Ada Sandera Jadi Korban? Pasukian militer Filipina melakukan penjagaan ketat saat memburu kelompok Abu Sayyaf. [worldbulletin.net] ★
Operasi militer pasukan Filipina ke sejumlah sarang kelompok radikal terus berlangsung. Inquirer, Ahad, 28 Agustus 2016, melaporkan, tiga petinggi kelompok Abu Sayyaf tewas dalam bentrok yang terjadi selama dua hari di Filipina Selatan. Ada sandera perompakan yang dikabarkan menjadi korban serangan itu.
Kepala Kantor Humas Angkatan Bersenjata Filipina, Kolonel Edgard Arevelo, menyatakan adanya sandera perompakan yang lolos. Namun ia tidak merinci jumlah dan identitasnya. Laporan itu menyebutkan pula adanya dua sandera yang telah diselamatkan. Kementerian Luar Negeri belum berhasil dikonfirmasi soal ini.
Ada tujuh WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf ini sejak 21 Juni 2016. Dua sandera berhasil melarikan diri di tengah operasi militer Filipina pada 17 dan 18 Agustus 2016.
Kepala pasukan Komando Mindanao Barat (Wesmincom), Mayolargo de la Cruz, mengatakan ketiganya adalah Mohammad Said alias Amah Maas, Sairul Asbang, dan Abu Latip. Sebanyak 17 prajurit Filipina terluka dalam bentrok yang berlangsung sejak 26 Agustus 2016, di Patikul, perairan Sulu.
“Pasukan menemukan 10 tubuh yang tewas, termasuk tubuh Said,” ujar Cruz.
Sempalan Abu Sayyaf yang dipimpin Said, kata Cruz, ada di balik penculikan tiga warga negara asing dan seorang wanita Filipina di Pulau Samal, pada September 2015. Mereka juga diyakini sebagai kelompok yang membantai dua warga Kanada, John Ridsdel dan Robert Hall.
Cruz memastikan operasi militer tak mengancam nyawa setiap individu yang ditawan kelompok radikal tersebut. “Kami sangat berhati-hati. Selain itu, kami memiliki informasi intelejen tentang lokasi para sandera saat bergerak.”
Said sudah lama masuk dalam daftar pencarian orang atas dugaan pembunuhan warga asing tersebut. Meski mengklaim telah menghabisi tiga petinggi Abu Sayyaf sekaligus, pasukan militer Filipina tak menemukan dua tubuh lain. “Karena dibawa oleh sebagian rekan mereka yang berhasil kabur,” ujar Kolonel Edgard Arevelo.
Setelah bentrokan tersebut, ujar Arevelo, pasukan menyita dua senjata M-16 dan peluncur granat tipe M203.
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu, pada 23 Agustus 2016 mengatakan separuh kekuatan Abu Sayyaf telah lumpuh seiring rentetan serangan militer Filipina. "Mereka kan ditekan terus. Mereka kan waspada terhadap serangan dari tentara Filipina sampai tidak waspada terhadap tawanan. Tawanan melihat kesempatan, ya dia lari. Itu akibat desakan tentara Filipina," tuturnya.
KBRI Belum Pulangkan Dua Sandera yang Lolos
Muhammad Sofyan (tengah), korban sandera militan Abu Sayyaf, dikawal polisi di Jolo, Sulu, Filipina selatan 17 Agustus 2016. Sofyan mengaku melarikan diri setelah Abu Sayyaf mengancam akan memenggal lehernya. [REUTERS/Stringer]
Dua sandera Indonesia yang berhasil meloloskan diri dari penyandera di Filipina, Muhammad Sofyan dan Ismail Tiro, masih menjalani pemeriksaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, menyatakan pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memastikan kondisi korban penyanderaan ini. Sehingga keduanya tak bisa langsung dipulangkan ke Indonesia.
"Mereka sedang di-briefing oleh KBRI," ucap Arrmanatha di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2016. Arrmanatha enggan menjelaskan detail pemeriksaan yang tengah digali. Ia hanya mengatakan pemeriksaan sebelumnya dilakukan oleh intelijen Filipina. Sedangkan pemeriksaan kali ini dilakukan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia. "Kami membutuhkan (informasi) mereka untuk operator di sana (Filipina)."
Pemerintah, kata Arrmanatha, akan secepatnya mengembalikan Sofyan dan Ismail ke pihak keluarga bila informasi yang disampaikan sudah mencukupi. Sedangkan sembilan sandera lain, Kementerian Luar Negeri terus berkoordinasi dengan otoritas Filipina agar upaya pembebasan ditingkatkan.
Dalam hal strategi pembebasan sandera, kata Armanatha, tugas utama Kementerian Luar Negeri ialah berdiplomasi dan saling bertukar informasi dengan pemerintah Filipina. "Kami juga sudah meminta Malaysia dan Filipina meningkatkan pengamanan wilayah perairan mereka," katanya.
Sofyan dan Ismail yang merupakan anak buah kapal TB Charles berhasil lolos dari cengkeraman kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Dua warga asal Sulawesi Selatan itu disandera selama dua bulan dan berhasil melarikan diri pada pertengahan Agustus ini.
Operasi militer pasukan Filipina ke sejumlah sarang kelompok radikal terus berlangsung. Inquirer, Ahad, 28 Agustus 2016, melaporkan, tiga petinggi kelompok Abu Sayyaf tewas dalam bentrok yang terjadi selama dua hari di Filipina Selatan. Ada sandera perompakan yang dikabarkan menjadi korban serangan itu.
Kepala Kantor Humas Angkatan Bersenjata Filipina, Kolonel Edgard Arevelo, menyatakan adanya sandera perompakan yang lolos. Namun ia tidak merinci jumlah dan identitasnya. Laporan itu menyebutkan pula adanya dua sandera yang telah diselamatkan. Kementerian Luar Negeri belum berhasil dikonfirmasi soal ini.
Ada tujuh WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf ini sejak 21 Juni 2016. Dua sandera berhasil melarikan diri di tengah operasi militer Filipina pada 17 dan 18 Agustus 2016.
Kepala pasukan Komando Mindanao Barat (Wesmincom), Mayolargo de la Cruz, mengatakan ketiganya adalah Mohammad Said alias Amah Maas, Sairul Asbang, dan Abu Latip. Sebanyak 17 prajurit Filipina terluka dalam bentrok yang berlangsung sejak 26 Agustus 2016, di Patikul, perairan Sulu.
“Pasukan menemukan 10 tubuh yang tewas, termasuk tubuh Said,” ujar Cruz.
Sempalan Abu Sayyaf yang dipimpin Said, kata Cruz, ada di balik penculikan tiga warga negara asing dan seorang wanita Filipina di Pulau Samal, pada September 2015. Mereka juga diyakini sebagai kelompok yang membantai dua warga Kanada, John Ridsdel dan Robert Hall.
Cruz memastikan operasi militer tak mengancam nyawa setiap individu yang ditawan kelompok radikal tersebut. “Kami sangat berhati-hati. Selain itu, kami memiliki informasi intelejen tentang lokasi para sandera saat bergerak.”
Said sudah lama masuk dalam daftar pencarian orang atas dugaan pembunuhan warga asing tersebut. Meski mengklaim telah menghabisi tiga petinggi Abu Sayyaf sekaligus, pasukan militer Filipina tak menemukan dua tubuh lain. “Karena dibawa oleh sebagian rekan mereka yang berhasil kabur,” ujar Kolonel Edgard Arevelo.
Setelah bentrokan tersebut, ujar Arevelo, pasukan menyita dua senjata M-16 dan peluncur granat tipe M203.
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu, pada 23 Agustus 2016 mengatakan separuh kekuatan Abu Sayyaf telah lumpuh seiring rentetan serangan militer Filipina. "Mereka kan ditekan terus. Mereka kan waspada terhadap serangan dari tentara Filipina sampai tidak waspada terhadap tawanan. Tawanan melihat kesempatan, ya dia lari. Itu akibat desakan tentara Filipina," tuturnya.
KBRI Belum Pulangkan Dua Sandera yang Lolos
Muhammad Sofyan (tengah), korban sandera militan Abu Sayyaf, dikawal polisi di Jolo, Sulu, Filipina selatan 17 Agustus 2016. Sofyan mengaku melarikan diri setelah Abu Sayyaf mengancam akan memenggal lehernya. [REUTERS/Stringer]
Dua sandera Indonesia yang berhasil meloloskan diri dari penyandera di Filipina, Muhammad Sofyan dan Ismail Tiro, masih menjalani pemeriksaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, menyatakan pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memastikan kondisi korban penyanderaan ini. Sehingga keduanya tak bisa langsung dipulangkan ke Indonesia.
"Mereka sedang di-briefing oleh KBRI," ucap Arrmanatha di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2016. Arrmanatha enggan menjelaskan detail pemeriksaan yang tengah digali. Ia hanya mengatakan pemeriksaan sebelumnya dilakukan oleh intelijen Filipina. Sedangkan pemeriksaan kali ini dilakukan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia. "Kami membutuhkan (informasi) mereka untuk operator di sana (Filipina)."
Pemerintah, kata Arrmanatha, akan secepatnya mengembalikan Sofyan dan Ismail ke pihak keluarga bila informasi yang disampaikan sudah mencukupi. Sedangkan sembilan sandera lain, Kementerian Luar Negeri terus berkoordinasi dengan otoritas Filipina agar upaya pembebasan ditingkatkan.
Dalam hal strategi pembebasan sandera, kata Armanatha, tugas utama Kementerian Luar Negeri ialah berdiplomasi dan saling bertukar informasi dengan pemerintah Filipina. "Kami juga sudah meminta Malaysia dan Filipina meningkatkan pengamanan wilayah perairan mereka," katanya.
Sofyan dan Ismail yang merupakan anak buah kapal TB Charles berhasil lolos dari cengkeraman kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Dua warga asal Sulawesi Selatan itu disandera selama dua bulan dan berhasil melarikan diri pada pertengahan Agustus ini.
♞ Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.