(Malaysiainsider) |
Menurut Ali, Indonesia memiliki radar pendeteksi, tetapi tidak diketahui masih berfungsi dengan baik atau tidak. Untuk pertahanan, kata Ali, seharusnya radar terus berfungsi dengan baik. "Kalau tidak ya negara kita bisa dilewati sembarangan," kata dia.
Senin malam, 24 Maret 2014, sekitar pukul 20.00 waktu Malaysia, Perdana Menteri Najib Razak mengumumkan berdasarkan analisis data dari satelit penerbangan, MH370 yang terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing, Cina, malah berakhir di sebelah selatan Samudra Hindia. Tidak ada satu pun penumpang maupun kru pesawat yang dikabarkan selamat.
Pesawat Boeing 777 tersebut hilang sejak 8 Maret 2014. Selama 17 hari, upaya pencarian melibatkan tim dari 27 negara. Titik terang keberadaan MH370 baru diketahui pada pekan lalu, saat sejumlah benda yang diduga bagian dari pesawat itu ditemukan mengapung di perairan Samudra Hindia, sekitar 2.500 kilometer sebelah barat Perth.
Indonesia Deteksi MH370 di Laut Cina Selatan
Pelaksana tugas Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Perhubungan Bambang S. Ervan mengatakan pemerintah ikut membantu pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370. Pencarian pesawat melibatkan peralatan milik pemerintah, termasuk pesawat dan kapal TNI.
Indonesia, kata Bambang, sempat mendapati sinyal pesawat Boeing 777-200 sesaat setelah armada tersebut kehilangan kontak. Kementerian Perhubungan menangkap sinyal pesawat tersebut tidak melalui satelit, melainkan alat navigasi penerbangan yang disebut Automated Dependent Survelent Broadcast (ADSB).
"Waktu itu belum ada kesimpulan jatuh, hanya sinyal pantau terakhir yang kami tangkap pesawat ada di Laut Cina Selatan," kata Bambang saat dihubungi, Selasa, 25 Maret 2014.
Direktorat Navigasi Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, ujarnya, mendapati sinyal pesawat MH730 pada pagi hari setelah malam sebelumnya kehilangan kontak.
Meskipun pesawat tersebut melintasi area di luar wilayah Indonesia, pemerintah dapat menelusuri rekaman data ADSB yang berlokasi di Pulau Matak, Natuna.
"Sinyal yang kami temukan hanya sekali, setelah dinyatakan kehilangan kontak," katanya. Rekaman tersebut diserahkan pemerintah kepada Malaysia untuk kepentingan pencarian investasi.
Malaysia Airlines MH370 hilang sejak 8 Maret 2014. Pesawat jurusan Kuala Lumpur-Beijing, Cina membawa 239 orang termasuk awak pesawat. Penyebab pasti raibnya pesawat ini masih belum diketahui. Banyak negara terlibat dalam pencarian pesawat ini.
Radar Sibuk, MH370 Tak Terlacak Lewati Indonesia?
Direktur Teknologi PT Dirgantara Indonesia Andi Alisjahbana mengatakan radar yang beroperasi di dunia penerbangan digolongkan menjadi dua, yakni radar sipil dan radar militer. Dua radar itu memiliki dua perbedaan yang cukup signifikan dalam operasionalnya. Kemampuan dua radar pun berbeda-beda.
Radar sipil, kata dia, memiliki wilayah pantauan yang jangkauannya lebih pendek. Radar itu cenderung mengamati obyek-obyek yang berada di wilayah terbang zona menengah, yakni ketinggian 20-30 ribu kaki di atas permukaan laut. Namun radar itu lebih detail dalam menyampaikan informasi mengenai identitas pesawat yang sedang melintas.
Adapun radar militer, ujar Andi, daya jangkaunya memang lebih luas ketimbang sipil. Namun radar itu tidak menginformasikan secara detail obyek yang sedang melintas di udara.
Radar itu pun hanya dirancang untuk mendeteksi unit militer yang memiliki karakteristik khusus. Karakteristik itu di antaranya terbang di zona rendah dan tinggi serta memiliki kecepatan tinggi.
Untuk pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370, Andi menyatakan pesawat itu tidak terdeteksi radar sipil, termasuk radar memasuki wilayah Indonesia karena kemungkinan zona menengah yang menjadi wilayah terbang penerbangan sipil memiliki lalu lintas udara yang sangat padat. Dia menduga tingkat kepadatan itu membuat pesawat tidak teridentifikasi saat berpindah jalur.
Sedangkan radar militer, kata dia, lebih sulit untuk mengidentifikasi pesawat sipil karena data yang ditampilkan sangat banyak. Pihak militer juga biasanya hanya mengamati obyek yang terbang di luar zona menengah dan terbang dalam kecepatan tinggi. "Kalau selain itu, biasanya kurang diperhatikan karena merupakan obyek sipil," ujarnya.
Andi mengatakan ada kemungkinan pesawat tersebut melewati wilayah udara Indonesia. Namun bisa saja keberadaannya tidak terpantau karena jalur penerbangan itu selalu padat dalam 24 jam. "Kalau radar militer, perlu keahlian intelijen untuk melakukan identifikasi pesawat," katanya.
Selain itu, radar militer Indonesia bisa saja tidak beroperasi ketika pesawat Malaysia Airlines MH370 menghilang. Hal itu disebutnya merupakan hal wajar karena Indonesia tidak sedang dalam kondisi perang dengan negara lain.
Radar militer, kata dia, biasanya aktif 24 jam jika dalam siaga perang dengan negara lain. "Tapi kebijakan itu tentu ada di Kementerian Pertahanan dan TNI," ujarnya.
Malaysia Airlines MH370 hilang sejak 8 Maret 2014. Pesawat jurusan Kuala Lumpur-Beijing, Cina, membawa 239 orang, termasuk awak pesawat. Penyebab pasti raibnya pesawat ini masih belum diketahui. Pemerintah Malaysia pun akhirnya menyatakan bahwa pesawat jatuh di Samudera Hindia selatan.
TNI AU Tegaskan Radar Militer Tak Deteksi MH370
Grafik ini menunjukkan perkembangan kabar pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang dari saat lokasi kontak terakhir (1), terpantau radar militer (2), sinyal satelit (3), penangkapan dua benda diduga puing pesawat oleh satelit Australia pada 20 Maret (4), dan penemuan terakhir oleh satelit China (5). Straittimes.com
Kepala Dinas Penerangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto menegaskan pesawat Malaysia Airlines MH370 tak melintasi wilayah udara Indonesia sejak dinyatakan hilang. Menurut dia, radar milik TNI AU dalam kondisi bagus dan tidak mendeteksi pesawat MH370.
"Semua spekulasi kan masih katanya melintas, kami juga tidak tahu melintas atau tidak. Radar tidak mendeteksi obyek MH370," katanya ketika dihubungi, Selasa, 25 Maret 2014.
TNI AU, kata dia, sudah mengecek radar di Sabang, Aceh, dan tidak ditemukan rekaman pesawat Boeing 777-200ER melintasi udara Indonesia. "Radar kami beroperasi 24 jam."
Hadi menuturkan pesawat komersial tersebut mematikan transponder-nya ketika berada di wilayah udara Vietnam kemudian dinyatakan hilang. Dengan demikian, hanya radar militerlah yang bisa menangkap sinyal pesawat yang mengangkut 239 orang itu.
Kalaupun pesawat tujuan Beijing itu berbalik arah dan melintasi Indonesia, kata dia, tentunya radar pertahanan Malaysia juga bisa mendeteksi. Soalnya, menurut Hadi, pertahanan udara Indonesia-Malaysia terkoordinasi. "Apabila ada obyek yang mencurigakan, Malaysia bisa melaporkan ada obyek yang mengarah ke Indonesia dan minta untuk mengawasi," ujarnya.
Mengenai spekulasi pesawat tersebut melintasi Indonesia, kata Hadi, itu lantaran dugaan ditemukannya puing-puing yang berada di Samudra Hindia. "Suspect-nya itu belum tentu benar," ujarnya.
Malaysia Airlines MH370 hilang sejak 8 Maret 2014. Penyebab hilangnya pesawat jurusan Kuala Lumpur-Beijing itu hingga kini belum diketahui. Pemerintah Malaysia pada Senin malam, 14 Maret 2014, menyatakan pesawat itu jatuh di selatan Samudra Hindia. Tak seorang pun penumpang dan awak pesawat yang selamat dari tragedi ini.
♞ Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.