Kawal PM Singapura dan Nota Diplomatik
MESKI semua kegiatan pengawalan kepala negara anggota KTT APEC XXI di Bali berjalan normal sejak awal, tak berarti kendala tidak bisa muncul di akhir masa pengawalan. Hal itu dialami oleh Tim Pengamanan VVIP Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Tim pengamanan sempat dibuat pusing saat Lee Hsien Loong akan meniggalkan Indonesia melalui Bandara Ngurah Rai.
Komandan Tim Pengamanan PM Singapura Kapten Kavaleri Agung Prawito mengisahkan, saat akan pulang ke Singapura, Lee Hsien Loong terburu-buru meninggalkan hotel. Bahkan, saat itu mobil yang akan mengantarnya ke bandara pun belum siap di lobi hotel.
"Pak PM pun berlari ke mobil yang masih ada di area parkir," ujar Agung kala berbincang di Markas Komando Pasukan Pengamanan Presiden, Jakarta Pusat.
Meski tak sesuai rencana, Agung dan timnya langsung dengan sigap mengawal Lee Hsien Loong ke bandara. Saat masuk tol, tiba-tiba rangkaian Presiden Vietnam Truong Tan Sang melaju di belakang iring-iringan kendaraan Lee Hsien Loong. Agung pun berinisiatif memberikan arahan kepada sopir Lee Hsien Loong agar mengurangi kecepatan dan mengambil posisi di lajur paling kiri. "Karena memang kita tidak boleh berhenti," jelas Agung.
Tim pengamanan Lee Hsien Loong pun mengontak tim pengamanan Truong Tan Sang agar mendahului. Namun di tengah kepanikan tersebut, tiba-tiba pengawal Lee Hsien Loong protes karena kecepatan kendaraan makin lambat.
"Saya bilang, seharusnya kita ada di belakang Vietnam. Maka biar Vietnam mendahului kita karena jadwal penerbangan pun Vietnam yang duluan," kata Agung.
Mendengar jawaban tersebut, pengawal Lee Hsien Loong murka. "Dia langsung bilang, 'Kalau kamu mendahulukan kepentingan Vietnam, itu namanya kamu menghina negara kami dan kami akan mengirimkan nota diplomatik. Dengar ancaman nota diplomatik, saya takut sekali karena enggak mengerti," kisah Agung.
Agung yang panik mendengar ancaman itu, langsung meminta sopir melaju dan membiarkan iring-iringan Truong Tan Sang tertinggal. "Mereka bingung karena sempat saya suruh mendahului tapi kami malah ngebut.
Tapi yang penting sampai dulu, baru semua akan saya jelaskan ke tim. Setelah sampai, pengawal Lee Hsien Loong langsung berterima kasih kepada saya," kata Agung.
"Akhirnya tetap juga Vietnam yang terbang duluan. Hanya beda beberapa menit," tutup Agung.(lam)
MESKI semua kegiatan pengawalan kepala negara anggota KTT APEC XXI di Bali berjalan normal sejak awal, tak berarti kendala tidak bisa muncul di akhir masa pengawalan. Hal itu dialami oleh Tim Pengamanan VVIP Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Tim pengamanan sempat dibuat pusing saat Lee Hsien Loong akan meniggalkan Indonesia melalui Bandara Ngurah Rai.
Komandan Tim Pengamanan PM Singapura Kapten Kavaleri Agung Prawito mengisahkan, saat akan pulang ke Singapura, Lee Hsien Loong terburu-buru meninggalkan hotel. Bahkan, saat itu mobil yang akan mengantarnya ke bandara pun belum siap di lobi hotel.
"Pak PM pun berlari ke mobil yang masih ada di area parkir," ujar Agung kala berbincang di Markas Komando Pasukan Pengamanan Presiden, Jakarta Pusat.
Meski tak sesuai rencana, Agung dan timnya langsung dengan sigap mengawal Lee Hsien Loong ke bandara. Saat masuk tol, tiba-tiba rangkaian Presiden Vietnam Truong Tan Sang melaju di belakang iring-iringan kendaraan Lee Hsien Loong. Agung pun berinisiatif memberikan arahan kepada sopir Lee Hsien Loong agar mengurangi kecepatan dan mengambil posisi di lajur paling kiri. "Karena memang kita tidak boleh berhenti," jelas Agung.
Tim pengamanan Lee Hsien Loong pun mengontak tim pengamanan Truong Tan Sang agar mendahului. Namun di tengah kepanikan tersebut, tiba-tiba pengawal Lee Hsien Loong protes karena kecepatan kendaraan makin lambat.
"Saya bilang, seharusnya kita ada di belakang Vietnam. Maka biar Vietnam mendahului kita karena jadwal penerbangan pun Vietnam yang duluan," kata Agung.
Mendengar jawaban tersebut, pengawal Lee Hsien Loong murka. "Dia langsung bilang, 'Kalau kamu mendahulukan kepentingan Vietnam, itu namanya kamu menghina negara kami dan kami akan mengirimkan nota diplomatik. Dengar ancaman nota diplomatik, saya takut sekali karena enggak mengerti," kisah Agung.
Agung yang panik mendengar ancaman itu, langsung meminta sopir melaju dan membiarkan iring-iringan Truong Tan Sang tertinggal. "Mereka bingung karena sempat saya suruh mendahului tapi kami malah ngebut.
Tapi yang penting sampai dulu, baru semua akan saya jelaskan ke tim. Setelah sampai, pengawal Lee Hsien Loong langsung berterima kasih kepada saya," kata Agung.
"Akhirnya tetap juga Vietnam yang terbang duluan. Hanya beda beberapa menit," tutup Agung.(lam)
♞ Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.