Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, salah satu penyebab munculnya konflik, yang berujung pada tumbuh suburnya kelompok teror di kawasan Timur Tengah dan juga Teluk adalah kebijakan negara-negara Barat. Negara Barat, khususnya Amerika Serikat (AS) memaksakan penerapan sistem mereka, termasuk didalamnya demokrasi ke negara-negara di kawasan tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg di Forum Ekonomi Timur, Putin mengatakan pemaksaan sistem ini akhirnya menimbulkan resistensi dari sejumlah pihak di negara-negara itu. Penolakan itu berubah menjadi perlawanan, yang berujung pada konflik tiada akhir, yang kemudian melahirkan ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme.
"Saya selalu berpendapat bahwa Anda tidak dapat mengubah hal-hal dari luar, mengenai rezim politik, perubahan kekuasaan. Saya yakin dan peristiwa di satu dekade terakhir menambah kepastian ini, khususnya upaya demokratisasi di Irak, Libya dan kita lihat apa yang mereka sebabkan, kerusakan sistem negara dan munculnya terorisme," jelas Putin, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (4/9).
"Apakah Anda melihat unsur-unsur demokrasi di Libya? saya harap mungkin itu akan berkembang suatu hari di sana, atau perang sipil yang sedang berlangsung di Irak? Bagaimana kita melihat masa depan di Irak secara umum. Hal yang sama berlaku untuk Suriah. Setiap kali kita mendengar bahwa 'Assad harus pergi' (karena seseorang dari luar percaya begitu), saya tidak bisa tidak bertanya-tanya, apa yang akan terjadi? Bukankah lebih baik untuk menghangatkan diri dengan kesabaran dan mempromosikan perubahan struktural dalam masyarakat?" tanya Putin.
Putin, dalam wawancara itu juga menghadapi menghadapi tantangan dari para pemikir kebijakan luar negeri Barat yang mengaku mendukung teori intervensi luar untuk memfasilitasi peningkatan budaya demokrasi. Salah satunya adalah Open Society Foundations milik George Soros yang berinvestasi di media dan entitas oposisi di Rusia yang dilihat Moskow sebagai upaya terselubung untuk mengacaukan pemerintah.
"Sebuah kaskade yang sama menimpa rezim Viktor Yanukovych, pemimpin yang terpilih secara demokratis Ukraina, yang rezimnya digulingkan oleh kekuatan "kolom kelima" yang sama, dimana dari bocoran data George Soros menunjukkan bahwa miliarder kelahiran Hungaria menganjurkan untuk dan akhirnya mendanai penciptaan (kolom kelima)," sambungnya.
Berbicara tentang demokrasi dari kedalaman despotisme, Putin mengatakan bahwa hal ini tidak akan terjadi hari ini atau besok. "Tapi mungkin di situlah letak kebijaksanaan politik: memegang kuda dan tidak melompat ke depan, namun secara bertahap mengejar perubahan struktural, dalam hal ini, dalam sistem masyarakat," tukasnya. (esn)
Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg di Forum Ekonomi Timur, Putin mengatakan pemaksaan sistem ini akhirnya menimbulkan resistensi dari sejumlah pihak di negara-negara itu. Penolakan itu berubah menjadi perlawanan, yang berujung pada konflik tiada akhir, yang kemudian melahirkan ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme.
"Saya selalu berpendapat bahwa Anda tidak dapat mengubah hal-hal dari luar, mengenai rezim politik, perubahan kekuasaan. Saya yakin dan peristiwa di satu dekade terakhir menambah kepastian ini, khususnya upaya demokratisasi di Irak, Libya dan kita lihat apa yang mereka sebabkan, kerusakan sistem negara dan munculnya terorisme," jelas Putin, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (4/9).
"Apakah Anda melihat unsur-unsur demokrasi di Libya? saya harap mungkin itu akan berkembang suatu hari di sana, atau perang sipil yang sedang berlangsung di Irak? Bagaimana kita melihat masa depan di Irak secara umum. Hal yang sama berlaku untuk Suriah. Setiap kali kita mendengar bahwa 'Assad harus pergi' (karena seseorang dari luar percaya begitu), saya tidak bisa tidak bertanya-tanya, apa yang akan terjadi? Bukankah lebih baik untuk menghangatkan diri dengan kesabaran dan mempromosikan perubahan struktural dalam masyarakat?" tanya Putin.
Putin, dalam wawancara itu juga menghadapi menghadapi tantangan dari para pemikir kebijakan luar negeri Barat yang mengaku mendukung teori intervensi luar untuk memfasilitasi peningkatan budaya demokrasi. Salah satunya adalah Open Society Foundations milik George Soros yang berinvestasi di media dan entitas oposisi di Rusia yang dilihat Moskow sebagai upaya terselubung untuk mengacaukan pemerintah.
"Sebuah kaskade yang sama menimpa rezim Viktor Yanukovych, pemimpin yang terpilih secara demokratis Ukraina, yang rezimnya digulingkan oleh kekuatan "kolom kelima" yang sama, dimana dari bocoran data George Soros menunjukkan bahwa miliarder kelahiran Hungaria menganjurkan untuk dan akhirnya mendanai penciptaan (kolom kelima)," sambungnya.
Berbicara tentang demokrasi dari kedalaman despotisme, Putin mengatakan bahwa hal ini tidak akan terjadi hari ini atau besok. "Tapi mungkin di situlah letak kebijaksanaan politik: memegang kuda dan tidak melompat ke depan, namun secara bertahap mengejar perubahan struktural, dalam hal ini, dalam sistem masyarakat," tukasnya. (esn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.