Selasa (26/2) malam, Kepala pusat komunikasi publik Kementerian
Pertahanan mengadakan acara silahturahmi dengan awak media di Gedung
Kemhan di Jakarta. Acara tersebut lebih merupakan pisah sambut pejabat
baru di lingkungan Komunikasi Publik Kemhan. Kini, Kapuskomlik Kemhan
dijabat oleh Brigjen TNI Sisiriadi, menggantikan Brigjen TNI Bambang
Hartawan yang akan menempati pos baru sebagai Karo TU Kemhan. Brigjen
TNI Sisriadi sendiri bukan orang asing di kalangan awak media.
Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Kadispen TNI AD. Namun, sebelum
menjabat sebagai Kapuskomlik, Brigjen TNI Sisriadi menjabat sebagai
Dirtekind Ditjen Pothan Kemhan.
Latar belakang sebagai Dirtekind tersebutlah yang menarik bagi ARC. Dalam kesempatan berbincang-bincang, ARC pun menanyakan soal kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan berbagai negara. Salah satunya yaitu mengenai kerjasama produksi Rudal C-705 dengan China. Birgjen TNI Sisriadi pun menjelaskan, hingga kini proses kerja sama tersebut masih terus dinegosiasikan alias belum banyak perkembangan berarti. Pasalnya, menurutnya pihak China mengajukan skema kerja sama yang tidak bagus bagi Indonesia. "Mereka inginnya kerja sama itu dimulai dari awal sekali, seperti bagaimana cara merakit. padahal, kita tidak butuh itu. yang kita butuh itu kan desain, sistem pemandu dan know how-nya", kata Brigjen Sisriadi.
Lebih lanjut, China juga meminta kontrak senilai US$ 35 juta hanya untuk Transfer teknologi bagaimana menguji coba rudal tersebut sebelum digunakan. Seperti pemeriksaan fisik, uji kalibrasi dan lainnya. Menurut Kemhan, hal tersebut tidak bisa diterima lantaran pengetahuan semacam itu seharusnya memang sudah termasuk dalam kontrak pembelian, bukan Transfer Teknologi.
Namun demikian, Kapuskomlik Kemhan memastikan bahwa pihaknya telah membeli Rudal C-705 untuk melengkapi KCR-40 buatan PT. Palindo Marine Shipyard. Hanya saja, Brigjen Sisriadi hanya tersenyum ketika dikejar berapa banyak yang telah dibeli. "Coba saja kamu hitung sendiri, hingga tahun 2014 kita akan punya setidaknya 6 buah KCR-40. berarti kita beli berapa..?", candanya. Alhasil, untuk masalah Rudal ini, Kemhan masih melakukan negosiasi dengan pihak China.
Selanjutknya Kapuskomlik Kemhan yang baru menjabat itu juga menjelaskan soal Proyek KFX/IFX. Seperti pada berita sebelumnya, tidak ada kabar baru mengenai proyek ini. Kapuskomlik memastikan, di tahun 2013 ini, Korea Selatan menunda pembiayaan program KFX. Hal tersebut dilakukan lantaran Korea Selatan memajukan terlebih dahulu program FX-III mereka.
Dari program FX-III tersebut, Korsel akan meminta ToT atau Offset yang nantinya akan digunakan untuk program KFX. Pasalnya memang ada beberapa teknologi yang belum dikuasai baik Indonesia maupun Korsel. Nah, hal tersebut bisa diraih melalui ToT program FX-III. Kapuskomlik Kemhan juga yakin Korea Selatan tidak akan membatalkan proyek ini secara sepihak. "Mereka sudah keluar banyak lho.. jauh lebih banyak dibanding kita. akan sangat rugi bagi mereka", tandas Kapuskomlik Kemhan Brigjen TNI Sisriadi.
Latar belakang sebagai Dirtekind tersebutlah yang menarik bagi ARC. Dalam kesempatan berbincang-bincang, ARC pun menanyakan soal kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan berbagai negara. Salah satunya yaitu mengenai kerjasama produksi Rudal C-705 dengan China. Birgjen TNI Sisriadi pun menjelaskan, hingga kini proses kerja sama tersebut masih terus dinegosiasikan alias belum banyak perkembangan berarti. Pasalnya, menurutnya pihak China mengajukan skema kerja sama yang tidak bagus bagi Indonesia. "Mereka inginnya kerja sama itu dimulai dari awal sekali, seperti bagaimana cara merakit. padahal, kita tidak butuh itu. yang kita butuh itu kan desain, sistem pemandu dan know how-nya", kata Brigjen Sisriadi.
Lebih lanjut, China juga meminta kontrak senilai US$ 35 juta hanya untuk Transfer teknologi bagaimana menguji coba rudal tersebut sebelum digunakan. Seperti pemeriksaan fisik, uji kalibrasi dan lainnya. Menurut Kemhan, hal tersebut tidak bisa diterima lantaran pengetahuan semacam itu seharusnya memang sudah termasuk dalam kontrak pembelian, bukan Transfer Teknologi.
Namun demikian, Kapuskomlik Kemhan memastikan bahwa pihaknya telah membeli Rudal C-705 untuk melengkapi KCR-40 buatan PT. Palindo Marine Shipyard. Hanya saja, Brigjen Sisriadi hanya tersenyum ketika dikejar berapa banyak yang telah dibeli. "Coba saja kamu hitung sendiri, hingga tahun 2014 kita akan punya setidaknya 6 buah KCR-40. berarti kita beli berapa..?", candanya. Alhasil, untuk masalah Rudal ini, Kemhan masih melakukan negosiasi dengan pihak China.
Selanjutknya Kapuskomlik Kemhan yang baru menjabat itu juga menjelaskan soal Proyek KFX/IFX. Seperti pada berita sebelumnya, tidak ada kabar baru mengenai proyek ini. Kapuskomlik memastikan, di tahun 2013 ini, Korea Selatan menunda pembiayaan program KFX. Hal tersebut dilakukan lantaran Korea Selatan memajukan terlebih dahulu program FX-III mereka.
Dari program FX-III tersebut, Korsel akan meminta ToT atau Offset yang nantinya akan digunakan untuk program KFX. Pasalnya memang ada beberapa teknologi yang belum dikuasai baik Indonesia maupun Korsel. Nah, hal tersebut bisa diraih melalui ToT program FX-III. Kapuskomlik Kemhan juga yakin Korea Selatan tidak akan membatalkan proyek ini secara sepihak. "Mereka sudah keluar banyak lho.. jauh lebih banyak dibanding kita. akan sangat rugi bagi mereka", tandas Kapuskomlik Kemhan Brigjen TNI Sisriadi.
● ARC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.