Hercules Hibah A1330 TNI AU (RAAF) |
Presiden kemudian memerintahkan Menlu Marty Natalegawa sebagai ujung tombak pemerintah untuk menindak lanjuti proses tersebut. Diharapkan dalm waktu tidak lama lagi akan terjalin kembali kerjasama bilateral seperti kerjasama intelijen, dan latihan bersama militer.
Ditengah gonjang-ganjing kemelut hubungan Indonesi-Australia, seperti pernah diberitakan, Indonesia akan menerima hibah empat buah pesawat angkut C-130H Hercules dari Australia. Dari informasi terakhir yang penulis terima, pesawat hibah ex RAAF (Royal Australian Air Force) pertama di-ferry (diterbangkan) dari Darwin menuju ke Lanud Abdulrahman Saleh Malang, dengan rute Darwin-Ngurah Rai-Abd Saleh. ETA (Estimate Time of Arrival) Rai (Bali) 10.30 LT (Local Time). Pesawat dengan tail number A-1330 diterbangkan oleh Letkol Pnb Reza dan Mayor Pnb Sugeng dari TNI AU. Pesawat direncanakan akan menggantikan tipe B yang sudah semakin tua, dengan home base di Malang atau Makassar.
Penambahan C-130 Bagi TNI AU dan Proses Hibah
Menhan Purnomo Yusgiantoro menjelaskan bahwa Indonesia akan membeli 9 pesawat C-130 Hercules seri H dari Qantas Defence Service, dimana 4 di antaranya merupakan hibah dari pemerintah Australia. Menurutnya lima pesawat yang dibeli harganya murah sekali kata Menhan Kamis (18/7/2013). "Jadi 4 hibah, 1 serviceable itu artinya kru harus training, karena digital. Ya perlu diremajakan, sesuai keinginan kita," tandasnya. Dia menambahkan, pesawat tersebut meski tidak lagi baru, namun bisa dipakai selama 15 tahun. "Total 4 hibah, 5 lagi kita beli dengan harga murah. Kalau di-upgrade bisa buat 15 tahun," pungkasnya.
"Pemerintah akan merenovasi dan meremajakan atau retrofit empat pesawat C-130 Hercules hibah dari Australia," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. "Biasanya kalau dapat hibah, atau dapat pesawat, selalu kami cek, renovate, retrofit, kami betul yakinkan bahwa pesawat itu layak terbang," kata Purnomo. Anggaraan yang dibutuhkan untuk melakukan retrovit 4 pesawat adalah $A 63 Juta. Biaya tersebut mencakup pemeliharaan tingkat berat, teknisi, pelatihan pilot, hingga pengecatan pesawat.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI S.B. Supriyadi dalam siaran persnya mengatakan, sejak 31 Desember 2012, keempat pesawat itu sudah tidak diterbangkan lagi oleh RAAF karena pemerintah Australia menggantinya dengan C-130 Hercules tipe J. Kendati demikian, kata dia, usia empat pesawat jenis angkut itu masih bisa dipergunakan hingga 30 tahun ke depan dengan rata-rata 600 jam terbang/tahun.
Keempat pesawat C-130 H akan didatangkan secara bertahap dan yang pertama dengan tail number A97-006 akan tiba pada bulan Oktober 2013, pesawat kedua April 2014, ketiga Agustus 2014, dan kempat pada bulan Desember 2014. Pesawat pertama ex A97-006 yang kini diganti dengan tail number TNI AU (A-1330) inilah yang diberitakan, pengirimannya mundur satu bulan dari rencana.
Sebelumnya, Asisten Perencanaan Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Muda TNI Rodi Suprasodjo, mengatakan Jumat (6/1/2012) bahwa pesawat Hercules yang diperlukan TNI-AU saat ini berjumlah 30 unit. Namun, TNI-AU hanya memiliki 21 pesawat Hercules, sehingga masih kurang sembilan pesawat. "Kekurangan pesawat Hercules itu akan dipenuhi dari hibah dan membeli. Ke-30 pesawat Hercules akan digunakan untuk pesawat tanki sebanyak dua unit, pesawat VIP dua unit, dan pesawat operasional untuk mengangkut dua batalion pasukan sebanyak 26 unit," kata Rodi. Ditambahkannya, pesawat tipe H yang akan dihibahkan Australia akan digunakan TNI-AU untuk menggantikan tipe B yang sudah sangat tua.
Menteri Pertahanan Australia David Johnston mengatakan penyerahan pesawat hibah Hercules C-130 dari Australia ke Indonesia akan tetap dilakukan, meskipun kerjasama militer kedua negara tengah berstatus dibekukan gara-gara isu penyadapan. Pada awalnya, penyerahan pesawat hibah itu ke Indonesia akan dilakukan dalam sebuah upacara khusus di Kota Williamtown di New South Wales. Namun upacara itu ditunda dengan kemarahan Presiden SBY menyusul terungkapnya penyadapan oleh intelijen Australia.
Nampaknya Australia menunjukkan keinginan kuat untuk memperbaiki downgrade hubungan dengan Indonesia sebagai dari akibat imbas penyadapan. Kini Australia harus segera berbaik dengan Indonesia, mengingat kawasan Laut China mulai panas. Tidak ada negara yang dapat berdiri sendiri dalam menangani konflik, AS yang katanya hebatpun kemudian menyadari saat melakukan operasi militer di Irak dan Afghanistan tetap membutuhkan Pakistan sebagai negara ketiga untuk kebutuhan transit pesawat tempur dan dukungan logistik. Ausralia akan menjumpai kesulitan apabila kerjasama pertahanan dengan Indonesia tetap beku. Inilah dinamika diplomasi dimana Indonesia diuntungkan dengan letak geografinya di posisi silang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.