Disokong Rusia, Pasukan Suriah Lancarkan Serangan 10 FrontPasukan Suriah (George Ourfalian/REUTERS) ☆
Semenjak disokong serangan udara Rusia, pergerakan pasukan Suriah terhadap berbagai peperangan kontra ISIS, berubah dari defensif ke ofensif. Kini, pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad itu bakal melancarkan serangan di 10 front sekaligus!
Saat ini, pasukan Suriah – berkat bantuan sejumlah gempuran udara Rusia, sudah menguasai 15 front dan 10 di antaranya, akan jadi basis ofensif ke posisi-posisi ISIS.
Semenjak Negeri Beruang Merah ikut menyokong pasukan Suriah bersama Milisi Lebanon – Hezbollah dan Iran, sudah lebih dari 6.000 misi serangan udara yang ditargetkan ke basis-basis ISIS yang bercokol di Suriah.
“Saat ini inisiatif strategis di hampir semua tujuan serangan, berada di tangan pasukan pemerintah (Suriah). Mereka aktif bergerak dan cepat atau lambat, perlawanan Daesh (sebutan lain ISIS) akan dipatahkan,” seru Kepala Staf Militer Rusia, Jenderal Valery Gerasimov.
“Saat ini, dari 15 front yang ada di Suriah, gerakan ofensif akan dilancarkan di 10 front. Pasukan Suriah secara umum sudah berubah beberapa bulan terakhir. Gairah kepercayaan diri mereka untuk menyerang sudah muncul,” tambahnya, dinukil Farsnews, Sabtu (23/1/2016).
Kepercayaan diri Gerasimov bahwa perlawanan ISIS akan segera hancur, didukung pernyataan di mana para militan ISIS mulai banyak yang desersi.
Belum lagi, para militan yang tersisa juga sudah mulai keluar wilayah Suriah. Kendati begitu, mereka masih akan jadi masalah jika tak diberantas habis.
“Militan Daesh bukan kelompok biasa berisi orang-orang berjenggot dengan pakaian sipil yang tak terorganisir. Ini opini yang salah. Faktanya mereka terorganisir. Mereka menerima pelatihan. Sejumlah mantan perwira Irak ada di antara para militan, mereka sangat terlatih,” tandas Gerasimov. Zeni Rusia Bikin Panik, Erdogan Ngadu ke ASPresiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Reuters) ☆
Seperti halnya ketika Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengadu pada NATO pasca-Sukhoi Su-24 Rusia yang ditembak jatuh, kini Erdogan kembali mengeluhkan aktivitas militer Rusia kepada Amerika Serikat (AS).
Tensi antara Ankara dan Moskva belum juga reda, setelah insiden Sukhoi pada akhir November 2015 silam. Psywar saling terlontar dan terakhir, Erdogan dibikin panik soal laporan adanya sejumlah anggota zeni Rusia dekat perbatasan Turki-Suriah.
Tak dipaparkan lebih lanjut oleh Erdogan, soal aktivitas militer seperti apa yang dilakukan para personel zeni Rusia itu, di wilayah antara perbatasan dan Pangkalan Udara Hmeimim.
Pangkalan Udara Hmeimim selama ini digunakan jet-jet tempur Rusia, untuk ‘mangkal’ setelah melancarkan operasi serangan udara terhadap ISIS. Terkait hal ini, Erdogan akan membahasnya dengan Wakil Presiden AS, Joe Biden.
“Kami sudah mengatakan ini sejak awal: kami tidak akan memberi toleransi terhadap formasi (zeni Rusia di utara Suriah) yang ada di area perbatasan Irak hingga Mediterranean itu,” cetus Erdogan, disitat Sputnik, Sabtu (23/1/2016).
“Kami menaruh perhatian dan sensitivitas terhadap isu ini. Saya bisa katakan bahwa Turki mengamati dengan cermat setiap pergerakan militer di area perbatasan kami dan terutama perbatasan dengan Suriah,” lanjutnya.
Sedianya sejak bulan lalu, Rusia sudah mengambil langkah tegas soal sikap Turki yang tak juga minta maaf terkait insiden Sukhoi. Presiden Rusia, Vladimir Putin, sampai-sampai mengerahkan sistem pertahanan udara S-400 ke Pangkalan Hmeimim.
“Mereka (Turki) kira kami akan melarikan diri (pasca-Sukhoi ditembak jatuh). Kami bukan negara seperti itu. Kami justru meningkatkan eksistensi kami di Suriah.,” ungkap Putin, Desember silam.
“Kami menambah jet tempur dan sekarang kami menempatkan sistem pertahanan udara S-400. Jika sebelumnya Turki ‘langganan’ melanggar kedaulatan udara Suriah, kita lihat saja apakah sekarang mereka berani,” seru Putin. (raw)AS-Rusia Takkan Berani Gempur Markas ISIS IniBendungan Taqba di perbatasan Irak dan Suriah. (Alibaba) ☆
PARA petinggi ISIS memiliki tempat persembunyian yang tidak akan bisa digempur oleh pasukan koalisi anti teror manapun, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Markas teraman itu, yakni di bawah bendungan Tabqa.
Para ahli mengatakan air bah akan menenggelamkan Suriah dan Irak apabila bendungan Tabqa, yang dibangun sepanjang 4,5 kilometer dengan tinggi 182 meter, dihancurkan.
Kondisi inilah yang dimanfaatkan para komandan perang ISIS untuk berlindung. Mereka tahu bahwa pasukan Inggris (RAF), AS dan jet tempur Rusia sekalipun tidak akan mengebom wilayah tersebut karena takut menjadi penyebab banjir bandang di dua negara Timur Tengah sekaligus.
"Jika bendungan tersebut pecah, itu akan membanjiri sebagian besar Irak dan otomatis memutus pasokan listrik untuk semua kawasan di Suriah timur. Itu merupakan bencana ekologis untuk Irak dan bencana kemanusiaan untuk Suriah," terang pakar bendungan, Ariel Ahram, seorang profesor di Universitas Virginia Tech di AS, seperti disitat dari Mirror, Sabtu (23/1/2016).
Bendungan Taqba berlokasi 40 kilometer di sebelah barat Raqqa, markas utama ISIS di Suriah dan berada di bawah kendali kelompok militan tersebut sejak 2013.
Waduk raksasa yang dibangun dengan bantuan Rusia pada 1970-an itu sanggup mengendalikan aliran Sungai Efrat ke tenggara Suriah dan Irak utara.
Sedikitnya 11 bendungan besar mengontrol aliran Sungai Efrat di Turki, Suriah dan Irak. Sebagian besar berfungsi untuk pengairan atau irigasi dan menghasilkan pembangkit energi untuk ketiga negara yang bertetangga dekat itu.
Selain digunakan sebagai tempat persembunyian, banyak tahanan penting juga dikurung di sana. Terutama mereka yang ingin disembunyikan dari AS dan pemerintah lainnya. Sebab kawasan itu dijaga ketat oleh anggota ISIS yang berasal dari keturunan asing, pos-pos pemeriksaan didirikan di sepanjang lokasi, sehingga menyulitkan intelijen luar untuk menyusup ke dalamnya.
Pesawat tempur AS dikabarkan pernah mencoba turun ke sana, ketika membantu Irak merebut kembali Mosul. Akan tetapi, hanya angkatan darat yang dikirim ke lokasi guna meminimalisir kerusakan yang mungkin ditimbulkan jika menggunakan serangan udara. (Sil)
Semenjak disokong serangan udara Rusia, pergerakan pasukan Suriah terhadap berbagai peperangan kontra ISIS, berubah dari defensif ke ofensif. Kini, pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad itu bakal melancarkan serangan di 10 front sekaligus!
Saat ini, pasukan Suriah – berkat bantuan sejumlah gempuran udara Rusia, sudah menguasai 15 front dan 10 di antaranya, akan jadi basis ofensif ke posisi-posisi ISIS.
Semenjak Negeri Beruang Merah ikut menyokong pasukan Suriah bersama Milisi Lebanon – Hezbollah dan Iran, sudah lebih dari 6.000 misi serangan udara yang ditargetkan ke basis-basis ISIS yang bercokol di Suriah.
“Saat ini inisiatif strategis di hampir semua tujuan serangan, berada di tangan pasukan pemerintah (Suriah). Mereka aktif bergerak dan cepat atau lambat, perlawanan Daesh (sebutan lain ISIS) akan dipatahkan,” seru Kepala Staf Militer Rusia, Jenderal Valery Gerasimov.
“Saat ini, dari 15 front yang ada di Suriah, gerakan ofensif akan dilancarkan di 10 front. Pasukan Suriah secara umum sudah berubah beberapa bulan terakhir. Gairah kepercayaan diri mereka untuk menyerang sudah muncul,” tambahnya, dinukil Farsnews, Sabtu (23/1/2016).
Kepercayaan diri Gerasimov bahwa perlawanan ISIS akan segera hancur, didukung pernyataan di mana para militan ISIS mulai banyak yang desersi.
Belum lagi, para militan yang tersisa juga sudah mulai keluar wilayah Suriah. Kendati begitu, mereka masih akan jadi masalah jika tak diberantas habis.
“Militan Daesh bukan kelompok biasa berisi orang-orang berjenggot dengan pakaian sipil yang tak terorganisir. Ini opini yang salah. Faktanya mereka terorganisir. Mereka menerima pelatihan. Sejumlah mantan perwira Irak ada di antara para militan, mereka sangat terlatih,” tandas Gerasimov. Zeni Rusia Bikin Panik, Erdogan Ngadu ke ASPresiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Reuters) ☆
Seperti halnya ketika Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengadu pada NATO pasca-Sukhoi Su-24 Rusia yang ditembak jatuh, kini Erdogan kembali mengeluhkan aktivitas militer Rusia kepada Amerika Serikat (AS).
Tensi antara Ankara dan Moskva belum juga reda, setelah insiden Sukhoi pada akhir November 2015 silam. Psywar saling terlontar dan terakhir, Erdogan dibikin panik soal laporan adanya sejumlah anggota zeni Rusia dekat perbatasan Turki-Suriah.
Tak dipaparkan lebih lanjut oleh Erdogan, soal aktivitas militer seperti apa yang dilakukan para personel zeni Rusia itu, di wilayah antara perbatasan dan Pangkalan Udara Hmeimim.
Pangkalan Udara Hmeimim selama ini digunakan jet-jet tempur Rusia, untuk ‘mangkal’ setelah melancarkan operasi serangan udara terhadap ISIS. Terkait hal ini, Erdogan akan membahasnya dengan Wakil Presiden AS, Joe Biden.
“Kami sudah mengatakan ini sejak awal: kami tidak akan memberi toleransi terhadap formasi (zeni Rusia di utara Suriah) yang ada di area perbatasan Irak hingga Mediterranean itu,” cetus Erdogan, disitat Sputnik, Sabtu (23/1/2016).
“Kami menaruh perhatian dan sensitivitas terhadap isu ini. Saya bisa katakan bahwa Turki mengamati dengan cermat setiap pergerakan militer di area perbatasan kami dan terutama perbatasan dengan Suriah,” lanjutnya.
Sedianya sejak bulan lalu, Rusia sudah mengambil langkah tegas soal sikap Turki yang tak juga minta maaf terkait insiden Sukhoi. Presiden Rusia, Vladimir Putin, sampai-sampai mengerahkan sistem pertahanan udara S-400 ke Pangkalan Hmeimim.
“Mereka (Turki) kira kami akan melarikan diri (pasca-Sukhoi ditembak jatuh). Kami bukan negara seperti itu. Kami justru meningkatkan eksistensi kami di Suriah.,” ungkap Putin, Desember silam.
“Kami menambah jet tempur dan sekarang kami menempatkan sistem pertahanan udara S-400. Jika sebelumnya Turki ‘langganan’ melanggar kedaulatan udara Suriah, kita lihat saja apakah sekarang mereka berani,” seru Putin. (raw)AS-Rusia Takkan Berani Gempur Markas ISIS IniBendungan Taqba di perbatasan Irak dan Suriah. (Alibaba) ☆
PARA petinggi ISIS memiliki tempat persembunyian yang tidak akan bisa digempur oleh pasukan koalisi anti teror manapun, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Markas teraman itu, yakni di bawah bendungan Tabqa.
Para ahli mengatakan air bah akan menenggelamkan Suriah dan Irak apabila bendungan Tabqa, yang dibangun sepanjang 4,5 kilometer dengan tinggi 182 meter, dihancurkan.
Kondisi inilah yang dimanfaatkan para komandan perang ISIS untuk berlindung. Mereka tahu bahwa pasukan Inggris (RAF), AS dan jet tempur Rusia sekalipun tidak akan mengebom wilayah tersebut karena takut menjadi penyebab banjir bandang di dua negara Timur Tengah sekaligus.
"Jika bendungan tersebut pecah, itu akan membanjiri sebagian besar Irak dan otomatis memutus pasokan listrik untuk semua kawasan di Suriah timur. Itu merupakan bencana ekologis untuk Irak dan bencana kemanusiaan untuk Suriah," terang pakar bendungan, Ariel Ahram, seorang profesor di Universitas Virginia Tech di AS, seperti disitat dari Mirror, Sabtu (23/1/2016).
Bendungan Taqba berlokasi 40 kilometer di sebelah barat Raqqa, markas utama ISIS di Suriah dan berada di bawah kendali kelompok militan tersebut sejak 2013.
Waduk raksasa yang dibangun dengan bantuan Rusia pada 1970-an itu sanggup mengendalikan aliran Sungai Efrat ke tenggara Suriah dan Irak utara.
Sedikitnya 11 bendungan besar mengontrol aliran Sungai Efrat di Turki, Suriah dan Irak. Sebagian besar berfungsi untuk pengairan atau irigasi dan menghasilkan pembangkit energi untuk ketiga negara yang bertetangga dekat itu.
Selain digunakan sebagai tempat persembunyian, banyak tahanan penting juga dikurung di sana. Terutama mereka yang ingin disembunyikan dari AS dan pemerintah lainnya. Sebab kawasan itu dijaga ketat oleh anggota ISIS yang berasal dari keturunan asing, pos-pos pemeriksaan didirikan di sepanjang lokasi, sehingga menyulitkan intelijen luar untuk menyusup ke dalamnya.
Pesawat tempur AS dikabarkan pernah mencoba turun ke sana, ketika membantu Irak merebut kembali Mosul. Akan tetapi, hanya angkatan darat yang dikirim ke lokasi guna meminimalisir kerusakan yang mungkin ditimbulkan jika menggunakan serangan udara. (Sil)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.