Reyaad Khan (The Guardian) ●
Reyaad Khan, seorang militan Islamic State (IS) asal Wales, Inggris Raya, yang pernah bercita-cita menjadi keturunan Asia pertama yang menjadi perdana menteri Inggris, justru menjadi warga Inggris pertama yang dibunuh oleh Angkatan Udara Kerajaan (Royal Air Force) di zona perang di luar Inggris.
Dalam pernyataannya kepada parlemen, Senin (7/9), Perdana Menteri David Cameron membenarkan bahwa Khan tewas dalam serangan drone dekat Raqqa, Suriah, pada 21 Agustus. Saat itu Khan berada satu mobil dengan warga Inggris lainnya, Ruhul Amin, 26, yang juga tewas.
Baik Khan dan Amin pernah muncul dalam video rekrutmen IS pada Juni 2014 bersama Nasser Muthana, yang lahir di Cardiff, Inggris. Dalam video itu, yang berjudul "There Is No Life Without Jihad" (hidup tak ada arti tanpa jihad), Amin menyerukan umat Muslim di Barat untuk bergabung dengan IS di Suriah.
“Apakah Anda berkeinginan mengorbankan pekerjaan gemuk yang Anda miliki, mobil besar, dan keluarga Anda? Jika mau, maka Allah akan membalas 700 kali lipat,” kata Amin di rekaman tersebut.
Khan, yang duduk bersila, menambahkan: “Anda bisa berada di sini dalam jaman keemasan sekarang, untuk bertempur, atau Anda bisa berada di pinggir dan hanya berkomentar. Ini pilihan Anda."
Dalam beberapa pekan setelah video itu beredar, harta Khan dan Amin dibekukan oleh Kementerian Keuangan Inggris, juga harta Muthana dan adik laki-lakinya.
Khan, 21, adalah mahasiswa dari Riverside, Cardiff, dan semasa remaja aktif di politik. Pada 2009, dia mengatakan di laman Facebook ingin menjadi orang Asia pertama yang menjadi perdana menteri Inggris.
Pada November 2013 dia telah pergi ke Suriah dan mulai menggunakan akun media sosial untuk memposting pesan-pesan bergambar. Di Twitter dia sesumbar tentang pembunuhan yang telah dilakukannya, dengan menulis “telah mengeksekusi banyak narapidana kemarin”.
Lalu dalam unggahan lain dia menulis: “Ada yang mau menjadi sponsor bom ikat pinggang? Gucci, bantu saya.” Postingan lain menunjukkan foto banyak jenazah berlumuran darah, yang menurut Khan adalah kelompok yang dia tangkap dan bunuh bersama rekan-rekannya.Ratu Elizabeth II Jadi Target Pembunuhan ISRatu Elizabeth II. (Australia News) ●
Pasukan Inggris dilaporkan meluncurkan serangan ke Suriah melalui pesawat tak berawak untuk membunuh tiga anggota Negara Islam Irak dan Suriah (IS). Ketiganya berhasil dibunuh pada 21 Agustus 2015.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron menyatakan, serangan itu dilakukan setelah IS menyatakan berencana akan membunuh Ratu Elizabeth II dan anggota keluarga kerajaan lainnya dengan meledakkan sebuah bom besar pada perayaan 70 tahun kebebasan Inggris dari Jepang (VJ Day), yang akan berlangsung di Whitehall, pada 15 September 2015.
"Ada teroris mengarahkan pembunuhan di jalan dan kami tidak ada cara lain untuk menghentikan mereka," kata Cameron, Inggris, Selasa (8/9).
Menurut Cameron, Ratu Elizabeth II dan Pangeran Charles merupakan dua target pembunuhan IS.
Kepada parlemen Inggris, Cameron menyatakan bahwa pembunuhan itu dibenarkan secara hukum, karena militan tengah merencanakan serangan mematikan terhadap Inggris, dan teroris tidak bisa dihilangkan dengan cara lain.
Reyaad Khan, seorang militan Islamic State (IS) asal Wales, Inggris Raya, yang pernah bercita-cita menjadi keturunan Asia pertama yang menjadi perdana menteri Inggris, justru menjadi warga Inggris pertama yang dibunuh oleh Angkatan Udara Kerajaan (Royal Air Force) di zona perang di luar Inggris.
Dalam pernyataannya kepada parlemen, Senin (7/9), Perdana Menteri David Cameron membenarkan bahwa Khan tewas dalam serangan drone dekat Raqqa, Suriah, pada 21 Agustus. Saat itu Khan berada satu mobil dengan warga Inggris lainnya, Ruhul Amin, 26, yang juga tewas.
Baik Khan dan Amin pernah muncul dalam video rekrutmen IS pada Juni 2014 bersama Nasser Muthana, yang lahir di Cardiff, Inggris. Dalam video itu, yang berjudul "There Is No Life Without Jihad" (hidup tak ada arti tanpa jihad), Amin menyerukan umat Muslim di Barat untuk bergabung dengan IS di Suriah.
“Apakah Anda berkeinginan mengorbankan pekerjaan gemuk yang Anda miliki, mobil besar, dan keluarga Anda? Jika mau, maka Allah akan membalas 700 kali lipat,” kata Amin di rekaman tersebut.
Khan, yang duduk bersila, menambahkan: “Anda bisa berada di sini dalam jaman keemasan sekarang, untuk bertempur, atau Anda bisa berada di pinggir dan hanya berkomentar. Ini pilihan Anda."
Dalam beberapa pekan setelah video itu beredar, harta Khan dan Amin dibekukan oleh Kementerian Keuangan Inggris, juga harta Muthana dan adik laki-lakinya.
Khan, 21, adalah mahasiswa dari Riverside, Cardiff, dan semasa remaja aktif di politik. Pada 2009, dia mengatakan di laman Facebook ingin menjadi orang Asia pertama yang menjadi perdana menteri Inggris.
Pada November 2013 dia telah pergi ke Suriah dan mulai menggunakan akun media sosial untuk memposting pesan-pesan bergambar. Di Twitter dia sesumbar tentang pembunuhan yang telah dilakukannya, dengan menulis “telah mengeksekusi banyak narapidana kemarin”.
Lalu dalam unggahan lain dia menulis: “Ada yang mau menjadi sponsor bom ikat pinggang? Gucci, bantu saya.” Postingan lain menunjukkan foto banyak jenazah berlumuran darah, yang menurut Khan adalah kelompok yang dia tangkap dan bunuh bersama rekan-rekannya.Ratu Elizabeth II Jadi Target Pembunuhan ISRatu Elizabeth II. (Australia News) ●
Pasukan Inggris dilaporkan meluncurkan serangan ke Suriah melalui pesawat tak berawak untuk membunuh tiga anggota Negara Islam Irak dan Suriah (IS). Ketiganya berhasil dibunuh pada 21 Agustus 2015.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron menyatakan, serangan itu dilakukan setelah IS menyatakan berencana akan membunuh Ratu Elizabeth II dan anggota keluarga kerajaan lainnya dengan meledakkan sebuah bom besar pada perayaan 70 tahun kebebasan Inggris dari Jepang (VJ Day), yang akan berlangsung di Whitehall, pada 15 September 2015.
"Ada teroris mengarahkan pembunuhan di jalan dan kami tidak ada cara lain untuk menghentikan mereka," kata Cameron, Inggris, Selasa (8/9).
Menurut Cameron, Ratu Elizabeth II dan Pangeran Charles merupakan dua target pembunuhan IS.
Kepada parlemen Inggris, Cameron menyatakan bahwa pembunuhan itu dibenarkan secara hukum, karena militan tengah merencanakan serangan mematikan terhadap Inggris, dan teroris tidak bisa dihilangkan dengan cara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.