Dua aparat Brimob dan seorang anggota TNI menjadi beking dalam perbudakan buruh kuali di Kabupaten Tangerang. mereka dilaporkan ikut menjaga para buruh agar tidak kabur. Aparat yang harusnya melindungi rakyat ini kadang justru ikut memukuli para buruh yang diperlakukan bagai binatang.
Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, bila terbukti terlibat maka sanksi tegas bakal mengancam dua Brimob yang diduga ikut terlibat dalam kasus perbudakan buruh pabrik kuali di Tangerang, Banten.
"Sanksinya jika terbukti ada tiga ya. Sanksi disiplin, etika dan Pidana," kata Jenderal Timur Pradopo soal kelakukan miring anak buahnya.
Para anggota Brimob itu tak berkaca dari teladan Komisaris Jenderal Polisi Mohammad Jasin. Dialah jenderal yang dikenal sebagai Bapak Korps Brimob Polri.
Pada tahun 1945, di daerah Surabaya dan sekitarnya, nama Mayor Sabarudin sangat ditakuti. Dia menjabat Komandan Polisi Tentara Keamanan Rakyat (PTKR) Karesidenan Surabaya. Walau polisi militer, kelakuan Sabarudin jauh dari teladan seorang perwira militer.
Sabarudin berlaku sebagai penguasa. Dia memenggal seorang pemuda di alun-alun Surabaya karena kalah bersaing dalam urusan cinta. Enteng pula Sabarudin menembaki orang-orang yang dituduhnya mata-mata Belanda. Tak ada yang berani pada Sabarudin ketika itu. Polisi dan tentara juga takut pada Sabarudin.
Sabarudin juga gemar menculik tahanan wanita Belanda. Dia memilih yang cantik-cantik untuk dijadikan budak seks. Para wanita itu disekap di markas PTKR. Mereka dinikahi paksa oleh Sabarudin dan dipaksa melayani napsu seks si komandan bejat ini.
Puncaknya, Sabarudin bahkan berani menculik Jenderal Mayor Mohammad. Penyebabnya, Jenderal Muhammad menolak memberinya uang operasional. Memang sudah lama, Mohammad mencurigai Sabarudin yang gemar korupsi.
Maka markas besar angkatan perang merasa perlu mengambil tindakan tegas. Jenderal Soedirman sendiri yang memanggil Inspektur Polisi Jasin ke Yogyakarta. Jasin adalah Komandan P3 atau Pasukan Polisi Perjuangan, saat ini disebut Brigade Mobil atau Brimob. Soedirman memerintahkan Jasin melucuti pasukan Sabarudin dan menangkapnya.
"Pimpinan Divisi Tentara itu takut pada Mayor Sabarudin. Oleh karena itu saya memberikan tugas itu pada Saudara Jasin. Panglima besarlah yang bertanggung jawab," demikian jawaban Sudirman seperti ditulis dalam buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tahun 2010.
Maka Jasin pun mengumpulkan pasukannya di Surabaya. Ada dua setengah kompi, sekitar 200 orang anggota pasukan ditambah dua mobil lapis baja. Mereka segera bergerak menuju Mojokerto, tempat Sabarudin bersarang.
Pasukan Jasin bergerak cepat dan taktis. Mereka menyebar mengepung markas Sabarudin. Tanpa perlawanan Sabarudin menyerah. Jasin pun menahan dan melucuti mereka.
"Dalam penggerebekan itu ditemukan delapan wanita Eropa yang sedang hamil dan empat besek penuh perhiasan emas dan berlian. Wanita dan emas itu diduga dirampas dari kamp-kamp tahanan bangsa Eropa," kata Jasin.
Semua temuan itu tak ada yang dikorupsi Jasin. Dia menyerahkan semuanya pada dewan pertahanan Surabaya di Mojokerto.
Sabarudin akhirnya diadili dan diputus bersalah. Dia dihukum penjara. Tindakan Jasin menyelamatkan para wanita itu dari perbudakan seks sekaligus memulihkan keamanan di Surabaya dan sekitarnya.[ian]
● Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.