Casih Bt Waan (kanan), WNI asal Subang Jawa Barat, diselamatkan KBRI Damaskus dari wilayah konflik Deir Ezzor yang hingga kini masih dikepung ISIS. (KBRI Damaskus)
Seorang tenaga kerja wanita Indonesia berhasil diselamatkan dari wilayah konflik di Deir Ezzor, Suriah. Wilayah tersebut hingga kini masih dikepung kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Hingga Senin, ISIS masih menghujani Deir Ezzor dengan tembakan mortir, yang menewaskan sedikitnya enam warga sipil, sementara puluhan warga lainnya luka-luka.
Adapun Casih bt Waan, TKW asal Subang, Jawa Barat, berhasil diselamatkan Kedutaan Besar Republik Indonesia Damaskus dari rumah majikannya di Deir Ezzor. Permintaan bantuan disampaikan majikan Casih sejak akhir Desember lalu. “Majikan minta bantuan memulangkan Casih yang bekerja sejak 2011 dan telah selesai masa kontrak kerjanya,” kata Pelaksana Fungsi Konsuler sekaligus Penerangan dan Sosial-Budaya KBRI Damaskus A.M. Sidqi, 26 Januari 2016.
Namun perjalanan darat keluar dari Kota Deir Ezzor diputus dan dikepung para pemberontak. Setelah mempelajari berbagai alternatif evakuasi, pada 6 Desember 2015, KBRI Damaskus mengirim nota diplomatik kepada pemerintah Suriah agar membantu penjemputan TKI dari Deir Ezzor menggunakan fasilitas militer Suriah.
KBRI Damaskus juga melobi Kementerian Dalam Negeri untuk mendapatkan bantuan dari Kepala Kepolisian Suriah Wilayah Timur. Dua institusi itu diharapkan dapat bekerja sama dengan Komando Militer Deir Ezzor untuk mengevakuasi Casih menggunakan helikopter ke wilayah aman di Kota Hasakah.
Setelah diinapkan selama kurang-lebih satu minggu di sebuah hotel di Hasakah, TKI Casih bt Waan diterbangkan ke Damaskus menggunakan penerbangan swasta Suriah, Cham Wings Air. Casih kini berada di shelter KBRI Damaskus sejak 14 Januari 2016. “Setelah urusan administratif keimigrasiannya selesai, maka akan segera direpatriasi ke Indonesia,” ujar Sidqi.
Menurut Pelaksana Konsuler I KBRI Damaskus Makhya Suminar, perlindungan TKI di wilayah konflik dapat terlaksana berkat hubungan yang terjalin baik dan terus dibina antara KBRI Damaskus dan kementerian terkait di Suriah. “Pemerintah Suriah sangat menghargai posisi Indonesia yang tidak berpihak dalam konflik di Suriah dan tetap membuka misi diplomatiknya di Damaskus dengan dipimpin seorang duta besar."
Sejak perang saudara meletus di Suriah, Deir Ezzor merupakan salah satu wilayah paling parah sekaligus medan perang paling hebat antara Angkatan Bersenjata Suriah dan pemberontak Free Syrian Army (FSA), ISIS, serta faksi Al-Qaeda, Jabhat Al-Nusra. Pada Mei 2015, milisi ISIS menguasai Palmyra dan memotong jalur suplai yang masih tersisa untuk Deir Ezzor. Dengan demikian, otomatis kota ini dikepung ISIS. Sejak itu, kebutuhan penduduk hanya dapat dipasok melalui udara menggunakan helikopter.
Menurut kantor berita Ara, pada Senin, ISIS membidik rumah-rumah warga sipil. Pekan lalu, milisi ISIS juga menyerbu Ayash dan Begayliya, Deir Ezzor, serta menyembelih lebih dari 150 orang, termasuk tentara Suriah dan anggota keluarganya. "Puluhan wanita dan anak-anak disembelih secara brutal,” kata aktivis HAM yang tidak mau disebutkan namanya kepada Ara News. “ISIS menghukum keluarga tentara pro-rezim setelah mereka gagal merebut pangkalan militer Deir Ezzor.”
Seorang tenaga kerja wanita Indonesia berhasil diselamatkan dari wilayah konflik di Deir Ezzor, Suriah. Wilayah tersebut hingga kini masih dikepung kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Hingga Senin, ISIS masih menghujani Deir Ezzor dengan tembakan mortir, yang menewaskan sedikitnya enam warga sipil, sementara puluhan warga lainnya luka-luka.
Adapun Casih bt Waan, TKW asal Subang, Jawa Barat, berhasil diselamatkan Kedutaan Besar Republik Indonesia Damaskus dari rumah majikannya di Deir Ezzor. Permintaan bantuan disampaikan majikan Casih sejak akhir Desember lalu. “Majikan minta bantuan memulangkan Casih yang bekerja sejak 2011 dan telah selesai masa kontrak kerjanya,” kata Pelaksana Fungsi Konsuler sekaligus Penerangan dan Sosial-Budaya KBRI Damaskus A.M. Sidqi, 26 Januari 2016.
Namun perjalanan darat keluar dari Kota Deir Ezzor diputus dan dikepung para pemberontak. Setelah mempelajari berbagai alternatif evakuasi, pada 6 Desember 2015, KBRI Damaskus mengirim nota diplomatik kepada pemerintah Suriah agar membantu penjemputan TKI dari Deir Ezzor menggunakan fasilitas militer Suriah.
KBRI Damaskus juga melobi Kementerian Dalam Negeri untuk mendapatkan bantuan dari Kepala Kepolisian Suriah Wilayah Timur. Dua institusi itu diharapkan dapat bekerja sama dengan Komando Militer Deir Ezzor untuk mengevakuasi Casih menggunakan helikopter ke wilayah aman di Kota Hasakah.
Setelah diinapkan selama kurang-lebih satu minggu di sebuah hotel di Hasakah, TKI Casih bt Waan diterbangkan ke Damaskus menggunakan penerbangan swasta Suriah, Cham Wings Air. Casih kini berada di shelter KBRI Damaskus sejak 14 Januari 2016. “Setelah urusan administratif keimigrasiannya selesai, maka akan segera direpatriasi ke Indonesia,” ujar Sidqi.
Menurut Pelaksana Konsuler I KBRI Damaskus Makhya Suminar, perlindungan TKI di wilayah konflik dapat terlaksana berkat hubungan yang terjalin baik dan terus dibina antara KBRI Damaskus dan kementerian terkait di Suriah. “Pemerintah Suriah sangat menghargai posisi Indonesia yang tidak berpihak dalam konflik di Suriah dan tetap membuka misi diplomatiknya di Damaskus dengan dipimpin seorang duta besar."
Sejak perang saudara meletus di Suriah, Deir Ezzor merupakan salah satu wilayah paling parah sekaligus medan perang paling hebat antara Angkatan Bersenjata Suriah dan pemberontak Free Syrian Army (FSA), ISIS, serta faksi Al-Qaeda, Jabhat Al-Nusra. Pada Mei 2015, milisi ISIS menguasai Palmyra dan memotong jalur suplai yang masih tersisa untuk Deir Ezzor. Dengan demikian, otomatis kota ini dikepung ISIS. Sejak itu, kebutuhan penduduk hanya dapat dipasok melalui udara menggunakan helikopter.
Menurut kantor berita Ara, pada Senin, ISIS membidik rumah-rumah warga sipil. Pekan lalu, milisi ISIS juga menyerbu Ayash dan Begayliya, Deir Ezzor, serta menyembelih lebih dari 150 orang, termasuk tentara Suriah dan anggota keluarganya. "Puluhan wanita dan anak-anak disembelih secara brutal,” kata aktivis HAM yang tidak mau disebutkan namanya kepada Ara News. “ISIS menghukum keluarga tentara pro-rezim setelah mereka gagal merebut pangkalan militer Deir Ezzor.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.