Polisi membongkar jaringan teroris Abu Rodan. 7 tewas, 13 ditangkap.
Lokasi penangkapan terduga teroris di Kampung Batu Rengat, Desa Cigondewah, Margaasih Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Polisi membongkar jaringan Abu Roban dan menangkap kelompok pelaku aksi terorisme itu. Jaringan itu terungkap dari hasil pengembangan penyelidikan dan penyidikan sejumlah kasus aksi teror oleh tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus) 88.
Densus 88, kata juru bicara Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis 9 Mei 2013, mendapat temuan baru setelah menelisik jejaring teroris dari kelompok Toriq, Kelompok Abu Omar, dan Kelompok Kodrat.
Sejumlah petunjuk mengarah ke target baru, yaitu Kelompok Abu Roban. "Data-data yang terungkap dari hasil penyelidikan dan penyidikan telah menghasilkan target baru," ujar Boy.
Muhammad Toriq ditangkap polisi pada 2012 lalu lantaran diduga melakukan perakitan bom dan ditemukan sejumlah benda persis bahan peledak di kediamannya di Jalan Teratai 7, RT 02 RW 04, Tambora, Jakarta Barat.
Abu Omar adalah penyelundup senjata api kepada jaringan teror di Indonesia yang telah ditangkap pada 2010 lalu, dan kini sedang menjalani hukuman. Sedangkan Kelompok Kodrat adalah pelaku perampokan terkait aksi terorisme yang telah diringkus oleh Densus 88 pada Maret 2013 lalu.
Menurut Boy, dengan temuan baru itu, Densus 88 pun melakukan serangkaian penangkapan jaringan kelompok Abu Roban.
Pada Rabu kemarin, 8 Mei 2013, Densus 88 menyergap rumah kontrakan tempat persembunyian tiga orang terduga teroris di Kampung Batu Rengat, Desa Cigondewah, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Ketiganya berhasil dilumpuhkan sekitar pukul 18.30 WIB setelah dikepung sejak siang hari.
Drama pengepungan itu sempat tegang setelah ketiganya memberikan perlawanan dengan melemparkan bom pipa, dan sebelumnya melepaskan tembakan. Polisi sudah meminta ketiganya menyerah, tapi para teroris itu bertahan. Akhirnya polisi melakukan penyerangan dengan memberondong peluru dari berbagai penjuru ke rumah kontrakan itu. Ketiga terduga teroris itu pun tewas.
Sebelum penggerebekan itu, polisi menangkap sejumlah orang dari kelompok ini. Pada Selasa 7 Mei 2013, polisi membekuk William Maksum alias Dadan di Soreang, Bandung dan menyita pistol rakitan dan amunisinya serta senjata tajam. Dari penangkapan ini diperoleh informasi mengenai anggota kelompoknya yang berada di Jakarta dan Bandung.
"Dari situ kami melakukan upaya penangkapan atas Budi alias Angga di Kampung Batu Rengat, di rumah kontrakan yang bersangkutan," kata Boy.
Pada hari sama dengan penggerebekan itu, Boy menambahkan, polisi juga menangkap 5 anggota kelompok itu di sekitar Jakarta dan Tangerang, antara lain di Serpong, Pamulang, dan Meruya.
Pada Rabu 8 Mei 2012 itu juga, sekitar pukul 15.30, polisi menangkap Abu Roban di Kampung Limbung Batu, Kendal, Jawa Tengah. "Abu Roban ini pimpinan kelompok mereka," kata Boy. Dari penangkapan Abu Roban bersama dua rekannya pada Rabu itu, polisi menyita senjata api jenis FN, revolver, 9 peluru, dan perlengkapan lain.
Pengejaran kelompok ini ternyata tak hanya berhenti di Bandung. Penggerebekan atas jejaring teroris itu berlanjut dengan digerebeknya rumah kontrakan di Dusun Kembaran, Desa Ungaran, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Menurut Boy, penyergapan di Kebumen ini berlangsung sejak pukul 8 malam Rabu 8 Mei 2013. Dan baru berakhir Kamis pagi, 9 Mei 2013, sekitar pukul 7.30 WIB. "Proses penangkapan memang agak alot," kata Boy. Sebab, petugas yang berusaha melumpuhkan mereka, ternyata mendapat balasan serangan senjata api dari empat orang di dalam rumah itu.
"Sempat terjadi kontak tembakan antara petugas kami dengan mereka yang ada di dalam," kata Boy. Namun akhirnya mereka juga berhasil dilumpuhkan oleh Densus 88, empat orang itu tewas. "Total yang kami tangkap adalah 20 orang, 13 diantaranya hidup, 7 meninggal," kata Boy.
Semua korban tewas dalam penggerebekan di Bandung maupun Kebumen itu dievakuasi ke RS Polri Kramat Jati untuk diidentifikasi lebih lanjut oleh tim DVI (Disaster Victim Investigation) Mabes Polri.
Boy menambahkan, kelompok Abu Roban ini terkait dengan buronan polisi lainnya bernama Santoso. Ia dianggap tokoh kunci, dan unsur gerakan aksi teror di Poso, Sulawesi Tengah.
Kepolisian terus berupaya mengungkap jaringan kejahatan ini dengan mengembangkan informasi seputar para figur dominan mereka. "Bukan tidak mungkin di kemudian hari akan didapat nama baru," kata Boy.
Para anggota teroris ini, Boy menambahkan, sudah sangat teroganisir dalam melakukan aksi. Dana mereka diperoleh dari hasil aksi perampokan. "Fai adalah upaya pengumpulan sejumlah uang dari setiap kejahatan yang dilakukan. Saat ini tercatat dalam data kami adalah perampokan," ujar Boy.
Beberapa perampokan yang tercatat, Boy melanjutkan, antara lain di BRI di Batang, Jawa Tengah, senilai Rp 790 juta, dan BRI Grobokan senilai Rp 630 juta, serta BRI Lampung senilai Rp 460 juta.
Bahkan dari hasil pemeriksaan para pelaku teroris sempat melakukan upaya pembakaran pasar Glodok. "Tetapi gagal, pada waktu itu berhasil digagalkan masyarakat sebelum api membesar," kata Boy.
Menurut Boy, penangkapan anggota kelompok di Kebumen pun sebenarnya bagian dari upaya menggagalkan rencana mereka melakukan perampokan. "Sebenarnya mereka ini juga sedang menargetkan aksi perampokan, atau fai untuk pengumpulan dana aksi teror. Mereka rencanakan di Kebumen, tapi berhasil digagalkan petugas kami," kata Boy.
Polisi mengimbau agar warga selalu mewaspadai gerakan kelompok aksi terorisme ini. Mereka senantiasa berupaya masuk ke tengah masyarakat, biasanya sebagai pendatang, dan melakukan perekrutan. "Waspada dengan upaya perekrutan sel-sel baru. Mereka cari uang dengan cara-cara kekerasan," kata Boy.
Lokasi penangkapan terduga teroris di Kampung Batu Rengat, Desa Cigondewah, Margaasih Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Polisi membongkar jaringan Abu Roban dan menangkap kelompok pelaku aksi terorisme itu. Jaringan itu terungkap dari hasil pengembangan penyelidikan dan penyidikan sejumlah kasus aksi teror oleh tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus) 88.
Densus 88, kata juru bicara Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis 9 Mei 2013, mendapat temuan baru setelah menelisik jejaring teroris dari kelompok Toriq, Kelompok Abu Omar, dan Kelompok Kodrat.
Sejumlah petunjuk mengarah ke target baru, yaitu Kelompok Abu Roban. "Data-data yang terungkap dari hasil penyelidikan dan penyidikan telah menghasilkan target baru," ujar Boy.
Muhammad Toriq ditangkap polisi pada 2012 lalu lantaran diduga melakukan perakitan bom dan ditemukan sejumlah benda persis bahan peledak di kediamannya di Jalan Teratai 7, RT 02 RW 04, Tambora, Jakarta Barat.
Abu Omar adalah penyelundup senjata api kepada jaringan teror di Indonesia yang telah ditangkap pada 2010 lalu, dan kini sedang menjalani hukuman. Sedangkan Kelompok Kodrat adalah pelaku perampokan terkait aksi terorisme yang telah diringkus oleh Densus 88 pada Maret 2013 lalu.
Menurut Boy, dengan temuan baru itu, Densus 88 pun melakukan serangkaian penangkapan jaringan kelompok Abu Roban.
Pada Rabu kemarin, 8 Mei 2013, Densus 88 menyergap rumah kontrakan tempat persembunyian tiga orang terduga teroris di Kampung Batu Rengat, Desa Cigondewah, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Ketiganya berhasil dilumpuhkan sekitar pukul 18.30 WIB setelah dikepung sejak siang hari.
Drama pengepungan itu sempat tegang setelah ketiganya memberikan perlawanan dengan melemparkan bom pipa, dan sebelumnya melepaskan tembakan. Polisi sudah meminta ketiganya menyerah, tapi para teroris itu bertahan. Akhirnya polisi melakukan penyerangan dengan memberondong peluru dari berbagai penjuru ke rumah kontrakan itu. Ketiga terduga teroris itu pun tewas.
Sebelum penggerebekan itu, polisi menangkap sejumlah orang dari kelompok ini. Pada Selasa 7 Mei 2013, polisi membekuk William Maksum alias Dadan di Soreang, Bandung dan menyita pistol rakitan dan amunisinya serta senjata tajam. Dari penangkapan ini diperoleh informasi mengenai anggota kelompoknya yang berada di Jakarta dan Bandung.
"Dari situ kami melakukan upaya penangkapan atas Budi alias Angga di Kampung Batu Rengat, di rumah kontrakan yang bersangkutan," kata Boy.
Pada hari sama dengan penggerebekan itu, Boy menambahkan, polisi juga menangkap 5 anggota kelompok itu di sekitar Jakarta dan Tangerang, antara lain di Serpong, Pamulang, dan Meruya.
Pada Rabu 8 Mei 2012 itu juga, sekitar pukul 15.30, polisi menangkap Abu Roban di Kampung Limbung Batu, Kendal, Jawa Tengah. "Abu Roban ini pimpinan kelompok mereka," kata Boy. Dari penangkapan Abu Roban bersama dua rekannya pada Rabu itu, polisi menyita senjata api jenis FN, revolver, 9 peluru, dan perlengkapan lain.
Pengejaran kelompok ini ternyata tak hanya berhenti di Bandung. Penggerebekan atas jejaring teroris itu berlanjut dengan digerebeknya rumah kontrakan di Dusun Kembaran, Desa Ungaran, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Menurut Boy, penyergapan di Kebumen ini berlangsung sejak pukul 8 malam Rabu 8 Mei 2013. Dan baru berakhir Kamis pagi, 9 Mei 2013, sekitar pukul 7.30 WIB. "Proses penangkapan memang agak alot," kata Boy. Sebab, petugas yang berusaha melumpuhkan mereka, ternyata mendapat balasan serangan senjata api dari empat orang di dalam rumah itu.
"Sempat terjadi kontak tembakan antara petugas kami dengan mereka yang ada di dalam," kata Boy. Namun akhirnya mereka juga berhasil dilumpuhkan oleh Densus 88, empat orang itu tewas. "Total yang kami tangkap adalah 20 orang, 13 diantaranya hidup, 7 meninggal," kata Boy.
Semua korban tewas dalam penggerebekan di Bandung maupun Kebumen itu dievakuasi ke RS Polri Kramat Jati untuk diidentifikasi lebih lanjut oleh tim DVI (Disaster Victim Investigation) Mabes Polri.
Boy menambahkan, kelompok Abu Roban ini terkait dengan buronan polisi lainnya bernama Santoso. Ia dianggap tokoh kunci, dan unsur gerakan aksi teror di Poso, Sulawesi Tengah.
Kepolisian terus berupaya mengungkap jaringan kejahatan ini dengan mengembangkan informasi seputar para figur dominan mereka. "Bukan tidak mungkin di kemudian hari akan didapat nama baru," kata Boy.
Para anggota teroris ini, Boy menambahkan, sudah sangat teroganisir dalam melakukan aksi. Dana mereka diperoleh dari hasil aksi perampokan. "Fai adalah upaya pengumpulan sejumlah uang dari setiap kejahatan yang dilakukan. Saat ini tercatat dalam data kami adalah perampokan," ujar Boy.
Beberapa perampokan yang tercatat, Boy melanjutkan, antara lain di BRI di Batang, Jawa Tengah, senilai Rp 790 juta, dan BRI Grobokan senilai Rp 630 juta, serta BRI Lampung senilai Rp 460 juta.
Bahkan dari hasil pemeriksaan para pelaku teroris sempat melakukan upaya pembakaran pasar Glodok. "Tetapi gagal, pada waktu itu berhasil digagalkan masyarakat sebelum api membesar," kata Boy.
Menurut Boy, penangkapan anggota kelompok di Kebumen pun sebenarnya bagian dari upaya menggagalkan rencana mereka melakukan perampokan. "Sebenarnya mereka ini juga sedang menargetkan aksi perampokan, atau fai untuk pengumpulan dana aksi teror. Mereka rencanakan di Kebumen, tapi berhasil digagalkan petugas kami," kata Boy.
Polisi mengimbau agar warga selalu mewaspadai gerakan kelompok aksi terorisme ini. Mereka senantiasa berupaya masuk ke tengah masyarakat, biasanya sebagai pendatang, dan melakukan perekrutan. "Waspada dengan upaya perekrutan sel-sel baru. Mereka cari uang dengan cara-cara kekerasan," kata Boy.
● Vivanews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.