Untuk Adu Domba Eropa-Rusia Krisis yang terjadi di Ukraina sejak tahun lalu, menurut Kepala Komite Luar Negeri Negara Duma, Alexei Pushkov memang sengaja diciptakan. [Sputnik] ☠
Krisis yang terjadi di Ukraina sejak tahun lalu, menurut Kepala Komite Luar Negeri Negara Duma, Alexei Pushkov memang sengaja diciptakan. Pushkov menyebut krisis itu diciptakan untuk menjauhkan Eropa dari Rusia.
Kepala urusan luar negeri Parlemen Rendah Rusia itu dengan lantang menyebut Amerika Serikat (AS) sebagai sosok yang berada di balik krisis Ukraina. Menurutnya, AS menganggap Rusia sebagai pesaing serius di Eropa, dan menjadi hambatan bagi mereka untuk memantapkan posisi di Eropa. Karenanya, AS berusaha mengadu domba Eropa dan Rusia.
"Logika yang mereka pakai cukup pintar, tapi di saat bersamaan sangat tidak bermoral," ucap Pushkov dalam sebuah wawancara dengan radio setempat, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (10/9/2015).
"Saya pikir, beberapa orang dengan sangat hati-hati mempersiapkan (krisis Ukraina) untuk mengadu domba Eropa dengan Rusia, guna merusak persahabatan keduanya dan membuat Eropa melawan Moskow, dengan demikian itu dapat memperkuat pijakan Amerika di Eropa," sambungnya.
Selain untuk memperkuat posisi AS di Eropa, krisis Ukraina juga ditujukan untuk memperkuat kehadiran NATO. Sebab, lanjut Pushkov, sejak perang dingin berakhir, banyak pihak di Barat dan Eropa mulai mempertanyakan kebutuhan akan kehadiran militer AS di Eropa dan keberadaan NATO itu sendiri.
Konflik Ukraina sendiri pecah pada Februari 2014 lalu, yang diawali dengan demonstrasi besar-besaran untuk melengserkan Presiden Ukraina saat itu, Viktor Yakukovich. Paska pelengseran Yanukovich, kondisi di Ukraina tidak kunjung membaik, justru semakin memburuk yang ditandai dengan munculnya pemberontakan di Ukraina timur, yang berlangsung hingga saat ini.Kesalahan, Picu Perang Dingin Baru dengan Rusia Mantan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy menyebut akan menjadi sebuah kesalahan besar jika dunia internasional memulai perang dingin baru dengan Rusia. [Sputnik] ☠
Mantan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy menyebut akan menjadi sebuah kesalahan besar jika dunia internasional memulai perang dingin baru dengan Rusia. Menurutnya, Rusia adalah salah satu negara kekuatan dunia, dimana kehadirannya sangat dibutuhkan dalam membantu menyelesaikan beberapa konflik di dunia, termasuk konflik di Suriah.
"Menyiapkan sebuah panggung untuk memulai kembali perang dingin dengan Rusia akan menjadi sebuah kesalahan yang sangat besar," kata Sarkozy dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (10/9/2015).
"Kita membutuhkan Rusia untuk mengakhiri konflik di Suriah dan membantu perjuangan kita melawan ISIS. Ini tidak berarti, tentu saja, bahwa kita harus setuju dengan Moskow pada segala sesuatu atau menerima apa yang terjadi di Donetsk," sambungnya.
Dirinya juga menuturkan, Rusia harusnya kembali menjadi bagian dari kelompok G8. "Rusia harus kembali ke G8 dan mencabut larangan impor daging, sementara Eropa perlu memulai kembali dialog yang saling menguntungkan dengan Moskow," tambahnya.
Beberapa negara Eropa saat ini memang tengah dibuat bingung oleh kebijakan baru Rusia, yang melarang impor bebeapa bahan pokok. Ini membuat beberapa negara Eropa mengalami kerugian, karena Rusia adalah salah satu pasar terbesar bahan pokok, seperti daging, sayuran dan keju beberapa negara Eropa.
Kebijakan baru Rusia tersebut merupakan respon dari sanksi ekonomi yang diberikan Uni Eropa (UE), tekait konflik Ukraina. (esn)
Krisis yang terjadi di Ukraina sejak tahun lalu, menurut Kepala Komite Luar Negeri Negara Duma, Alexei Pushkov memang sengaja diciptakan. Pushkov menyebut krisis itu diciptakan untuk menjauhkan Eropa dari Rusia.
Kepala urusan luar negeri Parlemen Rendah Rusia itu dengan lantang menyebut Amerika Serikat (AS) sebagai sosok yang berada di balik krisis Ukraina. Menurutnya, AS menganggap Rusia sebagai pesaing serius di Eropa, dan menjadi hambatan bagi mereka untuk memantapkan posisi di Eropa. Karenanya, AS berusaha mengadu domba Eropa dan Rusia.
"Logika yang mereka pakai cukup pintar, tapi di saat bersamaan sangat tidak bermoral," ucap Pushkov dalam sebuah wawancara dengan radio setempat, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (10/9/2015).
"Saya pikir, beberapa orang dengan sangat hati-hati mempersiapkan (krisis Ukraina) untuk mengadu domba Eropa dengan Rusia, guna merusak persahabatan keduanya dan membuat Eropa melawan Moskow, dengan demikian itu dapat memperkuat pijakan Amerika di Eropa," sambungnya.
Selain untuk memperkuat posisi AS di Eropa, krisis Ukraina juga ditujukan untuk memperkuat kehadiran NATO. Sebab, lanjut Pushkov, sejak perang dingin berakhir, banyak pihak di Barat dan Eropa mulai mempertanyakan kebutuhan akan kehadiran militer AS di Eropa dan keberadaan NATO itu sendiri.
Konflik Ukraina sendiri pecah pada Februari 2014 lalu, yang diawali dengan demonstrasi besar-besaran untuk melengserkan Presiden Ukraina saat itu, Viktor Yakukovich. Paska pelengseran Yanukovich, kondisi di Ukraina tidak kunjung membaik, justru semakin memburuk yang ditandai dengan munculnya pemberontakan di Ukraina timur, yang berlangsung hingga saat ini.Kesalahan, Picu Perang Dingin Baru dengan Rusia Mantan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy menyebut akan menjadi sebuah kesalahan besar jika dunia internasional memulai perang dingin baru dengan Rusia. [Sputnik] ☠
Mantan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy menyebut akan menjadi sebuah kesalahan besar jika dunia internasional memulai perang dingin baru dengan Rusia. Menurutnya, Rusia adalah salah satu negara kekuatan dunia, dimana kehadirannya sangat dibutuhkan dalam membantu menyelesaikan beberapa konflik di dunia, termasuk konflik di Suriah.
"Menyiapkan sebuah panggung untuk memulai kembali perang dingin dengan Rusia akan menjadi sebuah kesalahan yang sangat besar," kata Sarkozy dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (10/9/2015).
"Kita membutuhkan Rusia untuk mengakhiri konflik di Suriah dan membantu perjuangan kita melawan ISIS. Ini tidak berarti, tentu saja, bahwa kita harus setuju dengan Moskow pada segala sesuatu atau menerima apa yang terjadi di Donetsk," sambungnya.
Dirinya juga menuturkan, Rusia harusnya kembali menjadi bagian dari kelompok G8. "Rusia harus kembali ke G8 dan mencabut larangan impor daging, sementara Eropa perlu memulai kembali dialog yang saling menguntungkan dengan Moskow," tambahnya.
Beberapa negara Eropa saat ini memang tengah dibuat bingung oleh kebijakan baru Rusia, yang melarang impor bebeapa bahan pokok. Ini membuat beberapa negara Eropa mengalami kerugian, karena Rusia adalah salah satu pasar terbesar bahan pokok, seperti daging, sayuran dan keju beberapa negara Eropa.
Kebijakan baru Rusia tersebut merupakan respon dari sanksi ekonomi yang diberikan Uni Eropa (UE), tekait konflik Ukraina. (esn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.