Beberapa awak kapal selam U-Boat Jerman pernah bergabung dengan gerilyawan Indonesia. Mereka berjuang bersama-sama karena merasa senasib, ditindas Belanda.
Jerman mengirimkan armada kapal selam U-Boat ke Indonesia selama Perang Dunia II. Mereka menjadi sekutu Jepang menghadapi Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Belanda dan negara sekutu.
Setelah Jepang kalah tahun 1945, Belanda kembali datang ke Indonesia. Mereka ingin kembali menjajah Indonesia. Belanda pun menangkap orang-orang Jerman yang masih berada di Indonesia. Tak cuma tentara, warga sipil Jerman juga ditangkapi. Belanda kemudian menahan 260 orang Jerman di Pulau Onrust, Teluk Jakarta.
Peneliti soal Jerman dan Nazi di Indonesia, Alif Rafik Khan menjelaskan banyak mantan Kriegsmarine atau angkatan laut Jerman yang kemudian bergabung dengan gerilyawan Republik Indonesia untuk melawan Belanda.
"Mereka membantu soal teknik persenjataan dan strategi. Karena saat itu kan banyak gerilyawan yang belum mengerti," kata Alif.
Alif mencontohkan beberapa awak kapal selam U-195 berniat bergabung dengan pejuang Indonesia di Bogor. Sayangnya mereka ditangkap Belanda di Pasar Pesing, Jakarta Utara.
"Tentara Jerman ini ditahan di Penjara Glodok, terus di Pulau Onrust bulan September 1945-Januari 1946, sebelum dipindahkan ke Malang sampai dengan tahun 1948 karena Inggris dan Belanda khawatir mereka berupaya dibebaskan oleh TKR dan para pejuang kemerdekaan lainnya," kata Alif kepada merdeka.com, Jumat (22/11).
Alif memberikan foto bersejarah para prajurit tersebut. Enam mantan anggota Angkatan Laut Jerman dengan tubuh kurus dan pakaian seadanya.
Berdiri, dari kiri ke kanan: Oberleutnant zur See Fritz Arp, Wachtoffizier, Maschinenmaat Erich Döring, dan Hans Philipsen. Jongkok: Alfred Pschunder, Maschinenobergefreiter Heinz Ulrich dan Oberleutnant (Ing.) Herbert Weber.
"Saya tidak berhasil menemukan keterangan mengenai Philipsen serta Pschunder dalam daftar 95 orang yang pernah bertugas di U-195, karenanya bisa dipastikan
mereka bukanlah awak kapal selam tersebut, tapi kemungkinan anggota Kriegsmarine lainnya yang ditempatkan di Indonesia," jelasnya.
Selain mereka, ada juga Werner dan Lösche, awak kapal selam U-219. Mereka melarikan diri dari Pulau Onrust dan bergabung dengan pemerintah Indonesia. Werner kemudian tewas saat merakit senjata untuk pejuang Indonesia.
Walau membantu pejuang RI, nasib sebagian tentara Jerman cukup nahas. Mereka dibunuh gerilyawan Indonesia karena disangka orang Belanda. Maklum, dari sisi tubuh dan penampilan, sepintas orang Belanda dan Jerman tampak sama.
Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens misalnya, mereka terbunuh oleh pasukan gerilyawan di Bogor. Lagi-lagi karena disangka orang Belanda.
Gugur di negeri asing, ribuan kilometer dari kampung halaman mereka. Mencoba membantu perjuangan negeri asing yang tak mereka kenal mempertahankan kemerdekaannya.(mdk/ian)
Jerman mengirimkan armada kapal selam U-Boat ke Indonesia selama Perang Dunia II. Mereka menjadi sekutu Jepang menghadapi Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Belanda dan negara sekutu.
Setelah Jepang kalah tahun 1945, Belanda kembali datang ke Indonesia. Mereka ingin kembali menjajah Indonesia. Belanda pun menangkap orang-orang Jerman yang masih berada di Indonesia. Tak cuma tentara, warga sipil Jerman juga ditangkapi. Belanda kemudian menahan 260 orang Jerman di Pulau Onrust, Teluk Jakarta.
Peneliti soal Jerman dan Nazi di Indonesia, Alif Rafik Khan menjelaskan banyak mantan Kriegsmarine atau angkatan laut Jerman yang kemudian bergabung dengan gerilyawan Republik Indonesia untuk melawan Belanda.
"Mereka membantu soal teknik persenjataan dan strategi. Karena saat itu kan banyak gerilyawan yang belum mengerti," kata Alif.
Alif mencontohkan beberapa awak kapal selam U-195 berniat bergabung dengan pejuang Indonesia di Bogor. Sayangnya mereka ditangkap Belanda di Pasar Pesing, Jakarta Utara.
"Tentara Jerman ini ditahan di Penjara Glodok, terus di Pulau Onrust bulan September 1945-Januari 1946, sebelum dipindahkan ke Malang sampai dengan tahun 1948 karena Inggris dan Belanda khawatir mereka berupaya dibebaskan oleh TKR dan para pejuang kemerdekaan lainnya," kata Alif kepada merdeka.com, Jumat (22/11).
Alif memberikan foto bersejarah para prajurit tersebut. Enam mantan anggota Angkatan Laut Jerman dengan tubuh kurus dan pakaian seadanya.
Berdiri, dari kiri ke kanan: Oberleutnant zur See Fritz Arp, Wachtoffizier, Maschinenmaat Erich Döring, dan Hans Philipsen. Jongkok: Alfred Pschunder, Maschinenobergefreiter Heinz Ulrich dan Oberleutnant (Ing.) Herbert Weber.
"Saya tidak berhasil menemukan keterangan mengenai Philipsen serta Pschunder dalam daftar 95 orang yang pernah bertugas di U-195, karenanya bisa dipastikan
mereka bukanlah awak kapal selam tersebut, tapi kemungkinan anggota Kriegsmarine lainnya yang ditempatkan di Indonesia," jelasnya.
Selain mereka, ada juga Werner dan Lösche, awak kapal selam U-219. Mereka melarikan diri dari Pulau Onrust dan bergabung dengan pemerintah Indonesia. Werner kemudian tewas saat merakit senjata untuk pejuang Indonesia.
Walau membantu pejuang RI, nasib sebagian tentara Jerman cukup nahas. Mereka dibunuh gerilyawan Indonesia karena disangka orang Belanda. Maklum, dari sisi tubuh dan penampilan, sepintas orang Belanda dan Jerman tampak sama.
Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens misalnya, mereka terbunuh oleh pasukan gerilyawan di Bogor. Lagi-lagi karena disangka orang Belanda.
Gugur di negeri asing, ribuan kilometer dari kampung halaman mereka. Mencoba membantu perjuangan negeri asing yang tak mereka kenal mempertahankan kemerdekaannya.(mdk/ian)
♞ Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.