Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono meninjau Operasi Amfibi
pada Latihan Gabungan (Latgab) TNI Tingkat Divisi tahun 2013, di pantai
Sekerat, Sangatta, Kalimantan Timur. Inilah salah satu latihan terbesar
yang digelar TNI.
Dari bibir pantai Sekerat, pendaratan Amfibi dilakukan oleh prajurit-prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Sementara itu jajaran Yonif Linud 501/Brajayudha melaksanakan Lintas Udara (Linud).
Sebelum Operasi Amfibi yang dilaksanakan pada hari H jam J yang ditandai dengan gelombang pertama mendarat dengan menembur pantai, terlebih dahulu dilaksanakan proses Bantuan Tembakan Kapal (BTK) untuk menghancurkan kedudukan musuh di pantai pendaratan yang dapat menggagalkan pelaksanaan Operasi Amfibi.
Sementara itu, 6 buah pesawat tempur TNI AU yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Udara (Kogasgabud) melancarkan serangan udara yang kerap diberi nama Operasi Lawan Udara Ofensif (OLUO) di wilayah udara Kalimantan. Serangan udara tersebut dilakukan dengan composite strike, antara lain oleh 2 buah pesawat tempur F-16 dan Sukhoi.
Gelombang-gelombang pendaratan mulai diluncurkan dari KRI-KRI pengangkut pasukan pendarat Amfibi. Dimulai dengan mendaratkan satu Kompi Tank Amfibi selanjutnya bergerak taktis menggempur kekuatan musuh di pantai. Gelombang 2 terdiri dari Kompi Kendaraan Pendarat Amfibi (Ranratfib) mengangkut pasukan untuk menyerang maju bersama Kompi Tank dengan Kerja Sama Infanteri Tank (KSIT) untuk menduduki sasaran-sasaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Gelombang 3 dari unsur Ranratfib mendarat untuk membantu pasukan yang lebih dulu mendarat dan menghancurkan kedudukan musuh yang masih berada di sekitar pantai.
Sementara itu di tempat terpisah, dari udara melintas sebanyak 6 pesawat Hercules yang mengangkut ratusan personil dari Yonif Linud 501/Brajayudha untuk melaksanakan Operasi Linud dibawah Satgas Linud Brigif l-17/Kujang 1 Divif 1 Kostrad.
Operasi Linud ini merupakan bentuk operasi gabungan antara TNI-AD dan TNI AU yang dilaksanakan dengan cara diterjunkan atau didaratkan ke daerah sasaran dalam rangka merebut dan menghancurkan sasaran yang bersifat taktis dan strategis.
Selanjutnya 3 unit Helikopter pengangkut prajurit-prajurit melaksanakan lintas Heli ke sasaran yang bertujuan untuk merebut dan menduduki sasaran yang dapat mempengaruhi dan menentukan dalam pelaksanaan perebutan tumpuan pantai pada operasi amfibi.
Latgab TNI besar-besaran ini berlangsung mulai tanggal 15 April sampai dengan 24 Mei 2013. 16.745 Prajurit TNI mengikuti latihan ini.(mdk/ian)
Dari bibir pantai Sekerat, pendaratan Amfibi dilakukan oleh prajurit-prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Sementara itu jajaran Yonif Linud 501/Brajayudha melaksanakan Lintas Udara (Linud).
Sebelum Operasi Amfibi yang dilaksanakan pada hari H jam J yang ditandai dengan gelombang pertama mendarat dengan menembur pantai, terlebih dahulu dilaksanakan proses Bantuan Tembakan Kapal (BTK) untuk menghancurkan kedudukan musuh di pantai pendaratan yang dapat menggagalkan pelaksanaan Operasi Amfibi.
Sementara itu, 6 buah pesawat tempur TNI AU yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Udara (Kogasgabud) melancarkan serangan udara yang kerap diberi nama Operasi Lawan Udara Ofensif (OLUO) di wilayah udara Kalimantan. Serangan udara tersebut dilakukan dengan composite strike, antara lain oleh 2 buah pesawat tempur F-16 dan Sukhoi.
Gelombang-gelombang pendaratan mulai diluncurkan dari KRI-KRI pengangkut pasukan pendarat Amfibi. Dimulai dengan mendaratkan satu Kompi Tank Amfibi selanjutnya bergerak taktis menggempur kekuatan musuh di pantai. Gelombang 2 terdiri dari Kompi Kendaraan Pendarat Amfibi (Ranratfib) mengangkut pasukan untuk menyerang maju bersama Kompi Tank dengan Kerja Sama Infanteri Tank (KSIT) untuk menduduki sasaran-sasaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Gelombang 3 dari unsur Ranratfib mendarat untuk membantu pasukan yang lebih dulu mendarat dan menghancurkan kedudukan musuh yang masih berada di sekitar pantai.
Sementara itu di tempat terpisah, dari udara melintas sebanyak 6 pesawat Hercules yang mengangkut ratusan personil dari Yonif Linud 501/Brajayudha untuk melaksanakan Operasi Linud dibawah Satgas Linud Brigif l-17/Kujang 1 Divif 1 Kostrad.
Operasi Linud ini merupakan bentuk operasi gabungan antara TNI-AD dan TNI AU yang dilaksanakan dengan cara diterjunkan atau didaratkan ke daerah sasaran dalam rangka merebut dan menghancurkan sasaran yang bersifat taktis dan strategis.
Selanjutnya 3 unit Helikopter pengangkut prajurit-prajurit melaksanakan lintas Heli ke sasaran yang bertujuan untuk merebut dan menduduki sasaran yang dapat mempengaruhi dan menentukan dalam pelaksanaan perebutan tumpuan pantai pada operasi amfibi.
Latgab TNI besar-besaran ini berlangsung mulai tanggal 15 April sampai dengan 24 Mei 2013. 16.745 Prajurit TNI mengikuti latihan ini.(mdk/ian)
● Merdeka
LatGab TNI dari dulu kok skenarionya sama saja ya. Katanya Sistem pertahanan nasional Indonesia adalah Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (Total Defense), dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki ALKI - Alur Laut Kepulauan Indonesia . Strategi pertahanan Indonesia adalah Strategi Pertahanan Berlapis (Layered Defense) :
BalasHapus1. Zona Pertahanan I : zona Penyangga. Berada di luar batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia hingga wilayah musuh.
2. Zona Pertahanan II: zona Pertahanan Utama. Zona ini meliputi wilayah antara garis pantai kepulauan Indonesia dan batas ZEE, termasuk ALKI.
3. Zona Pertahanan III: zona Perlawanan mencakup seluruh wilayah darat Indonesia namun diprioritaskan kepada pulau-pulau besar di Indonesia.
Zona Pertahanan I meliputi operasi militer bersifat seluruhnya ofensif preventive dan preemptive. Zona Pertahanan II meliputi operasi militer ofensif defensif, sedangkan Zona Pertahanan III adalah langkah terakhir pertahanan daratan. Bila musuh menyerang maka usaha pertama adalah menangkal serangan di luar batas ZEE sampai wilayah musuh. Bila ini gagal harus dilanjutkan dengan operasi militer di wilayah antara garis pantai kepulauan Indonesia dan batas ZEE, termasuk ALKI. Bila ini gagal lagi, maka tinggal perlawanan di wilayah darat diprioritaskan kepada pulau-pulau besar di Indonesia. Pada tahap ini kekuatan udara dan laut kita asumsi telah dihancurkan atau telah menjadi lemah, selanjutnya untuk menaklukkan kita musuh tidak perlu mendarat, dengan leluasa musuh dapat melakukan blokade total baik laut dan udara, sehingga tidak sampai 1 (satu) bulan kita terpaksa minta gencatan senjata, atau gencatan senjata terjadi karena intervensi pihak ketiga, dengan segala konsekwensinya. Kalau sudah begini, nasib NKRI akan serupa dengan negara Yugoslavia dulu.
LatGab TNI selama ini kayaknya hanya mengacu kepada skenario Zona Pertahanan III. Perlu diingat bila sudah sampai ke Zona Pertahanan III , asumsinya mestinya kekuatan TNI AU dan AL sudah habis atau sudah lemah sekali. Karena itu kita ingin melihat LatGab dengan skenario yang lebih realistis mengacu kepada Zona Pertahanan I dan II. Dengan kata lain ini adalah operasi gabungan pesawat tempur TNI AU bersama kapal perang TNI AL menyerang armada laut dan udara musuh (bukan serangan amphibi merebut daratan), kalau perlu preemptive ke pangkalan musuh. Kuncinya disini adalah penguasaan udara (air superiority) dan penguasaan laut (sea superiority) di teater operasi ALKI dan ZEE. Penguasaan udara antara lain counter air dan maritime strike, dan combat air patrol (CAP). Penguasaan laut antara lain sea denial melibatkan operasi kapal permukaan dan kapal selam. Tanpa penguasaan udara mustahil operasi akan berhasil.