di Pos Hai ini. Sementara petugas pos sekat ada 20 orang.
Usai dari Pos Sekat Hai, jalanan sudah mulai 'bersahabat'. Tak semua kanan dan kiri jalan berupa hutan lebat. Sepuluh kilometer dari Pos Hai, ada hamparan padang ilalang yang luas.
Hamparan padang ilalang yang tumbuh di atas tanah gundukan membentuk perbukitan, persis seperti Bukit Teletubies. Sejenak rasa was-was akan lebatnya hutan tempat persembunyian Santoso hilang.
Namun kewaspadaan tak boleh hilang. Karena di belakang 'Bukit Teletubies' itu adalah hutan lebat.
Masih ada dua pos sekat lagi sampai menuju Pos Watu Tau di Napu, Palu. Total jarak yang kami tempuh dari Poso sampai Napu kurang lebih 125 kilometer.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriady mengatakan luas dan lebatnya hutan itulah yang menjadi salah satu kendala Satgas Tinombala dalam memburu Santoso. Saat ini Satgas yang beranggotakan pasukan elite TNI-Polri itu terus mengejar kelompok Santoso.
"Sampai hari ini Santoso masih terus kita kejar. Kita lakukan pengepungan. Tanda-tanda di dalam ada, tapi belum dapat," kata Rudy di Mapolres Poso, Kamis (7/4/2016) lalu. (erd/dnu)
Dusun Taman Jeka di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir pernah menjadi basis dan tempat latihan militer kelompok Santoso. Dari Taman Jeka yang terletak di salah satu lereng Pegunungan Biru ini pelarian Santoso dan pengikutnya dimulai.
Akses menuju Taman Jeka tak mudah. Jalan setapak menuju dusun tersebut hanya bisa dilalui dengan motor trail atau mobil 4WD. Jalanan sangat curam, licin dan banyak batuan.
Lokasi hutan yang diduga pernah menjadi tempat latihan militer dan titik awal pelarian Santoso berada di bagian teratas Dusun Taman Jeka. Tepatnya sekitar 200 meter jarak pandang dari pusat dusun.
Untuk menuju titik itu harus dilalui dengan menuruni jurang sedalam 50 meter dengan panjang 20 meter, kemudian sungai Masani, perkebunan kakao lalu naik perbukitan.
"Jarak pandang 200 meter tapi kalau ditempuh dengan jalan kaki bisa 600 meter sampai 1 kilometer," kata seorang anggota Satgas Operasi Tinombala gabungan TNI-Polri saat berbincang dengan detikcom di Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (7/4/2016).
Sayang mulai Sungai Masani itu sudah ditetapkan sebagai Zona Merah. Warga sipil dilarang keras melewati zona merah tersebut karena sangat rawan dan tak ada yang bisa menjamin keselamatannya.
Bahkan warga Taman Jeka sendiri saat ini memilih tidak berkebun Kakao di atas Pegunungan Biru. Lokasi kebun kakao sebagian warga memang berada di lereng Pegunungan Biru yang berdampingan dengan hutan lindung.
Dari Dusun kelompok Santoso terus naik ke atas Pegunungan Biru. Kini mereka disebut sudah terkepung di daerah Napu.
Sebagai gambaran, Pegunungan Biru ini terdiri dari beberapa lapisan gunung tidak aktif. Gunung-gunung tersebut berderet dari Poso, Tentena, sampai Napu di Palu. Bahkan bentangan Pegunungan Biru tersebut sampai di perbatasan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Pada Jumat (8/4/2016) kemarin, detikcom mencoba menyusuri jalanan di pinggiran hutan sepanjang Dusun Masani sampai Napu. Jalan yang membelah Pegunungan Biru ini menjadi satu-satunya akses Poso menuju Napu.
Tentu Santoso dan kelompoknya tak akan melewati jalur ini untuk pelariannya. Mereka berada di dalam hutan lebat yang saat ini sudah dikepung Tim Satgas Tinombala TNI-Polri.
[Erwin Dariyanto]
Akses jalan dari Poso menuju Napu sejak 6 bulan lalu sudah beraspal bagus. Kendaraan roda empat maupun roda dua sudah bisa melintas.
Dari Taman Jeka rute yang harus dilalui adalah Poso Pesisir Selatan. Di sini tepatnya di Desa Tangkura ada satu Pos Sekat pertama Tinombala TNI-Polri. Semua orang yang melintas baik menuju atau dari Napu akan diperiksa.
Setiap warga yang melintas akan ditanya kartu identitas serta maksud dan tujuan mereka.
Di atas jam 10 malam warga dilarang melintas ke dari Poso ke Napu. Mereka disarankan menginap dulu di Tangkura. Hal ini dikarenakan jalur sepajang Poso ke Napu sangat rawan di malam hari.
[Erwin Dariyanto/detikcom]
Pos sekat ini salah satunya berfungsi untuk menghentikan pasokan logistik dari para simpatisan kepada kelompok Santoso.
Usai dari Pos Sekat Tangkura perjalanan kemudian dilanjutkan. Sepanjang kanan dan kiri jalan adalah perkebunan kakao. Sementara di atas perkebunan kakao tersebut adalah hutan lindung yang lebat.
Sekitar 25 kilometer dari Tangkura ada pos sekat ke dua yakni di Desa Sangilore. Kembali setiap warga yang melintas diperiksa.
Dari Sangilore, hutan di kanan dan kiri jalan lebih lebat lagi. Jurang dan tebing pun lebih curam. Jarang warga ataupun kendaraan yang melintas. Di sejumlah titik ada tebing atau jurang yang longsor.
Kurang lebih 30 kilometer dari Sangilore, ada Pos Sekat Hai. Pos ini berada terpencil di sebuah lembah yang dikelilingi hutan lebat. Masih banyak babi hutan dan monyet yang 'main' ke Pos Sekat Hai.
"Babi hutan ada. Bahkan monyet sering main ke sungai tempat kami mandi," kata seorang petugas pos sekat.
Tak ada aliran listrik di Pos Sekat Hai. Petugas mengandalkan genset yang dinyalakan dari pukul 18 sampai 22.00. Ada juga panel surya untuk sekadar menyalakan laptop di siang hari.
Hanya ada tiga keluarga di Pos Hai ini. Sementara petugas pos sekat ada 20 orang.
Usai dari Pos Sekat Hai, jalanan sudah mulai 'bersahabat'. Tak semua kanan dan kiri jalan berupa hutan lebat. Sepuluh kilometer dari Pos Hai, ada hamparan padang ilalang yang luas.
Hamparan padang ilalang yang tumbuh di atas tanah gundukan membentuk perbukitan, persis seperti Bukit Teletubies. Sejenak rasa was-was akan lebatnya hutan tempat persembunyian Santoso hilang.
Namun kewaspadaan tak boleh hilang. Karena di belakang 'Bukit Teletubies' itu adalah hutan lebat.
Masih ada dua pos sekat lagi sampai menuju Pos Watu Tau di Napu, Palu. Total jarak yang kami tempuh dari Poso sampai Napu kurang lebih 125 kilometer.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudy Sufahriady mengatakan luas dan lebatnya hutan itulah yang menjadi salah satu kendala Satgas Tinombala dalam memburu Santoso. Saat ini Satgas yang beranggotakan pasukan elite TNI-Polri itu terus mengejar kelompok Santoso.
"Sampai hari ini Santoso masih terus kita kejar. Kita lakukan pengepungan. Tanda-tanda di dalam ada, tapi belum dapat," kata Rudy di Mapolres Poso, Kamis (7/4/2016) lalu. (erd/dnu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.