150 Serdadu ISIS Kalahkan 6.000 Tentara Irak [BBC]★
Inilah fakta paling mengejutkan dari medan perang Ramadi -- ibu kota Propinsi Anbar. Sebanyak 150 serdadu ISIS membuat kocar-kacir 6.000 tentara dan polisi Irak yang mempertahankan kota.
Fakta terungkap dalam wawancara Christiane Amanpour, wartawan CNN, dengan Ali Khedery -- mantan penasehat untuk US Central Command.
"Apa yang terjadi di Ramadi adalah kemunduran besar bagi Irak dan koalisi," ujar Khedery. "Strategi tidak bekerja, dan tidak ada solusi militer untuk masalah ini."
Ramadi, menurut Khedery, dipertahankan sekitar 6.000 polisi dan tentara Irak. Dibanding kota-kota lain di Irak, Ramadi relatif memiliki pertahanan yang baik.
"Ini mungkin episode tergelap dalam perang di Irak. Ramadi jatuh ke tangan ISIS, yang menyerang dengan kekuatan 150 serdadu," ujar Khedery, yang diwawancarai CNN dari Erbil, wilayah otonomi Kurdistan di Irak.
Khedery bekerja di Kedubes AS di Irak selama perang penggulingan Saddam Hussein. Ia menyaksikan banyak pertempuran di Ramadi, kota yang pernah dikuasai Al Qaeda di Irak.Kejatuhan Ramadi Bukan Kekalahan AS Presiden Obama [Reuters] ★
Presiden AS Barrack Obama menggambarkan kejatuhan Ramadi, ibu kota Propinsi Anbar di Irak, sebagai kekalahan taktis. Namun, katanya, AS belum kalah.
"Saya tidak berpikir kita kalah," ujar Obama dalam wawancara dengan malajah The Atlantic yang dipublikasikan, Kamis (21/5), tidak lama setelah Ramadi jatuh.
"Tidak diragukan lagi ada kemunduran taktis, kendati Ramadi rentan untuk waktu sangat lama," lanjutnya.
Sejak Agustus 2014, atas perintah Obama, koalisi pimpinan AS melancarkan pemboman ke sekujur wilayah yang dikuasi ISIS. Sampai hari ini, AS diperkirakan telah membom 6.000 sasaran di Irak dan Suriah, dengan target melemahkan ISIS.
Semula, banyak petinggi militer AS yakin ISIS melemah, yang memungkinkan Irak dan milisi Muslim Sunni melakukan perlawanan darat. Yang terjadi justru sebaliknya.
AS, dan sejumlah negara Eropa, juga telah mengirim pasukan untuk melatih tentara Irak. Di Anbar, propinsi yang kini sepenuhnya jatuh ke tangan Irak, pasukan yang dilatih AS gagal total.
Meski demikian Obama tetap menolak gagasan mengirim pasukan tempur AS ke Irak. Ia tidak ingin AS terlibat lagi dalam perang brutal seperti saat menggulingkan Saddam Hussein.
Menjawab pertanyaan siapa yang harus dipersalahkan atas kejatuhan Ramadi, Obama mengatakan; "Kurangnya pelatihan dan penguatan pasukan Irak."
"Pasukan Irak telah ditempa dasar kemiliteran yang cukup," lanjutnya. "Namun ada indikasi sistem perintah dan kontrol tidak berjalan. Pelatihan yang diberikan juga tidak tepat, terutama untuk pasukan di wilayah Muslim Sunni."
Ramadi adalah jatung Muslim Sunni, dan sangat dekat dengan Baghhdad -- ibu kota Irak. Pengamat militer yakin sebanyak apa pun pemboman ke Ramadi dan jalur menuju Baghdad, tidak akan menghentikan ISIS menuju ibu kota Irak dan merebutnya.
Di sisi lain, Washington dan Baghdad sepakat tidak menggunakan Milisi Shiah untuk melawan ISIS, karena hanya akan memicu konflik sektarian di sekujur Irak.
Persoalan menjadi rumit ketika Washington dan Baghdad juga menolak memberi senjata kepada milisi suku-suku Muslim Sunni. Kejatuhan Ramadi dan Anbar lebih disebabkan oleh yang terakhir ini.
Ada alasan lain yang mendasari keputusan Baghdad tidak menyalurkan senjata kepada Muslim Sunni, yaitu dominasi Shiah di pemerintahan dan militer.Tentara Irak Ogah Bertempur [iraqinews] ★
Jenderal Martin Dempsey, kepala Staf Gabungan dan Panglima AD AS, mengatakan tentara Irak melarikan diri dari Ramadi tanpa diserang ISIS.
"Tidak ada serangan hebat dari ISIS, tapi komandan pasukan di Irak secara individu memilih menarik pasukan," ujar Dempsey dalam wawancara dengan CNN.
Dempsey mengatakan pemerintah Irak dan AS sedang menyelidiki apa yang terjadi beberapa jam sebelum Ramadi jatuh.
Kabar sebelumnya menyebutkan 6.000 tentara Irak meninggalkan Ramadi setelah terjadi serangan bom bunuh diri yang dilakukan 150 serdadu ISIS. Pakar militer AS menyebut kejatuhan Ramadi sebagai kemunduran hebat bagi Irak dan AS.
AS pantas malu, karena 6.000 serdadu yang mempertahankan Ramadi adalah hasil didikan serdadu Paman Sam selama beberapa bulan.
Presiden Barrack Obama mengatakan kejatuhan Ramadi bukan kekalahan AS atas ISIS. AS, katanya, tidak sedang menelan kekalahan.
Inilah fakta paling mengejutkan dari medan perang Ramadi -- ibu kota Propinsi Anbar. Sebanyak 150 serdadu ISIS membuat kocar-kacir 6.000 tentara dan polisi Irak yang mempertahankan kota.
Fakta terungkap dalam wawancara Christiane Amanpour, wartawan CNN, dengan Ali Khedery -- mantan penasehat untuk US Central Command.
"Apa yang terjadi di Ramadi adalah kemunduran besar bagi Irak dan koalisi," ujar Khedery. "Strategi tidak bekerja, dan tidak ada solusi militer untuk masalah ini."
Ramadi, menurut Khedery, dipertahankan sekitar 6.000 polisi dan tentara Irak. Dibanding kota-kota lain di Irak, Ramadi relatif memiliki pertahanan yang baik.
"Ini mungkin episode tergelap dalam perang di Irak. Ramadi jatuh ke tangan ISIS, yang menyerang dengan kekuatan 150 serdadu," ujar Khedery, yang diwawancarai CNN dari Erbil, wilayah otonomi Kurdistan di Irak.
Khedery bekerja di Kedubes AS di Irak selama perang penggulingan Saddam Hussein. Ia menyaksikan banyak pertempuran di Ramadi, kota yang pernah dikuasai Al Qaeda di Irak.Kejatuhan Ramadi Bukan Kekalahan AS Presiden Obama [Reuters] ★
Presiden AS Barrack Obama menggambarkan kejatuhan Ramadi, ibu kota Propinsi Anbar di Irak, sebagai kekalahan taktis. Namun, katanya, AS belum kalah.
"Saya tidak berpikir kita kalah," ujar Obama dalam wawancara dengan malajah The Atlantic yang dipublikasikan, Kamis (21/5), tidak lama setelah Ramadi jatuh.
"Tidak diragukan lagi ada kemunduran taktis, kendati Ramadi rentan untuk waktu sangat lama," lanjutnya.
Sejak Agustus 2014, atas perintah Obama, koalisi pimpinan AS melancarkan pemboman ke sekujur wilayah yang dikuasi ISIS. Sampai hari ini, AS diperkirakan telah membom 6.000 sasaran di Irak dan Suriah, dengan target melemahkan ISIS.
Semula, banyak petinggi militer AS yakin ISIS melemah, yang memungkinkan Irak dan milisi Muslim Sunni melakukan perlawanan darat. Yang terjadi justru sebaliknya.
AS, dan sejumlah negara Eropa, juga telah mengirim pasukan untuk melatih tentara Irak. Di Anbar, propinsi yang kini sepenuhnya jatuh ke tangan Irak, pasukan yang dilatih AS gagal total.
Meski demikian Obama tetap menolak gagasan mengirim pasukan tempur AS ke Irak. Ia tidak ingin AS terlibat lagi dalam perang brutal seperti saat menggulingkan Saddam Hussein.
Menjawab pertanyaan siapa yang harus dipersalahkan atas kejatuhan Ramadi, Obama mengatakan; "Kurangnya pelatihan dan penguatan pasukan Irak."
"Pasukan Irak telah ditempa dasar kemiliteran yang cukup," lanjutnya. "Namun ada indikasi sistem perintah dan kontrol tidak berjalan. Pelatihan yang diberikan juga tidak tepat, terutama untuk pasukan di wilayah Muslim Sunni."
Ramadi adalah jatung Muslim Sunni, dan sangat dekat dengan Baghhdad -- ibu kota Irak. Pengamat militer yakin sebanyak apa pun pemboman ke Ramadi dan jalur menuju Baghdad, tidak akan menghentikan ISIS menuju ibu kota Irak dan merebutnya.
Di sisi lain, Washington dan Baghdad sepakat tidak menggunakan Milisi Shiah untuk melawan ISIS, karena hanya akan memicu konflik sektarian di sekujur Irak.
Persoalan menjadi rumit ketika Washington dan Baghdad juga menolak memberi senjata kepada milisi suku-suku Muslim Sunni. Kejatuhan Ramadi dan Anbar lebih disebabkan oleh yang terakhir ini.
Ada alasan lain yang mendasari keputusan Baghdad tidak menyalurkan senjata kepada Muslim Sunni, yaitu dominasi Shiah di pemerintahan dan militer.Tentara Irak Ogah Bertempur [iraqinews] ★
Jenderal Martin Dempsey, kepala Staf Gabungan dan Panglima AD AS, mengatakan tentara Irak melarikan diri dari Ramadi tanpa diserang ISIS.
"Tidak ada serangan hebat dari ISIS, tapi komandan pasukan di Irak secara individu memilih menarik pasukan," ujar Dempsey dalam wawancara dengan CNN.
Dempsey mengatakan pemerintah Irak dan AS sedang menyelidiki apa yang terjadi beberapa jam sebelum Ramadi jatuh.
Kabar sebelumnya menyebutkan 6.000 tentara Irak meninggalkan Ramadi setelah terjadi serangan bom bunuh diri yang dilakukan 150 serdadu ISIS. Pakar militer AS menyebut kejatuhan Ramadi sebagai kemunduran hebat bagi Irak dan AS.
AS pantas malu, karena 6.000 serdadu yang mempertahankan Ramadi adalah hasil didikan serdadu Paman Sam selama beberapa bulan.
Presiden Barrack Obama mengatakan kejatuhan Ramadi bukan kekalahan AS atas ISIS. AS, katanya, tidak sedang menelan kekalahan.
★ inilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.