Jogyakarta ♼ Korem 072/Pamungkas terus mematangkan pasukannya dalam mengantisipasi bencana Gunung Merapi. Sebanyak 1.200 anggota diikutkan. Tujuannya, menyatukan persepsi soal penanggulangan bencana.
Kegiatan ini dibagi dalam dua. Yaitu, gladi posko dan gladi lapang. Gladi posko dilaksanakan di GOR Gemilang, Mungkid selama seminggu, mulai kemarin (10/12). Sedangkan gladi lapang akan dilakukan di kawasan rawan bencana di Kabupaten Magelang. Di antaranya, di Kecamatan Dukun, Srumbung, Sawangan, dan Salam, selama seminggu pascagladik posko.
“Merupakan program Mabes TNI. Ini diarahkan ke jajaran TNI di wilayah rawan bencana. Di sisi lain, untuk menjabarkan operasi militer di daerah bencana,” tegas Komandan Korem 072/Pamungkas Brigjen TNI MS Fadlilah usai membuka gladi posko di Lapangan Drh Soepardi, Mungkid.
Hadir pada upacara pembukaan, perwakilan Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta, Komandan Kodim 0705 Magelang Letkol Kav Adang Sumpena SIP, Kapolres Magelang AKBP Murbani Budi Pitono, dan Bupati Kabupaten Magelang Ir H Singgih Sanyoto.
Selain 1.200 personel TNI yang dikerahkan, turut bergabung petugas dari jajaran Pemkab Magelang. Seperti Tim SAR, BPBD, relawan, dan institusi lain. “Kami tidak bisa bekerja sendiri menangani bencana, karena diakibatkan erupsi Merapi. Karena itu, kegiatan ini penting guna meminimalisir korban jiwa dan material akibat bencana,” imbuh Fadlilah.
Seksi Gunung Merapi BPPTK Jogjakarta Heru Pamungkas menjelaskan, status Merapi masih normal. Namun, ia mendukung pelatihan yang dilaksanakan TNI. Mengingat warga perlu mengetahui langkah antisipasi dan tindaklanjut, saat erupsi Merapi benar- benar terjadi.
“Status Merapi, saat akan erupsi, dari normal jadi waspada, kemudian siaga dan meningkat jadi siap. Di pelatihan ini, kami menggambarkan kondisi merapi dalam status waspada, dan sesuai prosedur, kami melakukan koordinasi dan sosialisasi di daerah-daerah rawan KRB 3,” jelasnya.
Saat status Merapi meningkat menjadi siaga, warga harus siap melakukan evakuasi ke barak pengungsian. Terutama bagi orang tua (jompo), bayi, dan perempuan. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang Joko Sudibyo mengatakan, ancaman banjir dingin dari Merapi dinilai masih tinggi.
Karena, material sisa erupsi 2010 masih mengendap di beberapa alur sungai yang berhulu di gunung teraktif di dunia ini. “Sebatas puncak Merapi tidak diguyur hujan dengan intensitas tinggi, banjir lahar dingin tidak akan terjadi,” kata Joko.
Kegiatan ini dibagi dalam dua. Yaitu, gladi posko dan gladi lapang. Gladi posko dilaksanakan di GOR Gemilang, Mungkid selama seminggu, mulai kemarin (10/12). Sedangkan gladi lapang akan dilakukan di kawasan rawan bencana di Kabupaten Magelang. Di antaranya, di Kecamatan Dukun, Srumbung, Sawangan, dan Salam, selama seminggu pascagladik posko.
“Merupakan program Mabes TNI. Ini diarahkan ke jajaran TNI di wilayah rawan bencana. Di sisi lain, untuk menjabarkan operasi militer di daerah bencana,” tegas Komandan Korem 072/Pamungkas Brigjen TNI MS Fadlilah usai membuka gladi posko di Lapangan Drh Soepardi, Mungkid.
Hadir pada upacara pembukaan, perwakilan Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta, Komandan Kodim 0705 Magelang Letkol Kav Adang Sumpena SIP, Kapolres Magelang AKBP Murbani Budi Pitono, dan Bupati Kabupaten Magelang Ir H Singgih Sanyoto.
Selain 1.200 personel TNI yang dikerahkan, turut bergabung petugas dari jajaran Pemkab Magelang. Seperti Tim SAR, BPBD, relawan, dan institusi lain. “Kami tidak bisa bekerja sendiri menangani bencana, karena diakibatkan erupsi Merapi. Karena itu, kegiatan ini penting guna meminimalisir korban jiwa dan material akibat bencana,” imbuh Fadlilah.
Seksi Gunung Merapi BPPTK Jogjakarta Heru Pamungkas menjelaskan, status Merapi masih normal. Namun, ia mendukung pelatihan yang dilaksanakan TNI. Mengingat warga perlu mengetahui langkah antisipasi dan tindaklanjut, saat erupsi Merapi benar- benar terjadi.
“Status Merapi, saat akan erupsi, dari normal jadi waspada, kemudian siaga dan meningkat jadi siap. Di pelatihan ini, kami menggambarkan kondisi merapi dalam status waspada, dan sesuai prosedur, kami melakukan koordinasi dan sosialisasi di daerah-daerah rawan KRB 3,” jelasnya.
Saat status Merapi meningkat menjadi siaga, warga harus siap melakukan evakuasi ke barak pengungsian. Terutama bagi orang tua (jompo), bayi, dan perempuan. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang Joko Sudibyo mengatakan, ancaman banjir dingin dari Merapi dinilai masih tinggi.
Karena, material sisa erupsi 2010 masih mengendap di beberapa alur sungai yang berhulu di gunung teraktif di dunia ini. “Sebatas puncak Merapi tidak diguyur hujan dengan intensitas tinggi, banjir lahar dingin tidak akan terjadi,” kata Joko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.