Hindari Konflik Terbuka Di LCS Insiden di laut natuna, ketika KRI TNI AL menutup aksi nakal CG China [TNI AL] ☠
Kelompok negara Asia Tenggara (ASEAN) dan China berencana akan membangun hotline dan mengadopsi protokol komunikasi untuk menghindari potensi bentrokan antarangkatan Laut di perairan Laut China Selatan.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Filipina mengungkapkan, protokol ini akan ditandatangani di Vientiane Laos, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN dengan negara-negara kekuatan regional lainnya seperti China, Jepang, Korea Selatan, Australia, India, Rusia dan Amerika Serikat.
"Mekanisme, yang disebut Code for Unplanned Encounters at Sea (CUES), akan menjadi terobosan baru bagi ASEAN dan China. Ini adalah salah satu cara untuk menurunkan eskalasi ketegangan di perairan yang disengketakan," kata Helen de la Vega, Asisten Menteri Luar Negeri Filipina, seperti dilansir situs Reuters, Sabtu, 3 September 2016.
Menanggapi hal itu, seorang komandan senior Angkatan Laut Filipina menyambut baik adanya keputusan tersebut.
Ia mengatakan, ada kejadian di masa lalu ketika sebuah kapal nelayan China tidak menanggapi radio dan sinyal komunikasi, yang pada akhirnya, mereka hampir bertabrakan dengan kapal patroli AL Filipina.
"Hal ini sangat penting karena setiap kejadian yang dapat menyebabkan konfrontasi besar dapat dihindari jika angkatan laut dan pasukan penjaga pantai bisa berkomunikasi satu sama lain," katanya, yang enggan disebut identitasnya.
Kelompok negara Asia Tenggara (ASEAN) dan China berencana akan membangun hotline dan mengadopsi protokol komunikasi untuk menghindari potensi bentrokan antarangkatan Laut di perairan Laut China Selatan.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Filipina mengungkapkan, protokol ini akan ditandatangani di Vientiane Laos, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN dengan negara-negara kekuatan regional lainnya seperti China, Jepang, Korea Selatan, Australia, India, Rusia dan Amerika Serikat.
"Mekanisme, yang disebut Code for Unplanned Encounters at Sea (CUES), akan menjadi terobosan baru bagi ASEAN dan China. Ini adalah salah satu cara untuk menurunkan eskalasi ketegangan di perairan yang disengketakan," kata Helen de la Vega, Asisten Menteri Luar Negeri Filipina, seperti dilansir situs Reuters, Sabtu, 3 September 2016.
Menanggapi hal itu, seorang komandan senior Angkatan Laut Filipina menyambut baik adanya keputusan tersebut.
Ia mengatakan, ada kejadian di masa lalu ketika sebuah kapal nelayan China tidak menanggapi radio dan sinyal komunikasi, yang pada akhirnya, mereka hampir bertabrakan dengan kapal patroli AL Filipina.
"Hal ini sangat penting karena setiap kejadian yang dapat menyebabkan konfrontasi besar dapat dihindari jika angkatan laut dan pasukan penjaga pantai bisa berkomunikasi satu sama lain," katanya, yang enggan disebut identitasnya.
☠ Vivanews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.