➶ Pasukan keamanan Filipina ketika melakukan aksi ○
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, memerintahkan tentara pemerintahnya untuk mengebom semua ekstremis meskipun mereka sedang bersama sandera warga sipil.
"Jika ada penculik dan mereka mencoba kabur, bom semuanya. Mereka bilang itu 'sandera,' tapi maaf, itu harus dilakukan," ujar Duterte dalam sebuah pidato di hadapan para pebisnis di Davao City sebagaimana dikutip Asia One, Senin (16/1).
Duterte mengatakan, pemerintah harus mengambil sikap tegas untuk memberikan efek jera agar para kelompok ekstremis yang bercokol di selatan negaranya tak lagi melakukan penculikan demi mendapatkan tebusan.
"Kalian tidak akan mendapatkan keuntungan dari perbuatan salah. Saya benar-benar akan meledakkan kalian," ucap Duterte.
Ia pun memperingatkan para warga untuk berhati-hati dengan berkata, "Jadi, sungguh, jangan biarkan diri kalian diculik."
Perintah Duterte ini menimbulkan tanda tanya mengenai nasib sandera warga asing, termasuk dari Indonesia, yang masih disekap oleh kelompok militan di selatan Filipina.
Menanggapi pernyataan Duterte ini, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhamad Iqbal, mengatakan bahwa Indonesia sangat memahami keinginan besar Duterte untuk memberantas kriminal dan mendukung upaya tersebut.
"Masalah penyerangan terhadap militan di Filipina, kami percaya pemerintah Filipina punya kebijaksanaan sendiri, tapi satu hal, sejak awal kami sudah sepakat bahwa keselamatan sandera tetap jadi prioritas bersama," tutur Iqbal kepada CNNIndonesia.com.
Menurut Iqbal, hingga kini masih ada empat WNI yang menjadi sandera kelompok militan di Filipina.
"Sekarang dua orang di Sulu, dua orang lagi di Tawi-Tawi. Dari komunikasi terakhir dengan keluarga, mereka baik-baik saja. Kami terus mengupayakan penyelamatan," kata Iqbal.
Masalah penyanderaan ini menjadi perhatian khusus bagi Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Pasalnya, selama sekitar setahun belakangan, Kelompok militan Filipina kerap menyandera awak kapal yang sedang berlayar di perairan di antara ketiga negara.
Filipina, Malaysia, dan Indonesia pun sudah menyepakati patroli terkoordinasi di wilayah perairan di antara ketiga negara. (has)
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, memerintahkan tentara pemerintahnya untuk mengebom semua ekstremis meskipun mereka sedang bersama sandera warga sipil.
"Jika ada penculik dan mereka mencoba kabur, bom semuanya. Mereka bilang itu 'sandera,' tapi maaf, itu harus dilakukan," ujar Duterte dalam sebuah pidato di hadapan para pebisnis di Davao City sebagaimana dikutip Asia One, Senin (16/1).
Duterte mengatakan, pemerintah harus mengambil sikap tegas untuk memberikan efek jera agar para kelompok ekstremis yang bercokol di selatan negaranya tak lagi melakukan penculikan demi mendapatkan tebusan.
"Kalian tidak akan mendapatkan keuntungan dari perbuatan salah. Saya benar-benar akan meledakkan kalian," ucap Duterte.
Ia pun memperingatkan para warga untuk berhati-hati dengan berkata, "Jadi, sungguh, jangan biarkan diri kalian diculik."
Perintah Duterte ini menimbulkan tanda tanya mengenai nasib sandera warga asing, termasuk dari Indonesia, yang masih disekap oleh kelompok militan di selatan Filipina.
Menanggapi pernyataan Duterte ini, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhamad Iqbal, mengatakan bahwa Indonesia sangat memahami keinginan besar Duterte untuk memberantas kriminal dan mendukung upaya tersebut.
"Masalah penyerangan terhadap militan di Filipina, kami percaya pemerintah Filipina punya kebijaksanaan sendiri, tapi satu hal, sejak awal kami sudah sepakat bahwa keselamatan sandera tetap jadi prioritas bersama," tutur Iqbal kepada CNNIndonesia.com.
Menurut Iqbal, hingga kini masih ada empat WNI yang menjadi sandera kelompok militan di Filipina.
"Sekarang dua orang di Sulu, dua orang lagi di Tawi-Tawi. Dari komunikasi terakhir dengan keluarga, mereka baik-baik saja. Kami terus mengupayakan penyelamatan," kata Iqbal.
Masalah penyanderaan ini menjadi perhatian khusus bagi Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Pasalnya, selama sekitar setahun belakangan, Kelompok militan Filipina kerap menyandera awak kapal yang sedang berlayar di perairan di antara ketiga negara.
Filipina, Malaysia, dan Indonesia pun sudah menyepakati patroli terkoordinasi di wilayah perairan di antara ketiga negara. (has)
★ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.