Palu | Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad
Mbai mengatakan, teroris berupaya memecah persatuan TNI-Polri agar
kekuatan penegak hukum melemah.
Ansyaad Mbai usai penutupan latihan penumpasan terorisme di Palu, Sabtu, mengatakan teroris sempat menyatakan bahwa musuhnya hanya Polri atau Densus 88 Antiteror sementara TNI lebih baik menyingkir. "Teroris adalah musuh negara, tidak bisa dihadapi satu institusi saja," ujar Ansyaad.
Menurutnya, hal itu adalah taktik teroris dalam upayanya memecah kekuatan negara. Olehnya, dia berharap semua intitusi baik itu Polri, TNI dan pemerintah harus bersatu padu dalam memberantas terorisme di Tanah Air.
Selama satu pekan terakhir BNPT menggelar latihan gabungan penanggulangan terorisme di Kota Palu. Latihan tersebut diikuti ratusan prajurit TNI dan Polri guna meningkatkan koordinasi dan keterampilan pasukan.
Latihan itu berupa perang di lapangan terbuka, penjinakan bahan peledak, pembebasan sandera, penanganan korban, serta penanganan warga masyarakat yang mencoba melihat aksi penumpasan teroris.
Latihan dengan sandi 'Latin III' tersebut pertama kali dilakukan di luar Pulau Jawa. Sulawesi dinilai rawan aksi terorisme seperti di Kabupaten Poso dan Kota Makassar.
Ansyaad Mbai berharap dengan latihan tersebut pasukan bisa mendapat gambaran jelas berbagai hal tentang terorisme sekaligus mencari langkah penanganan terbaik.
Ansyaad Mbai usai penutupan latihan penumpasan terorisme di Palu, Sabtu, mengatakan teroris sempat menyatakan bahwa musuhnya hanya Polri atau Densus 88 Antiteror sementara TNI lebih baik menyingkir. "Teroris adalah musuh negara, tidak bisa dihadapi satu institusi saja," ujar Ansyaad.
Menurutnya, hal itu adalah taktik teroris dalam upayanya memecah kekuatan negara. Olehnya, dia berharap semua intitusi baik itu Polri, TNI dan pemerintah harus bersatu padu dalam memberantas terorisme di Tanah Air.
Selama satu pekan terakhir BNPT menggelar latihan gabungan penanggulangan terorisme di Kota Palu. Latihan tersebut diikuti ratusan prajurit TNI dan Polri guna meningkatkan koordinasi dan keterampilan pasukan.
Latihan itu berupa perang di lapangan terbuka, penjinakan bahan peledak, pembebasan sandera, penanganan korban, serta penanganan warga masyarakat yang mencoba melihat aksi penumpasan teroris.
Latihan dengan sandi 'Latin III' tersebut pertama kali dilakukan di luar Pulau Jawa. Sulawesi dinilai rawan aksi terorisme seperti di Kabupaten Poso dan Kota Makassar.
Ansyaad Mbai berharap dengan latihan tersebut pasukan bisa mendapat gambaran jelas berbagai hal tentang terorisme sekaligus mencari langkah penanganan terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.