Sebagian besar diplomat dan staf Kedutaan Myanmar dievakuasi.
Terorisme belum juga musnah dari Indonesia. Detasemen Khusus Anti Teror Mabes Polri, Kamis malam 3 Mei 2013, kembali menangkap dua terduga teroris. Tidak main-main, mereka berencana meledakkan bom di Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta, yang rencananya akan dilakukan setelah salat Jumat.
Dua orang yang ditangkap itu adalah Sefa Riano dan Achmad Taufiq alias Ovie. Mereka dibekuk sekitar pukul 21.30 WIB di Jalan Sudirman, tepat di pertigaan Bendungan Hilir, saat sedang mengendarai sepeda motor.
Sefa Riano alias Asep merupakan pria kelahiran Serang 8 Mei 1984, sementara Ovie kelahiran Cilacap 18 Juli 1991. Kedua orang ini sudah dicurigai dan diintai sebelumnya oleh Densus 88. Dari penangkapan mereka, didapati sebuah tas berisi baju, rangkaian kabel dan lima buah bom pipa siap ledak.
"Jadi ketika ditangkap, di dalam tas ditemukan bom pipa siap digunakan. Artinya, siap dimanfaatkan untuk kegiatan yang diduga aksi teror," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, dalam keterangan pers, Jumat.
Dari hasil pengembangan, tim Densus 88 bersenjata lengkap kemudian menggerebek sebuah rumah kontrakan di Jalan Bangka 2F RT 02 RW 13, Pela Mampang, Mampang Prapatan. Tempat itu diduga dijadikan gudang logistik dan amunisi kawanan ini.
Benar saja, dari tempat itu, polisi berhasil mengamankan sejumlah benda yang diduga kuat merupakan bahan peledak. Selain itu, dalam olah tempat kejadian perkara juga ditemukan buku rumus kimia serta buku-buku jihad sebanyak satu dus.
Boy menuturkan kedua orang itu diduga sebagai kelompok teroris baru. "Ini sepertinya jaringan baru. Bisa saja belajar dan berkawan dengan yang lama," katanya.
Sejauh ini, polisi belum menemukan kaitan mereka dengan jaringan teroris lama yang telah terungkap sebelumnya. Namun, Boy memastikan penangkapan kelompok baru ini adalah dari hasil penyelidikan terhadap pihak-pihak yang dicurigai terkait dengan kelompok-kelompok teroris.
"Orang-orang yang belum ditangkap selalu jadi perhatian, terus ditelusuri, supaya mereka tidak melakukan hal yang merugikan masyarakat. Ada suatu proses yang tidak putus dalam penyelidikan. Kami terus telusuri," kata Boy.
Jaringan Asep dan Ovie sedang disusuri polisi. Mereka sudah ditetapkan sebagai tersangka. Seorang wanita yang juga ditahan dalam penggerebekan di rumah kontrakan mereka hanya dijadikan sebagai saksi. "Yang perempuan belum ditetapkan sebagai tersangka. Penyidik masih mendalami keterangannya," Boy menerangkan.
Kedutaan Myanmar
Informasi bakal terjadi aksi teror yang ditujukan kepada mereka sudah diterima sebelumnya oleh pihak Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta. Mereka mendapat informasi dari intelijen Indonesia bahwa kantor mereka menjadi sasaran pengeboman.
Berdasarkan informasi itu, Duta Besar Myanmar untuk Indonesia, U Nyan Lyn, segera meminta pengamanan ekstra dari Polri. Kepolisian langsung menurunkan 50 personel untuk berjaga di depan gedung kedutaan yang berlokasi di Jalan K.H. Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat, sejak Kamis malam itu.
"Pak Dubes sudah menyerahkan pengamanan kedutaan kepada pihak polisi sejak kemarin," ujar Sekretaris Duta Besar Myanmar untuk Indonesia, Deddy R. Guritno, kepada VIVAnews, Jumat.
Deddy dan seluruh staf kedutaan mengaku cemas. "Untung saja polisi bertindak cepat dan berhasil mengamankan pelaku," katanya.
Deddy menduga ancaman bom itu terkait dengan konflik warga muslim Rohingya yang belakangan marak diberitakan. Meski isu itu sudah lama menjadi sorotan, namun menurut Deddy baru kali ini gedung kedutaan benar-benar mendapat ancaman bom.
Demo FPI
Berselang sehari setelah penangkapan Asep dan Ovie, demo besar-besaran berlangsung di depan kantor Kedutaan Besar Myanmar. Ratusan anggota Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Umat Islam (FUI) menuntut dihentikannya kekerasan dan pembantaian terhadap etnis muslim Rohingya di Myanmar.
Untuk mengamankan aksi itu, Polda Metro Jaya mengerahkan 1.654 personel.
Aksi unjuk rasa itu semakin membuat khawatir staf dan pegawai Kedutaan Myanmar. Sebagian besar dari mereka pun dievakuasi, untuk menghindari kemungkinan terburuk. Mereka diungsikan ke suatu tempat di wilayah Jakarta.
"Kami sudah memulangkan sebagian besar staf kedutaan. Jadi, yang tersisa di sini hanya sekitar tiga diplomat saja. Sedangkan Pak Dubes sedang tidak ada di kantor, karena menghadiri satu acara," kata Deddy kepada VIVAnews.
Namun demikian, Ketua FPI Habib Rizieq Shihab menyatakan aksi unjuk rasa kelompoknya tidak terkait dengan penangkapan dua terduga teroris yang berencana meledakkan Kedutaan Myanmar.
Menurut dia, unjuk rasa FPU dan FPI murni merupakan bentuk keprihatinan masyarakat Islam di Indonesia terhadap rangkaian kekerasan dan pembantaian warga muslim Rohingya di Myanmar. "Tidak ada kaitan demo ini dengan tindak teroris hari ini," kata Razieq, buru-buru mengklarifikasi.(kd)
● Vivanews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.