Operasi pencarian dan penyelamatan imigran di laut lepas oleh TNI difokuskan ke perairan Indonesia, tepatnya di sebelah timur Aceh.(Reuters/Olivia Harris)
Pasukan TNI meluncurkan operasi pencarian dan penyelamatan para imigran yang masih terkatung-katung dalam perahu sempit di tengah laut. Tindakan ini merupakan upaya yang sejalan dengan komitmen Indonesia untuk menampung sekitar 7.000 "manusia perahu" yang masih berada di lautan lepas.
Kapuspen TNI, Fuad Basya menyatakan bahwa operasi pencarian dan penyelamatan para imigran dimulai sejak Sabtu (23/5) pagi. Sebelumnya, TNI dan Kementerian Luar Negeri RI sempat menyatakan tidak mencari para imigran di tengah laut, dan hanya menunggu imigran yang terdampar di Indonesia.
"Sebelumnya perintah untuk kami memang hanya menjaga perbatasan, membantu imigran yang kecelakaan, terapung-apung dan meminta tolong. Namun sejak Jumat malam ada perintah dari Wakil Presiden untuk melakukan pencarian," kata Fuad, ketika dihubungi CNN Indonesia, Ahad (24/5).
Operasi pencarian dan penyelamatan itu, lanjut Basya, difokuskan ke perairan Indonesia, tepatnya di sebelah timur Aceh. TNI mengerahkan dua kapal perang milik Angkatan Laut, dua pesawat pengintai dan dua kapal ponton.
Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada laporan penemuan perahu imigran dalam operasi ini.
Fuad melanjutkan operasi search and rescue akan terus dilakukan hingga ada arahan dan petunjuk berikutnya kepada TNI.
Sementara, imigran yang ditemukan dalam operasi ini akan rencananya ditampung bersama sekitar 1.700 migran Rohingya dan Bangladesh yang terdampar di beberapa kabupaten di Aceh pekan ini.
Operasi pencarian dan penyelamatan diluncurkan menyusul komitmen Indonesia dan Malaysia untuk menawarkan penampungan sementara kepada imigran Myanmar dan Bangladesh yang masih terkatung-katung di lautan lepas, yang diumumkan pada Rabu (20/5).
Meskipun demikan, kedua negara juga menegaskan tidak akan menampung lebih banyak lagi imigran.
PM Malaysia, Najib Razak telah memerintahkan Angkatan Laut Malaysia dan Badan Penegakan Maritim Malaysia (APMM) untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan para imigran yang masih terapung-apung di Samudera Hindia, sejak Kamis (21/5).
Sementara, Thailand menyatakan tidak akan menampung imigran dan hanya akan menyalurkan bantuan di laut. Meski begitu, Thailand tidak akan mendorong mereka ke luar perairan Thailand seperti sebelumnya.
Karena Indonesia belum meratifikasi Konvensi PBB tahun 1951 soal pengungsi, Kementerian Luar Negeri saat ini masih menunggu hasil verifikasi yang dilakukan badan pengungsian PBB, UNHCR, soal status imigran tersebut.
Jumlah keseluruhan imigran di Indonesia yang saat ini menunggu resettlement atau pemukiman kembali mencapai angka 12 ribu jiwa. (ama/ama)
Pasukan TNI meluncurkan operasi pencarian dan penyelamatan para imigran yang masih terkatung-katung dalam perahu sempit di tengah laut. Tindakan ini merupakan upaya yang sejalan dengan komitmen Indonesia untuk menampung sekitar 7.000 "manusia perahu" yang masih berada di lautan lepas.
Kapuspen TNI, Fuad Basya menyatakan bahwa operasi pencarian dan penyelamatan para imigran dimulai sejak Sabtu (23/5) pagi. Sebelumnya, TNI dan Kementerian Luar Negeri RI sempat menyatakan tidak mencari para imigran di tengah laut, dan hanya menunggu imigran yang terdampar di Indonesia.
"Sebelumnya perintah untuk kami memang hanya menjaga perbatasan, membantu imigran yang kecelakaan, terapung-apung dan meminta tolong. Namun sejak Jumat malam ada perintah dari Wakil Presiden untuk melakukan pencarian," kata Fuad, ketika dihubungi CNN Indonesia, Ahad (24/5).
Operasi pencarian dan penyelamatan itu, lanjut Basya, difokuskan ke perairan Indonesia, tepatnya di sebelah timur Aceh. TNI mengerahkan dua kapal perang milik Angkatan Laut, dua pesawat pengintai dan dua kapal ponton.
Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada laporan penemuan perahu imigran dalam operasi ini.
Fuad melanjutkan operasi search and rescue akan terus dilakukan hingga ada arahan dan petunjuk berikutnya kepada TNI.
Sementara, imigran yang ditemukan dalam operasi ini akan rencananya ditampung bersama sekitar 1.700 migran Rohingya dan Bangladesh yang terdampar di beberapa kabupaten di Aceh pekan ini.
Operasi pencarian dan penyelamatan diluncurkan menyusul komitmen Indonesia dan Malaysia untuk menawarkan penampungan sementara kepada imigran Myanmar dan Bangladesh yang masih terkatung-katung di lautan lepas, yang diumumkan pada Rabu (20/5).
Meskipun demikan, kedua negara juga menegaskan tidak akan menampung lebih banyak lagi imigran.
PM Malaysia, Najib Razak telah memerintahkan Angkatan Laut Malaysia dan Badan Penegakan Maritim Malaysia (APMM) untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan para imigran yang masih terapung-apung di Samudera Hindia, sejak Kamis (21/5).
Sementara, Thailand menyatakan tidak akan menampung imigran dan hanya akan menyalurkan bantuan di laut. Meski begitu, Thailand tidak akan mendorong mereka ke luar perairan Thailand seperti sebelumnya.
Karena Indonesia belum meratifikasi Konvensi PBB tahun 1951 soal pengungsi, Kementerian Luar Negeri saat ini masih menunggu hasil verifikasi yang dilakukan badan pengungsian PBB, UNHCR, soal status imigran tersebut.
Jumlah keseluruhan imigran di Indonesia yang saat ini menunggu resettlement atau pemukiman kembali mencapai angka 12 ribu jiwa. (ama/ama)
♘ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.