Polikarpov I-15 Chato , pesawat tempur asal Uni Soviet (Rusia) yang menjadi kendaraan tempur udara kelompok Republik melawan kelompok Fasis (perang saudara Spanyol). Sumber gambar: world-war-2.wikia.com (world-war-2.wikia.com)
Di Spanyol terdapat dua kubu yang menganut paham yang bersebrangan satu sama lain.
Perbedaan tersebut menimbulkan gesekan tajam antara pihak yang menganut paham ekstrim kanan yakni fasisme-ultra nasionalis dengan paham kiri (sosialis-komunis).
Akhirnya, selama dua tahun, dari tahun 1936 hingga 1938 terjadi perang saudara yang dipicu oleh perbedaan paham yang dianut tersebut.
Dikisahkan dalam buku berjudul ‘Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran Sejak Nusantara Sampai Indonesia’ karya Iwan Santosa bahwa dengan latar belakang paham, pemuda Tionghoa asal tanah Jawa tergerak hati untuk ikut ambil andil dalam perang tersebut.
Mereka terdorong untuk mendukung kelompok republik yang berpaham sosialis-komunis melawan kelompok fasis yang dipimpin Jenderal Fransisco Franco dengan dukungan Nazi Jerman.
“Ada pilot-pilot Tionghoa dalam konflik di Spanyol,” ungkap Ardian Purwoseputro, kolektor buku kuno di Surabaya.
Dalam tulisan yang termuat di Majalah Sin Po (majalah yang pertama kali memuat naskah lagu ‘Indonesia Raya’) edisi tahun 1938 halaman 12 mengisahkan tentang ‘Djoeroe terbang Tionghoa dari Java yang toeroet perang di Europa (Spanje)’ di majalah itu.
Tercatat, pemuda asal Surabaya kelahiran tahun 1912 Kapten Henry Hoo atau Hoo Chi Sui pada saat itu merantau ke Eropa setahun sebelum terjadinya perang.
Hoo ikut mendaftar sebagai relawan di Paris dan tergabung dalam International Volunteer Brigade-IVB yang menentang kelompok fasis.
Para penempur udara kelompok republik mendapat dukungan berupa pesawat tempur buatan Uni Soviet (sekarang Rusia).
Terdapat 55 unit pesawat tempur Polikarpov I-15 yang menjadi kekuatan kelompok nasionalis dalam menggempur kelompok fasis. Tak hanya itu, Soviet juga memasok pesawat pengebom Tupolev SB-2 sebagai kekuatan tambahan.
Sementara kelompok nasionalis atau fasis mendapat dukungan dari Jerman yang memasok pesawat angkut Ju 52, Bomber Do 17, He 111, pesawat amfibi He 59, pesawat pengebom tempur Ju 87A Stuka serta pesawat penempur legendaris Messerchmitt Bf 109.
Dalam pertempuran udara di Spanyol, Hoo berhasil menembak jatuh dua pesawat terbang Jerman.
Tak hanya Hoo yang ikut ambil andil dalam peperangan tersebut, terdapat pemuda Tionghoa lainnya bernama Tio Oen Bik. Sama seperti Hoo, Tio juga perantau dari tanah Jawa dan seorang dokter.
PENULIS: Fery Setiawan/Angkasa
Di Spanyol terdapat dua kubu yang menganut paham yang bersebrangan satu sama lain.
Perbedaan tersebut menimbulkan gesekan tajam antara pihak yang menganut paham ekstrim kanan yakni fasisme-ultra nasionalis dengan paham kiri (sosialis-komunis).
Akhirnya, selama dua tahun, dari tahun 1936 hingga 1938 terjadi perang saudara yang dipicu oleh perbedaan paham yang dianut tersebut.
Dikisahkan dalam buku berjudul ‘Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran Sejak Nusantara Sampai Indonesia’ karya Iwan Santosa bahwa dengan latar belakang paham, pemuda Tionghoa asal tanah Jawa tergerak hati untuk ikut ambil andil dalam perang tersebut.
Mereka terdorong untuk mendukung kelompok republik yang berpaham sosialis-komunis melawan kelompok fasis yang dipimpin Jenderal Fransisco Franco dengan dukungan Nazi Jerman.
“Ada pilot-pilot Tionghoa dalam konflik di Spanyol,” ungkap Ardian Purwoseputro, kolektor buku kuno di Surabaya.
Dalam tulisan yang termuat di Majalah Sin Po (majalah yang pertama kali memuat naskah lagu ‘Indonesia Raya’) edisi tahun 1938 halaman 12 mengisahkan tentang ‘Djoeroe terbang Tionghoa dari Java yang toeroet perang di Europa (Spanje)’ di majalah itu.
Tercatat, pemuda asal Surabaya kelahiran tahun 1912 Kapten Henry Hoo atau Hoo Chi Sui pada saat itu merantau ke Eropa setahun sebelum terjadinya perang.
Hoo ikut mendaftar sebagai relawan di Paris dan tergabung dalam International Volunteer Brigade-IVB yang menentang kelompok fasis.
Para penempur udara kelompok republik mendapat dukungan berupa pesawat tempur buatan Uni Soviet (sekarang Rusia).
Terdapat 55 unit pesawat tempur Polikarpov I-15 yang menjadi kekuatan kelompok nasionalis dalam menggempur kelompok fasis. Tak hanya itu, Soviet juga memasok pesawat pengebom Tupolev SB-2 sebagai kekuatan tambahan.
Sementara kelompok nasionalis atau fasis mendapat dukungan dari Jerman yang memasok pesawat angkut Ju 52, Bomber Do 17, He 111, pesawat amfibi He 59, pesawat pengebom tempur Ju 87A Stuka serta pesawat penempur legendaris Messerchmitt Bf 109.
Dalam pertempuran udara di Spanyol, Hoo berhasil menembak jatuh dua pesawat terbang Jerman.
Tak hanya Hoo yang ikut ambil andil dalam peperangan tersebut, terdapat pemuda Tionghoa lainnya bernama Tio Oen Bik. Sama seperti Hoo, Tio juga perantau dari tanah Jawa dan seorang dokter.
PENULIS: Fery Setiawan/Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.