Salah satunya adalah Hoegeng melarang anaknya yang bernama Aditya Hoegeng masuk Akabri untuk menjadi polisi. "Waktu itu tidak ada pilihan lain selain masuk Akabri. Kata beliau tunggu. Kan mau masuk Akabri perlu tanda tangan. Waktu saya minta izin ke beliau, katanya 'tidak ada tanda tangan apapun atau surat yang saya keluarkan," kata Aditya menirukan perkataan ayahnya dulu, usai peluncuran buku 'Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan', di Gramedia Pondok Indah Mal, Jakarta, Minggu (17/11).
Aditya pun kaget mendengar perkataan sang ayah. Saat itu, alasan Hoegeng melarangnya masuk Akabri karena tak mau keluarga mendapat kemudahan karena jabatan Kapolri yang dijabatnya.
"Karena kamu tahu saya tengah menjabat. Apapun yang saya keluarkan akan mempermudah di dalam pendidikanmu," kata Hoegeng seperti ditirukan Aditya.
Meski sempat kesal atas sikap ayahnya, Aditya akhirnya paham bahwa sang ayah tidak seperti kebanyakan pejabat lain yang memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi dan keluarga.
"Jadi tidak sama sekali. Saya kecewa sekali tapi saya bisa mengerti. Saya enggak pernah merasa anak pejabat," kata alumnus Trisakti ini.
Alhasil, meski Hoegeng pernah menjabat Kapolri, tak satu pun di keluarganya yang menjadi polisi. Sungguh kejujuran dan idealisme Jenderal Hoegeng amat langka ditemui di antara para pejabat negeri saat ini.(mdk/dan)
● Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.