Jakarta ♞ Kementerian Pertahanan Republik Indonesia melalui Desk Chemical Biological Radiological Nuclear Explosives (CBRNE) Kemhan RI bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat melalui United States Defence Threat Reduction Agency (US DTRA) menyelenggarakan workshop pelatihan dalam menghadapi ancaman nuklir, biologi, kimia, radiologi dan bahan peledak.
Workshop ini merupakan kelanjutan dari workshop sebelumnya yang dilaksanakan pada tahun lalu. Workshop kali ini berlangsung selama empat hari, dimulai tanggal 9 Desember sampai dengan 12 Desember 2013, dan diikuti peserta dari personel Kemhan, Mabes TNI dan Mabes Angkatan.
Workshop dibuka oleh Direktur Pengerahan Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Subagio, M.Han, yang dalam kesempatan tersebut mewakili Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Sony ES Prasetyo, Senin (9/12) di Jakarta.
Dirjen Strahan Kemhan dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Dir Pengerahan Ditjen Strahan Kemhan mengatakan, kerjasama pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan teknologi personil Kemhan dan TNI dalam menghadapi ancaman nuklir, biologi, kimia, radiologi dan bahan peledak, nubikara/ CBRNE di Indonesia.
Selain itu, pelatihan ini juga dapat memberikan wawasan dalam upaya membentuk wadah organisasi intra-kementerian dan instansi pemerintah yang bertugas merancang konsep manajemen mulai deteksi, mitigasi, reaksi medis serta dekontaminasi ancaman Non-Konvensional CBRNE.
Menurutnya, perkembangan ancaman dan tantangan non konvensional CBRNE ini semakin pesat dengan berkembang teknologi senjata kimia, biologi, radiologi, nuklir di dunia. Kelompok teroris dan ekstrimis dapat menggunakan agen senjata ini untuk mengganggu keamanan dan ketertiban nasional dan regional.
Oleh karena itu, untuk menjaga kedaulatan dan keselamatan bangsa dan negara, Kemhan dan TNI bersama dengan instansi pemerintah terkait lainnya, perlu melakukan antisipasi-antisipasi persiapan menghadapi situasi darurat yang terburuk/ worst case scenario.
Lebih lanjut Dirjen Strahan Kemhan berharap, kerjasama US DTRA dan Desk CBRNE Kemhan RI ini akan dapat menjadi acuan untuk mendorong kerjasama pelatihan tahap berikutnya, sehingga Indonesia dapat memiliki semacam organisasi atau wadah nasional yang dapat mengantisipasi ancaman CBRNE nasional khususnya ancaman non konvensional yang membutuhkan kerjasama intensif antara kementerian dan instansi pemerintah baik militer dan non militer.
“Saya berharap kerjasama ini dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi sehingga pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat dapat bekerjasama dalam menghadapi ancaman CBRNE di wilayah regional khususnya di bidang militer dan pertahanan”, tambahnya.
Workshop ini merupakan kelanjutan dari workshop sebelumnya yang dilaksanakan pada tahun lalu. Workshop kali ini berlangsung selama empat hari, dimulai tanggal 9 Desember sampai dengan 12 Desember 2013, dan diikuti peserta dari personel Kemhan, Mabes TNI dan Mabes Angkatan.
Workshop dibuka oleh Direktur Pengerahan Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Subagio, M.Han, yang dalam kesempatan tersebut mewakili Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Sony ES Prasetyo, Senin (9/12) di Jakarta.
Dirjen Strahan Kemhan dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Dir Pengerahan Ditjen Strahan Kemhan mengatakan, kerjasama pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan teknologi personil Kemhan dan TNI dalam menghadapi ancaman nuklir, biologi, kimia, radiologi dan bahan peledak, nubikara/ CBRNE di Indonesia.
Selain itu, pelatihan ini juga dapat memberikan wawasan dalam upaya membentuk wadah organisasi intra-kementerian dan instansi pemerintah yang bertugas merancang konsep manajemen mulai deteksi, mitigasi, reaksi medis serta dekontaminasi ancaman Non-Konvensional CBRNE.
Menurutnya, perkembangan ancaman dan tantangan non konvensional CBRNE ini semakin pesat dengan berkembang teknologi senjata kimia, biologi, radiologi, nuklir di dunia. Kelompok teroris dan ekstrimis dapat menggunakan agen senjata ini untuk mengganggu keamanan dan ketertiban nasional dan regional.
Oleh karena itu, untuk menjaga kedaulatan dan keselamatan bangsa dan negara, Kemhan dan TNI bersama dengan instansi pemerintah terkait lainnya, perlu melakukan antisipasi-antisipasi persiapan menghadapi situasi darurat yang terburuk/ worst case scenario.
Lebih lanjut Dirjen Strahan Kemhan berharap, kerjasama US DTRA dan Desk CBRNE Kemhan RI ini akan dapat menjadi acuan untuk mendorong kerjasama pelatihan tahap berikutnya, sehingga Indonesia dapat memiliki semacam organisasi atau wadah nasional yang dapat mengantisipasi ancaman CBRNE nasional khususnya ancaman non konvensional yang membutuhkan kerjasama intensif antara kementerian dan instansi pemerintah baik militer dan non militer.
“Saya berharap kerjasama ini dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi sehingga pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat dapat bekerjasama dalam menghadapi ancaman CBRNE di wilayah regional khususnya di bidang militer dan pertahanan”, tambahnya.
● DMC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.