Satu nukilan info tangan pertama lain yang ARC terima adalah mengenai nasib Marder. Walaupun statusnya sebagai IFV (Infantry Fighting Vehicle), ternyata penerima tangan pertama adalah Kavaleri TNI AD. Hal ini lebih karena alasan kemudahan administrasi. Kedepannya, dari jumlah 50 Marder 1A3 yang akan diterima oleh TNI AD, sebagian akan disebar ke batalyon infantri, sementara sisanya dipergunakan oleh Kavaleri.
Khusus untuk Marder 1A3 yang akan dipergunakan oleh Kavaleri TNI AD, sosoknya akan dimodifikasi dengan bantuan PT Pindad. Hal ini tidak lepas dari perjanjian ToT antara Indonesia dan Jerman, dimana Indonesia akan menerima cetak biru Marder 1A3 secara utuh, yang artinya PT Pindad akan mampu membuat lini produksi Marder sendiri dari tahap pertama dengan asistensi dari pihak Jerman. Tentunya Pindad sendiri membutuhkan bantuan dari industri strategis lainnya, seperti misalnya PT Krakatau Steel yang diharapkan mampu mengembangkan logam dengan spesifikasi kekerasan yang memenuhi armor hardness untuk kebutuhan pembuatan ranpur.
TNI AD sendiri berharap agar PT Pindad mampu mengawal proses pabrikasi Marder, yang diarahkan sebagai basis dari pengembangan tank medium. Untuk kebutuhan tersebut, TNI AD sendiri telah melakukan studi pendahuluan mengenai ketepatan jenis kubah yang akan dipasang, karena seperti diketahui, ada sejumlah opsi yang tersedia. Satu yang ditawarkan saat ini adalah kubah-kanon OTO Hitfact kaliber 105mm yang mampu menembakkan munisi 105mm APFSDS untuk melawan tank. Namun untuk produk final yang dipilih, tentunya membutuhkan evaluasi lanjutan.
Khusus untuk Marder 1A3 yang akan dipergunakan oleh Kavaleri TNI AD, sosoknya akan dimodifikasi dengan bantuan PT Pindad. Hal ini tidak lepas dari perjanjian ToT antara Indonesia dan Jerman, dimana Indonesia akan menerima cetak biru Marder 1A3 secara utuh, yang artinya PT Pindad akan mampu membuat lini produksi Marder sendiri dari tahap pertama dengan asistensi dari pihak Jerman. Tentunya Pindad sendiri membutuhkan bantuan dari industri strategis lainnya, seperti misalnya PT Krakatau Steel yang diharapkan mampu mengembangkan logam dengan spesifikasi kekerasan yang memenuhi armor hardness untuk kebutuhan pembuatan ranpur.
TNI AD sendiri berharap agar PT Pindad mampu mengawal proses pabrikasi Marder, yang diarahkan sebagai basis dari pengembangan tank medium. Untuk kebutuhan tersebut, TNI AD sendiri telah melakukan studi pendahuluan mengenai ketepatan jenis kubah yang akan dipasang, karena seperti diketahui, ada sejumlah opsi yang tersedia. Satu yang ditawarkan saat ini adalah kubah-kanon OTO Hitfact kaliber 105mm yang mampu menembakkan munisi 105mm APFSDS untuk melawan tank. Namun untuk produk final yang dipilih, tentunya membutuhkan evaluasi lanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.