Ilustrasi KFX/IFX ★
Proyek pesawat jet tempur teknologi generasi 4,5 antara Korea Selatan dan Indonesia rencananya akan dilanjutkan. Kejelasan itu didapatkan ketika Ketua Parlemen Korsel Chung Sye Kyun mengunjungi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Kamis (12/1).
“Dengan kedatangan para delegasi dari Korsel akan memulai lagi proses itu sehingga bisa diselesaikan,” ujar Anggota Komisi I DPR Dave Akbarshah Fikarno, Minggu (15/1).
Sebelumnya, penandatanganan kerja sama dua negara ini sudah dilakukan pada Juli 2010. Namun, secara sepihak Korsel menghentikan sementara di pertengahan 2015 lalu.
Dave mengatakan bahwa proyek bernama Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX) sempat dihentikan beberapa tahun lalu karena persoalan teknis. “Ada beberapa hal teknis yang musti diselesaikan, kemarin terhambat karena berbagai macam situasi,” sebutnya.
Karenanya, Dave bersama anggota komisi I DPR lainnya akan mendata kembali hal atau tahap apa saja yang sudah dikerjakan sebelum proyek dihentikan. “Kalau sudah ada yang terbangun baik blueprint atau apa, kita bisa mulai dari situ,” tutur anak Agung Laksono itu.
Hal ini pun katanya akan dibahas dalam rapat kerja bersama Kementerian Pertahanan (Kemenhan). “Minggu depan ada jadwal rapat dengan Kemhan dan itu akan dibahas,” tegasnya.
Sementara Dave berharap dengan adanya kesepahaman kembali, dia berharap agar kali ini proyek jet tempur itu benar-benar diselesaikan. “Saya harap bisa sesegera mungkin karena Korea lagi mengalami krisis politik,” pungkas anak buah Setya Novanto itu.
Sebagaimana diketahui, spesifikasi pesawat jet tempur KFX/IFX diproyeksi memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistim avionic lebih baik serta kemampuan anti radar (stealth) dibanding F-16.
Dalam kerja sama pengembangannya, pemerintah Korea menanggung 60 persen biaya pengembangan pesawat. Sisanya Korea Aerospace Industries (KAI) menanggung 20 persen dan kemudian pemerintah Indonesia berkontribusi 20 persen. Dari kontribusi ini, Indonesia akan mendapatkan 50 pesawat yang mempunyai kemampuan tempur melebih F-16, sementara 150 pesawat untuk Korea Selatan.
Konon, total biaya pengembangan selama 10 tahun untuk membuat prototype pesawat itu diperkirakan menghabiskan dana USD 6 miliar. Pemerintah Indonesia menyiapkan dana tak kurang USD 1,2 miliar.
Penandatanganan kerja sama dua negara ini sudah dilakukan 15 Juli 2010 dan diharapkan Indonesia kelak bisa mengembangkan pesawat tempur dari proses alih teknologi ini.
Proyek pesawat jet tempur teknologi generasi 4,5 antara Korea Selatan dan Indonesia rencananya akan dilanjutkan. Kejelasan itu didapatkan ketika Ketua Parlemen Korsel Chung Sye Kyun mengunjungi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Kamis (12/1).
“Dengan kedatangan para delegasi dari Korsel akan memulai lagi proses itu sehingga bisa diselesaikan,” ujar Anggota Komisi I DPR Dave Akbarshah Fikarno, Minggu (15/1).
Sebelumnya, penandatanganan kerja sama dua negara ini sudah dilakukan pada Juli 2010. Namun, secara sepihak Korsel menghentikan sementara di pertengahan 2015 lalu.
Dave mengatakan bahwa proyek bernama Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX) sempat dihentikan beberapa tahun lalu karena persoalan teknis. “Ada beberapa hal teknis yang musti diselesaikan, kemarin terhambat karena berbagai macam situasi,” sebutnya.
Karenanya, Dave bersama anggota komisi I DPR lainnya akan mendata kembali hal atau tahap apa saja yang sudah dikerjakan sebelum proyek dihentikan. “Kalau sudah ada yang terbangun baik blueprint atau apa, kita bisa mulai dari situ,” tutur anak Agung Laksono itu.
Hal ini pun katanya akan dibahas dalam rapat kerja bersama Kementerian Pertahanan (Kemenhan). “Minggu depan ada jadwal rapat dengan Kemhan dan itu akan dibahas,” tegasnya.
Sementara Dave berharap dengan adanya kesepahaman kembali, dia berharap agar kali ini proyek jet tempur itu benar-benar diselesaikan. “Saya harap bisa sesegera mungkin karena Korea lagi mengalami krisis politik,” pungkas anak buah Setya Novanto itu.
Sebagaimana diketahui, spesifikasi pesawat jet tempur KFX/IFX diproyeksi memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistim avionic lebih baik serta kemampuan anti radar (stealth) dibanding F-16.
Dalam kerja sama pengembangannya, pemerintah Korea menanggung 60 persen biaya pengembangan pesawat. Sisanya Korea Aerospace Industries (KAI) menanggung 20 persen dan kemudian pemerintah Indonesia berkontribusi 20 persen. Dari kontribusi ini, Indonesia akan mendapatkan 50 pesawat yang mempunyai kemampuan tempur melebih F-16, sementara 150 pesawat untuk Korea Selatan.
Konon, total biaya pengembangan selama 10 tahun untuk membuat prototype pesawat itu diperkirakan menghabiskan dana USD 6 miliar. Pemerintah Indonesia menyiapkan dana tak kurang USD 1,2 miliar.
Penandatanganan kerja sama dua negara ini sudah dilakukan 15 Juli 2010 dan diharapkan Indonesia kelak bisa mengembangkan pesawat tempur dari proses alih teknologi ini.
♞ Jawa Pos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.