Peristiwa 65 dalam Rekaman Dokumen Intelijen CIA Suasana di dalam lobi kantor CIA, Amerika Serikat. (REUTERS/Larry Downing) ♆
Rabu lalu, Badan Intelijen Amerika Serikat membuka dokumen soal banyak hal yang terjadi di dunia pada rentang periode 1961 hingga 1969. Dalam situs resminya, CIA mendedahkan laporan dan analisis mereka mengenai apa yang terjadi dan patut di waspadai oleh pemerintah Amerika Serikat.
Berdasarkan penelusuran CNN Indonesia pada dokumen yang dirilis dalam situs berita CIA, tanggal 1 Oktober 1965, dipaparkan telah terjadi penculikan terhadap enam jenderal petinggi angkatan darat, termasuk Jenderal Ahmad Yani.
“Kondisi yang terjadi cukup membingungkan, semua dalam posisi yang meragukan,” bunyi dokumen yang mereka sebut sebagai “Brifeing Harian untuk Presiden”.
Masih menurut dokumen CIA itu, Mayor Jenderal Soeharto memimpin upaya kontra kudeta, beberapa jam setelah insiden penculikan diketahui. Seoharto disebut telah menguasai jaringan radio di Jakarta.
Meski cukup terperinci, namun dokumen yang didedahkan CIA tidak komplit. Sebab dalam penelusuran ada beberapa alinea yang sengaja tak dipublikasikan. Segmen peristiwa 1965 ini, sebenarnya satu bagian dari banyak laporan dan pantauan intelijen Amerika Serikat dari berbagai penjuru dunia.
Menariknya, dalam akhir laporan CIA pada tanggal 1 Oktober 1965, badan telik sandi itu menganalisis soal belum pastinya reaksi dari kalangan komunis di Indonesia. “Satu laporan mengatakan partai komunis di Indonesia sudah bersiap untuk bentrok dalam beberapa hari ke depan, sedangkan tentara mencari jalan untuk terus mereduksi kekuatan komunis di daerah,” ujar laporan tertulis CIA itu.
Kondisi Indonesia, menurut analisis CIA yang dituangkan dalam laporannya, sangat bergantung kepada kesehatan Soekarno. “Apabila ia meninggal, perang sipil bisa diprediksikan terjadi di Indonesia, atau kemungkinan lainnya adalah daerah-daerah di luar Pulau Jawa bakal melepaskan diri dari dominasi Jawa,” ujar laporan tersebut.
Tahun ini persis setengah abad peringatan terjadinya tragedi 1965. Rabu lalu, Badan intelijen Amerika Serikat membuka kepada publik memo intelijen yang disampaikan kepada presiden mereka dalam kurun waktu 1961-1969.Nama Kolonel Untung, Peristiwa 65 dalam Dokumen CIASuasana di dalam lobi kantor CIA di Langley, Virginia, Amerika Serikat. (Pool Photo by David Burnett/Newsmakers) ♆
Berdasarkan penelusuran CNN Indonesia terhadap dokumen yang dirilis dalam situs berita badan telik sandi Amerika, pada tanggal 2 Oktober 1965, kepada presiden Amerika Serikat, CIA memaparkan bahwa soal ketidak jelasan posisi keberadaan serta status Soekarno kala itu.
Selain itu, berdasarkan pemaparan dokumen CIA, upaya kontra kudeta terus dilakukan oleh Mayor Jenderal Soeharto. Dia terutama memainkan peran untuk mengamankan dan menenangkan suasana di ibu kota.
CIA menulis dalam laporannya, Kolonel Untung dari Resimen Tjarabirawa dan Dani (merujuk kepada sosok Laksamana Madya Omar Dani), sebagai orang yang diduga terlibat dalam insiden penculikan enam jenderal serta dianggap bertanggung jawab atas upaya kudeta.
"Satu laporan mengatakan bahwa Untung dan Dani (Oemar Dani) kabur dari ibu kota menuju Jawa Tengah. Elemen dari tentara di daerah itu keluar menyambut Untung. Soeharto tampaknya mengirim tentara dari Jakarta untuk menangani masalah itu."
Kondisi ibu kota, masih menurut laporan CIA kala itu, sangat tenang. Namun di daerah ketegangan halus mulai terjadi. Terutama dalam wilayah basis massa pendukung komunis yang mendukung aksi Kolonel Untung.
Pada periode Oktober 1965, tema laporan didominsasi oleh peristiwa kudeta yang gagal oleh Untung dan pendukungnya dari Partai Komunis di Indonesia.Cerita Soal Soekarno, Soeharto dan Penilaian CIASuasana di dalam lobi kantor CIA di Langley, Virginia, Amerika Serikat. (Mark Wilson/Getty Images) ♆
Dalam situs resminya, CIA mendedahkan laporan dan analisis mereka mengenai apa yang terjadi dan patut diwaspadai oleh pemerintah Paman Sam saat itu, termasuk insiden yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan penelusuran CNN Indonesia terhadap dokumen yang dirilis dalam situs berita badan telik sandi Amerika, pada tanggal 4 Oktober 1965, CIA menilai Presiden Soekarno telah menegaskan kembali otoritasnya. Sesuatu yang sempat hilang sebagai hasil dari upaya kudeta pada 30 September.
“Tindakan Seokarno seperti memutar kembali waktu dan ingin menyeimbangkan kembali dua kekuatan yang berseteru yakni militer dan kalangan komunis, aksi ini cukup mengecewakan bagi kalangan militer,” ujar bunyi dari dokumen CIA itu.
Dalam memo kali ini, CIA masih menempatkan isu Jakarta, tragedi 1965 dan perkembangannya dalam prioritas teratas. Indonesia berada dalam urutan pertama dari banyak peristiwa yang harus dilaporkan CIA kala itu.
Berlanjut pada isi dokumen, CIA menyebutkan Mayor Jenderal Soeharto secara terbuka menyatakan berbeda dengan Presiden Soekarno. Terutama ihwal Angkatan Udara, yang menurut Soeharto terlibat dalam upaya kudeta. Sementara Soekarno tak mempercayai hal itu.
“Bahkan beberapa elite, militer mulai diterpa isu bahwa Soekarno pun terlibat dalam upaya kudeta berdarah itu” ujar dokumen.Dokumen CIA yang Memotret Aksi Antikomunis di Ibu KotaBerdasarkan penelusuran CNN Indonesia terhadap dokumen yang dirilis dalam situs berita badan telik sandi Amerika, pada tanggal 5 Oktober 1965, menyebutkan Soekarno masih ragu dengan kesimpulan dan aksi yang diambil oleh para petinggi militer.
Sementara itu, masih dalam dokumen digambarkan bagaimana Jakarta riuh dengan aksi penolakan terhadap paham dan partai komunis. CIA menemukan kaitan antara unjuk rasa dengan peran pasif dari militer yang ada di belakangnya. Para pengunjuk rasa mengambil tajuk kemarahan dan menumpahkannya dalam banyak slogan, seperti bubarkan PKI dan anteknya.
“Radio di Jakarta mengumumkan ada sekitar 300 orang simpatisan komunis dikepung oleh pengunjuk rasa berbasis agama dan militer,” begitu bunyi dokumen tertulis CIA.
Dalam dokumennya, CIA lantas juga melakukan analisis terhadap situasi termutakhir saat itu. Menurut mereka, komunis kala itu sudah berubah menjadi sebuah gerakan bawah tanah yang berbicara secara sembunyi. Beberapa petinggi partai komunis mengekpresikan kekalutannya. Bahkan para petinggi komunis itu mengatakan, menurut dokumen, hanya keajaiban dari tangan Soekarno yag bisa menyelamatkan mereka.
“Sementara Soekarno terus melakukan upaya untuk menegaskan kembali otoritasnya”.CIA Merekam Relasi Soekarno dan Militer yang Kian RucingIlustrasi Bada Intelijen Amerika Serikat, CIA. (REUTERS/Dado Ruvic) ♆
Rabu lalu, Badan Intelijen Amerika membuka dokumen soal banyak hal yang terjadi di dunia pada periode 1961 hingga 1969. Dalam situs resminya, CIA mendedahkan laporan dan analisis mereka mengenai apa yang terjadi dan patut di waspadai oleh pemerintah abang sam saat itu, termasuk insiden yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan penelusuran CNN Indonesia terhadap dokumen yang dirilis dalam situs berita badan telik sandi Amerika, pada tanggal 6 Oktober 1965, disebutkan bahwa CIA menilai hubungan Presiden Soekarno dan petinggi militer terus meruncing. Pada hari itu, CIA menyebut sebuah langkah berani dari Soekarno yang mau menerima media di Istana Bogor.
Dalam pertemuan, sebagaimana CIA merekamnya dalam dokumen mereka, Soekarno tak mau berkomentar langsung kepada media kala itu. Ia menyerahkan semua pertanyaan wartawan kepada tangan kanannya yang berhaluan kiri, Soebandrio--begitu CIA melabeli Soebandrio yang pernah menjabat Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Hukungan Ekonomi Luar Negeri itu.
Dalam pidatonya, seperti yang CIA rekam, Soebandrio mengatakan amanat yang disampaikan oleh Presiden Soekarno bahwa semua pihak harus bisa menahan diri. Presiden Soekarno menyesalkan adanya beberapa aksi balas dendam sepihak yang dilakukan di daerah-daerah dan memerintahkan sesegera mungkin untuk dihentikan.
Dokumen CIA ini kemudian memotret menjulangnya kepercayaan publik terhadap sosok Jenderal Abdul Haris Nasution yang lolos dari penculikan kelompok bersenjata pada 30 September 1965. Nasution disebut berhasil merebut simpati publik dan bisa memainkan peran yang lebih baik dalam berpolitik.
Sedangkan kondisi ibu kota, masih menurut laporan CIA kala itu, sudah memanas. Beberapa aksi unjuk rasa penentangan terhadap komunis mulai sedikit berbau bentrokan dengan simpatisan komunis.
Menteri Penerangan membredel dan memberhentikan seluruh penerbitan yang terafiliasi dengan partai komunis. Sedangkan militer malah dinilai CIA membekingi beberapa penerbitan koran ibu kota yang melancarkan isu pengganyangan komunis.
Tahun ini persis setengah abad peringatan terjadinya tragedi 1965. Rabu lalu, Badan intelijen Amerika Serikat membuka kepada publik memo intelijen yang disampaikan kepada presiden mereka dalam kurun waktu 1961-1969. Pada periode Oktober 1965, tema laporan didominasi oleh peristiwa kudeta yang gagal oleh Untung dan pendukungnya dari partai Komunis di Indonesia. (sip)
Rabu lalu, Badan Intelijen Amerika Serikat membuka dokumen soal banyak hal yang terjadi di dunia pada rentang periode 1961 hingga 1969. Dalam situs resminya, CIA mendedahkan laporan dan analisis mereka mengenai apa yang terjadi dan patut di waspadai oleh pemerintah Amerika Serikat.
Berdasarkan penelusuran CNN Indonesia pada dokumen yang dirilis dalam situs berita CIA, tanggal 1 Oktober 1965, dipaparkan telah terjadi penculikan terhadap enam jenderal petinggi angkatan darat, termasuk Jenderal Ahmad Yani.
“Kondisi yang terjadi cukup membingungkan, semua dalam posisi yang meragukan,” bunyi dokumen yang mereka sebut sebagai “Brifeing Harian untuk Presiden”.
Masih menurut dokumen CIA itu, Mayor Jenderal Soeharto memimpin upaya kontra kudeta, beberapa jam setelah insiden penculikan diketahui. Seoharto disebut telah menguasai jaringan radio di Jakarta.
Meski cukup terperinci, namun dokumen yang didedahkan CIA tidak komplit. Sebab dalam penelusuran ada beberapa alinea yang sengaja tak dipublikasikan. Segmen peristiwa 1965 ini, sebenarnya satu bagian dari banyak laporan dan pantauan intelijen Amerika Serikat dari berbagai penjuru dunia.
Menariknya, dalam akhir laporan CIA pada tanggal 1 Oktober 1965, badan telik sandi itu menganalisis soal belum pastinya reaksi dari kalangan komunis di Indonesia. “Satu laporan mengatakan partai komunis di Indonesia sudah bersiap untuk bentrok dalam beberapa hari ke depan, sedangkan tentara mencari jalan untuk terus mereduksi kekuatan komunis di daerah,” ujar laporan tertulis CIA itu.
Kondisi Indonesia, menurut analisis CIA yang dituangkan dalam laporannya, sangat bergantung kepada kesehatan Soekarno. “Apabila ia meninggal, perang sipil bisa diprediksikan terjadi di Indonesia, atau kemungkinan lainnya adalah daerah-daerah di luar Pulau Jawa bakal melepaskan diri dari dominasi Jawa,” ujar laporan tersebut.
Tahun ini persis setengah abad peringatan terjadinya tragedi 1965. Rabu lalu, Badan intelijen Amerika Serikat membuka kepada publik memo intelijen yang disampaikan kepada presiden mereka dalam kurun waktu 1961-1969.Nama Kolonel Untung, Peristiwa 65 dalam Dokumen CIASuasana di dalam lobi kantor CIA di Langley, Virginia, Amerika Serikat. (Pool Photo by David Burnett/Newsmakers) ♆
Berdasarkan penelusuran CNN Indonesia terhadap dokumen yang dirilis dalam situs berita badan telik sandi Amerika, pada tanggal 2 Oktober 1965, kepada presiden Amerika Serikat, CIA memaparkan bahwa soal ketidak jelasan posisi keberadaan serta status Soekarno kala itu.
Selain itu, berdasarkan pemaparan dokumen CIA, upaya kontra kudeta terus dilakukan oleh Mayor Jenderal Soeharto. Dia terutama memainkan peran untuk mengamankan dan menenangkan suasana di ibu kota.
CIA menulis dalam laporannya, Kolonel Untung dari Resimen Tjarabirawa dan Dani (merujuk kepada sosok Laksamana Madya Omar Dani), sebagai orang yang diduga terlibat dalam insiden penculikan enam jenderal serta dianggap bertanggung jawab atas upaya kudeta.
"Satu laporan mengatakan bahwa Untung dan Dani (Oemar Dani) kabur dari ibu kota menuju Jawa Tengah. Elemen dari tentara di daerah itu keluar menyambut Untung. Soeharto tampaknya mengirim tentara dari Jakarta untuk menangani masalah itu."
Kondisi ibu kota, masih menurut laporan CIA kala itu, sangat tenang. Namun di daerah ketegangan halus mulai terjadi. Terutama dalam wilayah basis massa pendukung komunis yang mendukung aksi Kolonel Untung.
Pada periode Oktober 1965, tema laporan didominsasi oleh peristiwa kudeta yang gagal oleh Untung dan pendukungnya dari Partai Komunis di Indonesia.Cerita Soal Soekarno, Soeharto dan Penilaian CIASuasana di dalam lobi kantor CIA di Langley, Virginia, Amerika Serikat. (Mark Wilson/Getty Images) ♆
Dalam situs resminya, CIA mendedahkan laporan dan analisis mereka mengenai apa yang terjadi dan patut diwaspadai oleh pemerintah Paman Sam saat itu, termasuk insiden yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan penelusuran CNN Indonesia terhadap dokumen yang dirilis dalam situs berita badan telik sandi Amerika, pada tanggal 4 Oktober 1965, CIA menilai Presiden Soekarno telah menegaskan kembali otoritasnya. Sesuatu yang sempat hilang sebagai hasil dari upaya kudeta pada 30 September.
“Tindakan Seokarno seperti memutar kembali waktu dan ingin menyeimbangkan kembali dua kekuatan yang berseteru yakni militer dan kalangan komunis, aksi ini cukup mengecewakan bagi kalangan militer,” ujar bunyi dari dokumen CIA itu.
Dalam memo kali ini, CIA masih menempatkan isu Jakarta, tragedi 1965 dan perkembangannya dalam prioritas teratas. Indonesia berada dalam urutan pertama dari banyak peristiwa yang harus dilaporkan CIA kala itu.
Berlanjut pada isi dokumen, CIA menyebutkan Mayor Jenderal Soeharto secara terbuka menyatakan berbeda dengan Presiden Soekarno. Terutama ihwal Angkatan Udara, yang menurut Soeharto terlibat dalam upaya kudeta. Sementara Soekarno tak mempercayai hal itu.
“Bahkan beberapa elite, militer mulai diterpa isu bahwa Soekarno pun terlibat dalam upaya kudeta berdarah itu” ujar dokumen.Dokumen CIA yang Memotret Aksi Antikomunis di Ibu KotaBerdasarkan penelusuran CNN Indonesia terhadap dokumen yang dirilis dalam situs berita badan telik sandi Amerika, pada tanggal 5 Oktober 1965, menyebutkan Soekarno masih ragu dengan kesimpulan dan aksi yang diambil oleh para petinggi militer.
Sementara itu, masih dalam dokumen digambarkan bagaimana Jakarta riuh dengan aksi penolakan terhadap paham dan partai komunis. CIA menemukan kaitan antara unjuk rasa dengan peran pasif dari militer yang ada di belakangnya. Para pengunjuk rasa mengambil tajuk kemarahan dan menumpahkannya dalam banyak slogan, seperti bubarkan PKI dan anteknya.
“Radio di Jakarta mengumumkan ada sekitar 300 orang simpatisan komunis dikepung oleh pengunjuk rasa berbasis agama dan militer,” begitu bunyi dokumen tertulis CIA.
Dalam dokumennya, CIA lantas juga melakukan analisis terhadap situasi termutakhir saat itu. Menurut mereka, komunis kala itu sudah berubah menjadi sebuah gerakan bawah tanah yang berbicara secara sembunyi. Beberapa petinggi partai komunis mengekpresikan kekalutannya. Bahkan para petinggi komunis itu mengatakan, menurut dokumen, hanya keajaiban dari tangan Soekarno yag bisa menyelamatkan mereka.
“Sementara Soekarno terus melakukan upaya untuk menegaskan kembali otoritasnya”.CIA Merekam Relasi Soekarno dan Militer yang Kian RucingIlustrasi Bada Intelijen Amerika Serikat, CIA. (REUTERS/Dado Ruvic) ♆
Rabu lalu, Badan Intelijen Amerika membuka dokumen soal banyak hal yang terjadi di dunia pada periode 1961 hingga 1969. Dalam situs resminya, CIA mendedahkan laporan dan analisis mereka mengenai apa yang terjadi dan patut di waspadai oleh pemerintah abang sam saat itu, termasuk insiden yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan penelusuran CNN Indonesia terhadap dokumen yang dirilis dalam situs berita badan telik sandi Amerika, pada tanggal 6 Oktober 1965, disebutkan bahwa CIA menilai hubungan Presiden Soekarno dan petinggi militer terus meruncing. Pada hari itu, CIA menyebut sebuah langkah berani dari Soekarno yang mau menerima media di Istana Bogor.
Dalam pertemuan, sebagaimana CIA merekamnya dalam dokumen mereka, Soekarno tak mau berkomentar langsung kepada media kala itu. Ia menyerahkan semua pertanyaan wartawan kepada tangan kanannya yang berhaluan kiri, Soebandrio--begitu CIA melabeli Soebandrio yang pernah menjabat Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Hukungan Ekonomi Luar Negeri itu.
Dalam pidatonya, seperti yang CIA rekam, Soebandrio mengatakan amanat yang disampaikan oleh Presiden Soekarno bahwa semua pihak harus bisa menahan diri. Presiden Soekarno menyesalkan adanya beberapa aksi balas dendam sepihak yang dilakukan di daerah-daerah dan memerintahkan sesegera mungkin untuk dihentikan.
Dokumen CIA ini kemudian memotret menjulangnya kepercayaan publik terhadap sosok Jenderal Abdul Haris Nasution yang lolos dari penculikan kelompok bersenjata pada 30 September 1965. Nasution disebut berhasil merebut simpati publik dan bisa memainkan peran yang lebih baik dalam berpolitik.
Sedangkan kondisi ibu kota, masih menurut laporan CIA kala itu, sudah memanas. Beberapa aksi unjuk rasa penentangan terhadap komunis mulai sedikit berbau bentrokan dengan simpatisan komunis.
Menteri Penerangan membredel dan memberhentikan seluruh penerbitan yang terafiliasi dengan partai komunis. Sedangkan militer malah dinilai CIA membekingi beberapa penerbitan koran ibu kota yang melancarkan isu pengganyangan komunis.
Tahun ini persis setengah abad peringatan terjadinya tragedi 1965. Rabu lalu, Badan intelijen Amerika Serikat membuka kepada publik memo intelijen yang disampaikan kepada presiden mereka dalam kurun waktu 1961-1969. Pada periode Oktober 1965, tema laporan didominasi oleh peristiwa kudeta yang gagal oleh Untung dan pendukungnya dari partai Komunis di Indonesia. (sip)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.