24 February 1991, D-day Operation Desert Storm:
Saat ini, TNI AD telah memiliki 1 Brigade Infanteri yang menjadi embrio pengembangan satuan infanteri mekanis di masa mendatang, satuan tersebut yaitu Brigade Infanteri (Brigif)-1 Pengamanan IbuKota/Jayasakti. Brigade ini memiliki struktur yang terdiri dari 3 Batalyon Infanteri Mekanis (Yonif 201, 202, dan 203), 1 Batalyon Kavaleri Serbu (Yonkavser-9) dan 1 Peleton Intai Keamanan (Tontaikam/setara dengan unit Ranger/Scout) dengan total personel 3.140 prajurit plus 180 kendaraan lapis baja dari tipe AMX-13 dan Anoa.
Format Brigif Mekanis seperti yang dimiliki oleh Brigif 1 PIK/Jayasakti ini akan dikembangkan lebih lanjut pada formasi Brigade Infanteri Mekanis di beberapa Kodam. Adapun detil format satuan memiliki beberapa opsi, diantaranya yang jadi kandidat terkuat adalah:
A. Format light brigade: 4 Yonif mekanis, 2 yonkavser ringan, 1 kompi intai tempur/keamanan
B. Format heavy brigade: 4 Yonif mekanis full size (@ 800 personel), 1 yonkavser berat (MBT/medium tank), 1 Yonkavser ringan, 1 kompi intai tempur/keamanan.
Format heavy brigade akan dibentuk pada Kodam dengan tingkat eskalasi ancaman tinggi, dan yang light brigade pada Kodam dengan tingkat ancaman sedang/menengah.
Adapun struktur kekuatan Yonif mekanis nantinya akan terdiri dari 700-800 personel, 50-60 unit ranpur sekelas Anoa 6×6/8×8 dengan berbagai versi (APC, scout, anti-tank, fire support, dll). Sedangkan untuk Yonkavser berat memiliki setidaknya 30-40 MBT sekelas Leopard 2RI/Leclerc/T-90/99 atau tank medium buatan dalam negeri yang dilengkapi kanon 120 mm. Kombinasi kedua jenis satuan tersebut yang membentuk format standar unit brigade infanteri mekanis TNI AD akan menjadi komponen tempur yang memiliki daya pukul cukup mematikan dan masih cukup lincah untuk bermanuver guna menghadang kekuatan darat agresor/OPFOR (opposing force).
Dengan rencana bahwa tiap unit Yonif Mekanis akan dibekali sistem senjata anti tank portable NLAW atau Javelin setidaknya 60 pucuk, dan ranpur Tarantula/Anoa dengan meriam Cockerill 90 mm untuk dukungan tembakan setidaknya 1 peleton/10 unit, maka untuk pertama kalinya dalam sejarah TNI, kita akan memiliki full strength, fully offensive-capable multi purpose combat unit. Plus, dengan bantuan fire power dari Yonkavser Berat yang memiliki 40 MBT atau tank medium dengan meriam utama 120 mm, maka…..TNI AD menjadi angkatan darat satu-satunya di kawasan Asia Tenggara yang punya satuan terpadu seperti ini (sonotan saja yang punya Brigade Infateri ke-5 hanya bersifat satuan administratif belaka).
Peran Infanteri Mekanis dalam Pemekaran Kekuatan Komando Utama TNI AD
Seperti yang kita ketahui bersama, renstra TNI dalam format MEF I sampai dengan MEF III didalamnya tercantum pemekaran komando utama (Kotama) TNI AD. Salah satunya adalah Kostrad, juga akan dimekarkan dalam kuantitas dan kualitas yang signifikan. Organisasi eksisting akan dimekarkan hingga 4 divisi dan 3 brigade komposit mandiri.
Satuan Raiders akan jadi “vanguard” atau ujung tombak satuan pemukul, dengan multikualifikasi. Belum lagi satuan lapis baja berat, artileri medan gerak sendiri (swagerak) dan sebagainya (detail undisclosed). Rencana Combatant force untuk kotama Kodam “tier 1“ akan terdiri dari 1 Brigif Mekanis, 2 Yonif Raiders, 4 Yonif Kostrad, 3 Yonif reguler, 2 Yonkavser, 3 Yon Armed, dan 1-2YonArhanudri/Arhanudse.
Brigade Infanteri Mekanis dalam Kodam beserta satuan organik lainnya akan bertanggungjawab untuk melakukan containment terhadap OPFOR (opposing force). Bila Kondisi memungkinkan OPFOR bisa dihajar habis oleh komponen tempur kodam yang bersangkutan. Tapi kalau terjadi eskalasi dalam level diluar kemampuan Kodam tersebut, maka satuan QRF/RRF (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) akan siap on call membantu kodam tersebut.
Bayangkan, jika rencana strategis di MEF II akan ada 8 Kodam didalam lingkup 3 Kogabwilhan yang memiliki 1 Brigif Mekanis, ditambah dengan unit-unit Pemukul Reaksi Cepat/RRF (Rapid Reaction Force) independen dibawah Kostrad, akan terlihat postur TNI AD yang jelas sangat berbeda dan pastinya jauh lebih siap untuk meghadapi potensi ancaman dari luar yang sudah nampak pada saat ini.
Jadi benar adanya, rencana fokus dan konsentrasi pengembangan 500.000 personel yang punya kualifikasi tidak hanya infanteri reguler, namun sudah ter-spesialisasi berdasarkan designasi peran di konteks Kogabwilhan (resident/defense unit atau mobile strike unit). Satuan infanteri mekanis, adalah salah satu implementasi dari rencana besar ini.
Satuan infanteri mekanis merupakan salah satu wujud nyata transformasi doktrin TNI AD yang sebelumnya bertumpu pada satuan infanteri murni berpostur defensif menjadi satuan komposit multi dimensi yang memiliki kemampuan sebagai shock troops (seperti unit Stryker Brigade US Army). Dengan kemunculan unit baru ini, secara otomatis menimbulkan beberapa konsekuensi diantaranya: pengembangan strategi dan taktik tempur baru, familiarisasi para komandan lapangan dengan olah gerak dan olah tempur infanteri mekanis, pelatihan komprehensif dalam rangka konversi unit infanteri konvensional menjadi unit infanteri mekanis, modifikasi dan transformasi alur logistik, dan lain sebagainya.
Dalam konteks rencana deployment Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) di masa mendatang, maka praktis satuan Infanteri Mekanis ini akan menjadi andalan “resident force” yang berada dibawah kendali Pangkogabwilhan dalam setiap operasi tempur pertahanan wilayah. Sehingga, dengan demikian unit ini sebenarnya telah menjelma menjadi unit strategis yang berperan vital dalam grand design skema pertahanan NKRI.
Semoga dengan dukungan penuh dari seluruh komponen NKRI, rencana besar ini dapat terwujud, dan kita akan menyaksikan konsepsi “Indonesian Army 2.0” dalam waktu tidak lama lagi. Amiin…. (by Narayana)
Berkekuatan 25.000 prajurit, 240 unit tank tempur utama M1 Abrams, 95 unit heli serbu dan serang, 230 unit kendaraan tempur M2/M3 Bradley, dan 8.000 unit kendaraan lain dari berbagai jenis, Divisi Infanteri Mekanis ke-24 memulai kampanye Operation Desert Storm dengan menyerang pangkalan udara di Talil dan Jabbah. Disana, Div. Infanteri Mekanis ke-24 sudah ditunggu oleh Divisi Infateri ke-37 dan 49 AD Irak, plus satuan Pengawal Republik, Divisi Infateri Mekanis Nebukadnezar dengan total kekuatan 28.000 personel, 200 tank, dan 300 kendaraan lapis baja ringan. Pertempuran seru pecah dan ditandai duel tank sengit antara satuan kavaleri berat M1 Abrams melawan elemen lapis baja divisi Nebukadnezar yang dilengkapi dengan tank T-72, T-62, dan T-55. Tidak ketinggalan satuan batalyon infanteri mekanis yang dilengkapi dengan IFV Bradley bergerak sangat cepat memotong jalur suplai logistik pasukan Iraq, dan berhasil merebut 2 pangkalan udara penting di kedua kota tersebut. Di tanggal 28 Februari 1991, secara total Divisi Infanteri ke 24 berhasil menghancurkan 420 tank dan kendaraan lapis baja Iraq, lebih dari 1000 unit artileri dari berbagai jenis dan menawan lebih dari 5000 personel AD Iraq.
Prolog diatas mengilustrasikan secara
sederhana betapa penting peran Infanteri Mekanis dalam mengubah wajah
peperangan darat modern di era abad 21 ini. Konflik seperti perang
Libanon dan perang Iraq juga diwarnai oleh pertempuran yang melibatkan
unit infateri yang didukung secara ketat oleh kendaraan tempur lapis
baja pengangkut pasukan maupun kendaraan tempur yang berfungsi untuk
memberikan bantuan tembakan.
Postur Infanteri Mekanis TNI AD: Kini dan Rencana Pengembangan
Postur Infanteri Mekanis TNI AD: Kini dan Rencana Pengembangan
Saat ini, TNI AD telah memiliki 1 Brigade Infanteri yang menjadi embrio pengembangan satuan infanteri mekanis di masa mendatang, satuan tersebut yaitu Brigade Infanteri (Brigif)-1 Pengamanan IbuKota/Jayasakti. Brigade ini memiliki struktur yang terdiri dari 3 Batalyon Infanteri Mekanis (Yonif 201, 202, dan 203), 1 Batalyon Kavaleri Serbu (Yonkavser-9) dan 1 Peleton Intai Keamanan (Tontaikam/setara dengan unit Ranger/Scout) dengan total personel 3.140 prajurit plus 180 kendaraan lapis baja dari tipe AMX-13 dan Anoa.
Format Brigif Mekanis seperti yang dimiliki oleh Brigif 1 PIK/Jayasakti ini akan dikembangkan lebih lanjut pada formasi Brigade Infanteri Mekanis di beberapa Kodam. Adapun detil format satuan memiliki beberapa opsi, diantaranya yang jadi kandidat terkuat adalah:
A. Format light brigade: 4 Yonif mekanis, 2 yonkavser ringan, 1 kompi intai tempur/keamanan
B. Format heavy brigade: 4 Yonif mekanis full size (@ 800 personel), 1 yonkavser berat (MBT/medium tank), 1 Yonkavser ringan, 1 kompi intai tempur/keamanan.
Format heavy brigade akan dibentuk pada Kodam dengan tingkat eskalasi ancaman tinggi, dan yang light brigade pada Kodam dengan tingkat ancaman sedang/menengah.
Adapun struktur kekuatan Yonif mekanis nantinya akan terdiri dari 700-800 personel, 50-60 unit ranpur sekelas Anoa 6×6/8×8 dengan berbagai versi (APC, scout, anti-tank, fire support, dll). Sedangkan untuk Yonkavser berat memiliki setidaknya 30-40 MBT sekelas Leopard 2RI/Leclerc/T-90/99 atau tank medium buatan dalam negeri yang dilengkapi kanon 120 mm. Kombinasi kedua jenis satuan tersebut yang membentuk format standar unit brigade infanteri mekanis TNI AD akan menjadi komponen tempur yang memiliki daya pukul cukup mematikan dan masih cukup lincah untuk bermanuver guna menghadang kekuatan darat agresor/OPFOR (opposing force).
Dengan rencana bahwa tiap unit Yonif Mekanis akan dibekali sistem senjata anti tank portable NLAW atau Javelin setidaknya 60 pucuk, dan ranpur Tarantula/Anoa dengan meriam Cockerill 90 mm untuk dukungan tembakan setidaknya 1 peleton/10 unit, maka untuk pertama kalinya dalam sejarah TNI, kita akan memiliki full strength, fully offensive-capable multi purpose combat unit. Plus, dengan bantuan fire power dari Yonkavser Berat yang memiliki 40 MBT atau tank medium dengan meriam utama 120 mm, maka…..TNI AD menjadi angkatan darat satu-satunya di kawasan Asia Tenggara yang punya satuan terpadu seperti ini (sonotan saja yang punya Brigade Infateri ke-5 hanya bersifat satuan administratif belaka).
Peran Infanteri Mekanis dalam Pemekaran Kekuatan Komando Utama TNI AD
Seperti yang kita ketahui bersama, renstra TNI dalam format MEF I sampai dengan MEF III didalamnya tercantum pemekaran komando utama (Kotama) TNI AD. Salah satunya adalah Kostrad, juga akan dimekarkan dalam kuantitas dan kualitas yang signifikan. Organisasi eksisting akan dimekarkan hingga 4 divisi dan 3 brigade komposit mandiri.
Satuan Raiders akan jadi “vanguard” atau ujung tombak satuan pemukul, dengan multikualifikasi. Belum lagi satuan lapis baja berat, artileri medan gerak sendiri (swagerak) dan sebagainya (detail undisclosed). Rencana Combatant force untuk kotama Kodam “tier 1“ akan terdiri dari 1 Brigif Mekanis, 2 Yonif Raiders, 4 Yonif Kostrad, 3 Yonif reguler, 2 Yonkavser, 3 Yon Armed, dan 1-2YonArhanudri/Arhanudse.
Brigade Infanteri Mekanis dalam Kodam beserta satuan organik lainnya akan bertanggungjawab untuk melakukan containment terhadap OPFOR (opposing force). Bila Kondisi memungkinkan OPFOR bisa dihajar habis oleh komponen tempur kodam yang bersangkutan. Tapi kalau terjadi eskalasi dalam level diluar kemampuan Kodam tersebut, maka satuan QRF/RRF (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) akan siap on call membantu kodam tersebut.
Bayangkan, jika rencana strategis di MEF II akan ada 8 Kodam didalam lingkup 3 Kogabwilhan yang memiliki 1 Brigif Mekanis, ditambah dengan unit-unit Pemukul Reaksi Cepat/RRF (Rapid Reaction Force) independen dibawah Kostrad, akan terlihat postur TNI AD yang jelas sangat berbeda dan pastinya jauh lebih siap untuk meghadapi potensi ancaman dari luar yang sudah nampak pada saat ini.
Jadi benar adanya, rencana fokus dan konsentrasi pengembangan 500.000 personel yang punya kualifikasi tidak hanya infanteri reguler, namun sudah ter-spesialisasi berdasarkan designasi peran di konteks Kogabwilhan (resident/defense unit atau mobile strike unit). Satuan infanteri mekanis, adalah salah satu implementasi dari rencana besar ini.
Penutup
Satuan infanteri mekanis merupakan salah satu wujud nyata transformasi doktrin TNI AD yang sebelumnya bertumpu pada satuan infanteri murni berpostur defensif menjadi satuan komposit multi dimensi yang memiliki kemampuan sebagai shock troops (seperti unit Stryker Brigade US Army). Dengan kemunculan unit baru ini, secara otomatis menimbulkan beberapa konsekuensi diantaranya: pengembangan strategi dan taktik tempur baru, familiarisasi para komandan lapangan dengan olah gerak dan olah tempur infanteri mekanis, pelatihan komprehensif dalam rangka konversi unit infanteri konvensional menjadi unit infanteri mekanis, modifikasi dan transformasi alur logistik, dan lain sebagainya.
Dalam konteks rencana deployment Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) di masa mendatang, maka praktis satuan Infanteri Mekanis ini akan menjadi andalan “resident force” yang berada dibawah kendali Pangkogabwilhan dalam setiap operasi tempur pertahanan wilayah. Sehingga, dengan demikian unit ini sebenarnya telah menjelma menjadi unit strategis yang berperan vital dalam grand design skema pertahanan NKRI.
Semoga dengan dukungan penuh dari seluruh komponen NKRI, rencana besar ini dapat terwujud, dan kita akan menyaksikan konsepsi “Indonesian Army 2.0” dalam waktu tidak lama lagi. Amiin…. (by Narayana)
★ JKGR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.