Kapal Perang Made In RI Mulai Dilirik Asing Kapal perang buatan Indonesia mulai dilirik oleh negara-negara luar. Buktinya, salah satu BUMN produsen kapal Indonesia PT PAL (Persero) mendapatkan pesanan 2 unit kapal perang dari pemerintah Filipina.
PAL memenangkan tender bersaing dengan 8 negara lain untuk memproduksi kapal perang. BUMN itu bakal memproduksi strategic sealift vessel-1 (SSV). Kementerian Pertahanan Filipina memesan dua unit kapal jenis ini pada PAL.
"Kita ikut tender internasional dan kita menang. Artinya apa yang kita tawarkan dalam tender itu bisa diterima," tutur Direktur Utama PAL, Firmansyah saat dihubungi detikFinance, Jumat (23/1/2014).
Kamis kemarin, telah dilakukan seremoni first steel cutting di markas PAL, Surabaya menandakan BUMN tersebut memulai produksi kapal perang berukuran 123 meter dengan lebar 21,8 meter itu. Kapal ini dibuat PAL pada pabriknya di Surabaya.
"Selesai 24 bulan untuk dua unit," ujar Kepala Humas PAL Bayu Witjaksono.
Selain Filipina, Bayu Witjaksono menyebut, Myanmar tengah melakukan komunikasi intensif untuk memesan kapal dari PAL.
"Potensi itu Myanmar, kita sedang mengundang, mengkomunikasikan tindak lanjut dengan Myanmar atas pesanan beberapa kapal termasuk kapal patroli. Itu dijembatani oleh Kemenhan. Kapal patroli dan kapal itu juga. Kemudian ada beberapa negara Afrika, tapi masih potensi saja. Kalau yang Myanmar sudah ada komunikasi," tuturnya.
Nilai kontrak yang telah disetujui dalam pesanan 2 kapal jenis SSV ini adalah US$ 90 juta atau sekitar Rp 1 triliun lebih.Catat Sejarah, Indonesia Pertama Kalinya Ekspor Kapal Perang Industri kapal di Indonesia mulai menggeliat menunjukkan tajinya. Untuk pertama kalinya, Indonesia bisa mengekspor kapal perang. Ini menunjukkan, produsen kapal Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata.
Adalah PT PAL (Persero), BUMN yang baru mengukir sejarah untuk pertama kalinya mendapatkan pesanan kapal perang dari negara lain. Kementerian Pertahanan Filipina telah memesan 2 unit kapal jenis strategic sealift vessel-1 (SSV).
"Untuk kapal perang, ini memang kapal perang pertama di Indonesia yang diekspor. Itu adalah produksi PT PAL," ujar Kepala Humas PAL, Bayu Witjakcono kepada detikFinance, Jumat (23/1/2015).
PAL adalah BUMN pembuat kapal yang bermarkas di Surabaya. Selain kapal perang, PAL juga memproduksi berbagai jenis kapal lain seperti kapal patroli dan kapal niaga.
"Kalau kapal niaga itu sudah banyak diekspor. Kalau kapal perang baru pertama ini," ujar Bayu.
Selain Filipina, ada beberapa potensi pasar dari negara lain yang tengah 'menunggu' kapal buatan pabrik PAL di Surabaya ini. Myanmar misalnya, tengah melakukan penjajakan intensif untuk memesan beberapa kapal, termasuk kapal patroli untuk kebutuhan pertahanan negara tersebut.
"Ada juga beberapa negara Afrika. Tapi masih potensi saja," tutupnya.
Kapal yang dipesan Filipina adalah kapal jenis SSV dengan panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter. Nilai kontrak dari pemesanan 2 unit kapal ini mencapai US$ 90 juta atau Rp 1 triliun lebih.
Kapal ini adalah pengembangan atas desain dan teknologi dari kapal jenis LPD (Landing Platform Dock), yang telah diserahkan oleh PAL kepada TNI AL pada 2011 lalu. Dua unit LPD yang telah beroperasi itu adalah KRI Banda Aceh yang membantu evakuasi korban pesawat AirAsia QZ 8501 juga KRI Banjarmasin yang membantu misi pembebasan pembajakan perompak di Somalia.Lawan Perompak Somalia Hingga Evakuasi Korban AirAsia Kapal perang buatan Indonesia yang diproduksi BUMN, yaitu PT PAL (Persero), tak bisa dipandang sebelah mata. Kapal perang yang diproduksi di Surabaya ini pernah digunakan membebaskan sandera dari perompak Somalia, juga evakuasi korban kecelakaan pesawat AirAsia Q7 8501.
Kapal tersebut adalah kapal berjenis Landing Platform Dock (LPD) dengan panjang 125 meter berkapasitas 560 penumpang. Dua kapal tersebut kini beroperasi dengan nama KRI Banda Aceh dan KRI Banjarmasin.
"KRI Banda Aceh sampai saat ini digunakan untuk evakuasi AirAsia, masih aktif masih berjalan," kata Kepala Humas PT PAL, Bayu Witjaksono saat dihubungi detikFinance, Jumat (23/1/2015).
KRI Banda Aceh memang diketahui berkontribusi cukup besar, atas proses evakuasi pencarian korban pada musibah AirAsia QZ 8501.
Sedangkan kapal KRI Banjarmasin, lanjut Bayu, juga diperbantukan untuk proses pembebasan sandera oleh perompak Somalia. "Sehingga dua kapal yang kita bangun itu multi fungsi. Handal di segala medan," tuturnya.
Kemarin, PAL menunjukkan tajinya. Untuk pertama kalinya BUMN tersebut mendapatkan pesanan kapal dari Kementerian Pertahanan Filipina. Kapal berjenis strategic sealift vessel 1 merupakan pengembangan dari kapal LPD. Kapal ini memiliki panjang 123 meter, 2 meter lebih pendek dari kapal LPD.
40% Komponen Kapal Perang Made in Surabaya Masih Impor Produsen kapal asal Surabaya Jawa Timur PT PAL sedang memenuhi pesanan 2 unit kapal perang dari Kementerian Pertahanan Filipina. Kapal perang yang diproduksi ini, 40% komponennya masih diimpor, namun dikerjakan oleh para ahli lokal.
Kepala Humas PT PAL, Bayu Witjaksono menuturkan, beberapa komponen yang masih diimpor adalah komponen seperti mesin kapal perang, karena belum ada industri di dalam negeri yang mampu memproduksinya.
"Misalnya mesin kapal itu Indonesia belum bisa membuat, raw material seperti plat (baja) ada yang dari China, tergantung materialnya," tutur Bayu kepada detikFinance, Jumat (23/1/2015).
Kapal perang yang dipesan Filipina adalah kapal perang berjenis strategic sealift vessel-1 (SSV) sepanjang 123 meter dan berkapasitas 621 penumpang. Komponen yang masih diimpor untuk kebutuhan produksi kapal tersebut diperkirakan mencapai 40%.
"Sekitar 40%-50% yang diimpor. Karena kan kalau kapal itu menggunakan marine used, sehingga mareka mensyaratkan material yang menempel di kapal itu, harus menggunakan itu. Indonesia belum sepenuhnya (bisa memproduksi)," tambah dia.
Meski begitu, Indonesia perlu berbangga, karena pesanan dari Filipina telah mengukir sejarah, karena pertama kalinya kapal perang buatan Indonesia bisa diekspor. Selain itu, PT PAL pada tender pesanan kapal perang itu pun mengalahkan 8 negara lain, termasuk Korea Selatan yang merupakan 'guru' dari PT PAL dalam hal produksi kapal selam.
"Dikerjakan oleh ahli dari PT PAL sendiri," tutupnya.Punya Tempat Parkir Tank dan Helikopter BUMN produsen kapal, PT PAL (Persero) memenangkan tender pengadaan kapal perang dari pemerintah Filipina US$ 90 juta atau sekitar Rp 1 triliun lebih. Filipina tertarik dengan kapal perang buatan Surabaya berjenis strategic sealift vessel-1 (SSV). Apa keunggulannya?
Dalam proses tender, PAL bersaing dengan 8 negara lain, termasuk Korea Selatan, yang notabene merupakan 'guru' PAL dalam membuat kapal perang Landing Platform Dock (LPD).
Nah, kapal perang SSV adalah kapal hasil pengembangan dari kapal LPD yang telah dimodifikasi. "Kita mengadopsi desainnya, dan kita tujukan ke Filipina, kita mengakomodir kepentingan Filipina," tutur Kepala Humas PAL Bayu Witjaksono, saat dihubungi detikFinance, Jumat (23/1/2015).
Kapal perang SSV memiliki panjang 123 meter, lebih pendek dibanding kapal LPD yang mencapai 125 meter. Meski begitu, kapasitas penumpang SSV jauh lebih banyak dari kapal LPD.
"Daya angkut pasukan 500 dan 123 crew, jadi total 621 orang. Kalau yang LPD itu cuma 560 orang," tambahnya.
Kapal yang dipesan Filipina sebanyak 2 unit ini dilengkapi dengan mobile hospital, di mana bisa mengakomodir evakuasi korban musibah atau perang secara langsung dan segera. Selain itu, di kapal ini terdapat tempat parkir untuk tank, truk mobil perang, hingga helikopter.
"Juga dilengkapi senjata, tapi kami belum bisa sebutkan (jenisnya)," tuturnya.
Karena digunakan untuk keperluan pertahanan atau perang, kapal ini juga didesain kuat dalam segala medan.(zul/dnl)
PAL memenangkan tender bersaing dengan 8 negara lain untuk memproduksi kapal perang. BUMN itu bakal memproduksi strategic sealift vessel-1 (SSV). Kementerian Pertahanan Filipina memesan dua unit kapal jenis ini pada PAL.
"Kita ikut tender internasional dan kita menang. Artinya apa yang kita tawarkan dalam tender itu bisa diterima," tutur Direktur Utama PAL, Firmansyah saat dihubungi detikFinance, Jumat (23/1/2014).
Kamis kemarin, telah dilakukan seremoni first steel cutting di markas PAL, Surabaya menandakan BUMN tersebut memulai produksi kapal perang berukuran 123 meter dengan lebar 21,8 meter itu. Kapal ini dibuat PAL pada pabriknya di Surabaya.
"Selesai 24 bulan untuk dua unit," ujar Kepala Humas PAL Bayu Witjaksono.
Selain Filipina, Bayu Witjaksono menyebut, Myanmar tengah melakukan komunikasi intensif untuk memesan kapal dari PAL.
"Potensi itu Myanmar, kita sedang mengundang, mengkomunikasikan tindak lanjut dengan Myanmar atas pesanan beberapa kapal termasuk kapal patroli. Itu dijembatani oleh Kemenhan. Kapal patroli dan kapal itu juga. Kemudian ada beberapa negara Afrika, tapi masih potensi saja. Kalau yang Myanmar sudah ada komunikasi," tuturnya.
Nilai kontrak yang telah disetujui dalam pesanan 2 kapal jenis SSV ini adalah US$ 90 juta atau sekitar Rp 1 triliun lebih.Catat Sejarah, Indonesia Pertama Kalinya Ekspor Kapal Perang Industri kapal di Indonesia mulai menggeliat menunjukkan tajinya. Untuk pertama kalinya, Indonesia bisa mengekspor kapal perang. Ini menunjukkan, produsen kapal Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata.
Adalah PT PAL (Persero), BUMN yang baru mengukir sejarah untuk pertama kalinya mendapatkan pesanan kapal perang dari negara lain. Kementerian Pertahanan Filipina telah memesan 2 unit kapal jenis strategic sealift vessel-1 (SSV).
"Untuk kapal perang, ini memang kapal perang pertama di Indonesia yang diekspor. Itu adalah produksi PT PAL," ujar Kepala Humas PAL, Bayu Witjakcono kepada detikFinance, Jumat (23/1/2015).
PAL adalah BUMN pembuat kapal yang bermarkas di Surabaya. Selain kapal perang, PAL juga memproduksi berbagai jenis kapal lain seperti kapal patroli dan kapal niaga.
"Kalau kapal niaga itu sudah banyak diekspor. Kalau kapal perang baru pertama ini," ujar Bayu.
Selain Filipina, ada beberapa potensi pasar dari negara lain yang tengah 'menunggu' kapal buatan pabrik PAL di Surabaya ini. Myanmar misalnya, tengah melakukan penjajakan intensif untuk memesan beberapa kapal, termasuk kapal patroli untuk kebutuhan pertahanan negara tersebut.
"Ada juga beberapa negara Afrika. Tapi masih potensi saja," tutupnya.
Kapal yang dipesan Filipina adalah kapal jenis SSV dengan panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter. Nilai kontrak dari pemesanan 2 unit kapal ini mencapai US$ 90 juta atau Rp 1 triliun lebih.
Kapal ini adalah pengembangan atas desain dan teknologi dari kapal jenis LPD (Landing Platform Dock), yang telah diserahkan oleh PAL kepada TNI AL pada 2011 lalu. Dua unit LPD yang telah beroperasi itu adalah KRI Banda Aceh yang membantu evakuasi korban pesawat AirAsia QZ 8501 juga KRI Banjarmasin yang membantu misi pembebasan pembajakan perompak di Somalia.Lawan Perompak Somalia Hingga Evakuasi Korban AirAsia Kapal perang buatan Indonesia yang diproduksi BUMN, yaitu PT PAL (Persero), tak bisa dipandang sebelah mata. Kapal perang yang diproduksi di Surabaya ini pernah digunakan membebaskan sandera dari perompak Somalia, juga evakuasi korban kecelakaan pesawat AirAsia Q7 8501.
Kapal tersebut adalah kapal berjenis Landing Platform Dock (LPD) dengan panjang 125 meter berkapasitas 560 penumpang. Dua kapal tersebut kini beroperasi dengan nama KRI Banda Aceh dan KRI Banjarmasin.
"KRI Banda Aceh sampai saat ini digunakan untuk evakuasi AirAsia, masih aktif masih berjalan," kata Kepala Humas PT PAL, Bayu Witjaksono saat dihubungi detikFinance, Jumat (23/1/2015).
KRI Banda Aceh memang diketahui berkontribusi cukup besar, atas proses evakuasi pencarian korban pada musibah AirAsia QZ 8501.
Sedangkan kapal KRI Banjarmasin, lanjut Bayu, juga diperbantukan untuk proses pembebasan sandera oleh perompak Somalia. "Sehingga dua kapal yang kita bangun itu multi fungsi. Handal di segala medan," tuturnya.
Kemarin, PAL menunjukkan tajinya. Untuk pertama kalinya BUMN tersebut mendapatkan pesanan kapal dari Kementerian Pertahanan Filipina. Kapal berjenis strategic sealift vessel 1 merupakan pengembangan dari kapal LPD. Kapal ini memiliki panjang 123 meter, 2 meter lebih pendek dari kapal LPD.
40% Komponen Kapal Perang Made in Surabaya Masih Impor Produsen kapal asal Surabaya Jawa Timur PT PAL sedang memenuhi pesanan 2 unit kapal perang dari Kementerian Pertahanan Filipina. Kapal perang yang diproduksi ini, 40% komponennya masih diimpor, namun dikerjakan oleh para ahli lokal.
Kepala Humas PT PAL, Bayu Witjaksono menuturkan, beberapa komponen yang masih diimpor adalah komponen seperti mesin kapal perang, karena belum ada industri di dalam negeri yang mampu memproduksinya.
"Misalnya mesin kapal itu Indonesia belum bisa membuat, raw material seperti plat (baja) ada yang dari China, tergantung materialnya," tutur Bayu kepada detikFinance, Jumat (23/1/2015).
Kapal perang yang dipesan Filipina adalah kapal perang berjenis strategic sealift vessel-1 (SSV) sepanjang 123 meter dan berkapasitas 621 penumpang. Komponen yang masih diimpor untuk kebutuhan produksi kapal tersebut diperkirakan mencapai 40%.
"Sekitar 40%-50% yang diimpor. Karena kan kalau kapal itu menggunakan marine used, sehingga mareka mensyaratkan material yang menempel di kapal itu, harus menggunakan itu. Indonesia belum sepenuhnya (bisa memproduksi)," tambah dia.
Meski begitu, Indonesia perlu berbangga, karena pesanan dari Filipina telah mengukir sejarah, karena pertama kalinya kapal perang buatan Indonesia bisa diekspor. Selain itu, PT PAL pada tender pesanan kapal perang itu pun mengalahkan 8 negara lain, termasuk Korea Selatan yang merupakan 'guru' dari PT PAL dalam hal produksi kapal selam.
"Dikerjakan oleh ahli dari PT PAL sendiri," tutupnya.Punya Tempat Parkir Tank dan Helikopter BUMN produsen kapal, PT PAL (Persero) memenangkan tender pengadaan kapal perang dari pemerintah Filipina US$ 90 juta atau sekitar Rp 1 triliun lebih. Filipina tertarik dengan kapal perang buatan Surabaya berjenis strategic sealift vessel-1 (SSV). Apa keunggulannya?
Dalam proses tender, PAL bersaing dengan 8 negara lain, termasuk Korea Selatan, yang notabene merupakan 'guru' PAL dalam membuat kapal perang Landing Platform Dock (LPD).
Nah, kapal perang SSV adalah kapal hasil pengembangan dari kapal LPD yang telah dimodifikasi. "Kita mengadopsi desainnya, dan kita tujukan ke Filipina, kita mengakomodir kepentingan Filipina," tutur Kepala Humas PAL Bayu Witjaksono, saat dihubungi detikFinance, Jumat (23/1/2015).
Kapal perang SSV memiliki panjang 123 meter, lebih pendek dibanding kapal LPD yang mencapai 125 meter. Meski begitu, kapasitas penumpang SSV jauh lebih banyak dari kapal LPD.
"Daya angkut pasukan 500 dan 123 crew, jadi total 621 orang. Kalau yang LPD itu cuma 560 orang," tambahnya.
Kapal yang dipesan Filipina sebanyak 2 unit ini dilengkapi dengan mobile hospital, di mana bisa mengakomodir evakuasi korban musibah atau perang secara langsung dan segera. Selain itu, di kapal ini terdapat tempat parkir untuk tank, truk mobil perang, hingga helikopter.
"Juga dilengkapi senjata, tapi kami belum bisa sebutkan (jenisnya)," tuturnya.
Karena digunakan untuk keperluan pertahanan atau perang, kapal ini juga didesain kuat dalam segala medan.(zul/dnl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.